Bismillahirrahmanirrahim...
Tulisan lama di up kembali.
Setelah lama tertunda, akhirnya saya berhasil mengumpulkan tekad untuk menulis topik ini, tentang waktu yang berkah.
Topik ini berputar putar di kepala saya semenjak saya mendengar penuturan salah satu teman saya, ketika kami sedang makan malam di salah satu taman kuliner di Jogjakarta.
Saya merasa menemukan hikmah yang besar dari apa yang dia katakan. "
Hikmah adalah barang milik seorang beriman yang hilang, dimana saja ia menemukannya, maka pungutlah." Al Hadits. Dia bilang, "
Aku takut kalau-kalau waktu yang selama ini aku lewati gag berkah." Lalu ia melanjutkan kalimatnya dengan panjang lebar, namun saya masih terpaku dengan satu kalimat di atas. Saya memutar-mutar sendok di gelas es oyen saya, berpikir keras tentang perkataannya.
Salah satu lanjutan kalimatnya, "
Di waktu-waktu yang lalu, aku menghabiskan waktu ku untuk nonton film, dan aku sangat takut waktu-waktu ku itu tidak berkah." Saya bereaksi seolah saya sedang benar-benar mendengarkannya, namun sesungguhnya tangan yang mengaduk isi gelas dengan malas menunjukkan saya sedang berpikir keras.
Sejauh ini saya cenderung acuh tak acuh dengan waktu yang saya lewati. Asalkan saya lewati waktu-waktu saya dengan pekerjaan yang selesai sempurna, bagi saya itu sudah luar biasa. Yang membuat saya khawatir selama ini bukan tentang keberkahan waktu, tapi tentang tidak selesainya pekerjaan saya dengan sempurna. Tapi ternyata, ada hal lain yang jauh lebih besar dibandingkan sempurna atau tidaknya pekerjaan, yaitu masalah keberkahan...
...iya, itu menurutnya.
Teman saya satu ini sudah selesai mengerjakan skripsi, dan dia bilang dia sangat takut waktunya tidak berkah. Padahal saya rasa waktu-waktu nya sudah sangat sempurna ia gunakan untuk menyelesaikan skripsi. Skripsinya selesai artinya dia telah melakukan pekerjaan dengan sempurna, meskipun dia selingi dengan menonton film, tapi nyatanya pekerjaannya selesai, lalu apalagi yang dia khawatirkan? Waktu yang tidak berkah? Bagi saya itu tidak masuk akal...
...mulanya.
Itu mengapa saya berpikir keras. Mengapa dia masih mengkhawatirkan persoal keberkahan? Apa yang dimaksud dengan keberkahan waktu? Mengapa sebegitu penting baginya?
Lalu hari-hari berikutnya, ustad Abdullah Sunono (salah satu asatidz pondok pesantren mahasiswi Asma Amanina) menyampaikan arti kata berkah. Ini adalah sebuah kebetulan yang luar biasab Allah atur untuk saya ambil pelajaran. Ustadz bilang, secara bahasa
berkah artinya ziyadatul khoir atau bertambahnya kebaikan. Jadi waktu yang berkah adalah waktu dimana di dalam waktu-waktu tersebut, kita bisa menambah kebaikan kebaikan ke dalam diri kita.
Penuturan ustad tersebut sekaligus menjawab pertanyaan saya, kenapa ada banyak orang yang pekerjaannya selesai sempurna, namun hasil akhirnya tidak sama sempurnanya. Misal seorang sarjana yang memiliki nilai cumlaude namun kesulitan mencari kerja. Atau seorang santri yang hafal alqur'an namun masih juga pacaran. Dua kasus yang selama ini menjadi tanda tanya di kepala akhirnya terjawab. Oh ya... jawabannya adalah tentang waktu yang berkah.
Dan akhirnya saya mengerti mengapa teman saya satu ini sangat mengkhawatirkan waktu nya tidak berkah. Kekhawatiran itu ada karena dalam proses pengerjaan skirpsi nya, dia tidak sepenuhnya menggunakan waktu-waktu nya untuk hal-hal yang bermanfaat, hal-hal yang dapat menambah kebaikan, dia masih menggunakan beberapa waktunya untuk menonton film.
Sebegitu khawatirnya kah dia?
Tentang sarjana yang kesulitan mencari kerja, dan santri yang masih pacaran, barangkali penyebabnya sama, adalah tidak berkahnya waktu selama menjadi mahasiswa dan selama menjadi santri. Barangkali dalam waktu-waktu menjadi mahasiswa dan menjadi santri, ada hal-hal yang terlupa. Misal, santri hafal alquran namun masih pacaran, barangkali dalam waktu waktu yang digunakan dalam menghafalkan alquran kurang memenuhi adab. Artinya, selama ia menghafal alquran mungkin hafalannya bertambah, namun tidak diikuti bertambahnya kebaikan dalam dirinya, karena adab-adab dalam menghafalnya tidak dipenuhi. Seperti tergesa-gesa (tidak tenang) dalam membaca alquran, tidak menundukkan pandangan (melakukan maksiat mata) di keseharian, tidak menyertakan Allah dalam setiap aktivitasnya, atau mengenai adab-adab yang lainnya.
Bertambahnya kebaikan.....
Allah menyukai pemuda yang tidak tergesa-gesa (urusannya tertata). "
Sesungguhnya ada du hal dalam dirimu yang Allah cintai, yaitu sabar dan tidak tergesa-gesa."
Hadits riwayat Bukhari.
Saya mencoba mereview waktu-waktu saya yang sudah berlalu. Merinding mengingatnya. Banyak waktu yang saya kira sudah saya lewati dengan efektif dan efisien, namun sekarang saya berpikir, apakah itu berkah? Apakah bertambah kebaikan dalam waktu-waktu itu? Pantas saja saya merasakan ada yang kering selama ini. Pekerjaan saya selesai, namun kering, mungkin karena tidak berkah, tidak bertambah kebaikan.
Dalam forum yang berbeda, ustad Deden Anjar (pengasuh pondok pesantren mahasiswi Asma Amanina) menyampaikan lagi, bahwa salah satu usaha agar waktu kita berkah adalah menyertakan Allah dalam setiap aktivitas kita kapan saja, dan menyerahkan segala urusan kita kepada Nya.
Bagaimana caranya? Ustad menyampaikan, caranya adalah dengan berdo'a dalam setiap akan memulai sebuah pekerjaan. Dan berdzikir (mengingat Allah) selama pekerjaan itu berlangsung. Sederhana.
Hal yang beliau contohkan adalah ketika kita akan masuk ke kamar mandi, sebelum masuk kita membaca do'a yang kurang lebih bermakna agar dihindarkan dari syaitan laki-laki dan syaitan perempuan. Jika kita sering mendapatkan ide-ide atau gagasan ketika di kamar mandi, dan kita lupa membaca doa sebelum masuk, bisa jadi yang membisikkan ide-ide tersebut adalah syaitan, itu karena kita tidak memasrahkan diri kepada Allah ketika hendak masuk ke kamar mandi, padahal yang mampu melindungi kita dari gangguan syaitan hanyalah Allah.Gagasan dan ide selesai ketika di kamar mandi, namun apakah gagasan itu berkah? Belum tentu.
Ketika hendak tidur berdoa
ketika akan makan berdoa
ketika akan bercermin berdoa,
dengan berdoa artinya kita selalu mengingat Allah dalam setiap aktivitas kita.
Jika kita tidak berdoa barangkali itu adalah bentuk lupa kita pada Allah, kita melupakan Allah dalam aktivitas kita, itu adalah hal yang mengerikan. Maka pantas saja jika waktu-waktu yang kita lewati tidak menambah kebaikan dalam diri kita, karena yang mampu menambahkan kebaikan ke dalam diri kita hanya Allah, dan saat itu kita lupa pada Allah.
Sekarang saya mulai paham dengan konsep waktu yang berkah. Hingga sampai pada titik pemahaman, bahwa menata waktu dan aktivitas agar tidak tergesa-gesa (agar teratur) adalah hal yang sangat penting. Dalam ketergesaan kita, kita berpotensi lebih sering lupa pada Allah. Dan ketika kita melakukan sesuatu dengan cekatan namun serampangan (baca: tergesa) lalu hasil yang kita dapat bagus, wajar jika kita menjadi sombong, kita menganggap jika hasil yang bagus itu adalah hasil jerih payah kita, padahal semua itu terjadi atas izin Allah. Wajar jika kita mudah sombong, karena dalam ketergesaan kita, kita lupa berdoa, kita lupa menyertakan Allah dalam aktivitas kita, kita lupa pada Allah.
Jika kita telah berhasil untuk tidak tergesa, maka yang selanjutnya harus dipikirkan adalah bagaimana caranya waktu kita tidak terbuang sia-sia. Yaitu dengan mengingat Allah sebanyak-banyaknya, berdzikir. Dan berdzikir tidak bisa dilakukan oleh orang yang tergesa.
Maka inti berdoa adalah mengingat Allah. Dari mengingat Allah kapan saja, waktu kita akan menjadi waktu yang berkah. Karena tidak ada orang yang sedang teringat dengan Allah ia menonton film terlebih film yang tidak mengandung faedah, karena ketika ia ingat dengan Allah, dan ia di depan sebuah film, ia akan lebih memilih menghentikan menonton film lalu mengalihkan ke aktivitas lain yang lebih bermanfaat.
Maka inti berdoa adalah mengingat Allah. Dari mengingat Allah kapan saja, waktu kita akan menjadi waktu yang berkah, waktu dimana kita bisa memaksimalkan kebaikan datang kepada kita.
"Demi Masa sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali yang beriman dan beramal shaleh." Q.S. Al 'asr. Maka waktu-waktu kita ke depan harus menjadi waktu-waktu yang produktif lagi berkah. Kita harus mengatur segala urusan dan aktivitas kita dengan sedemikian rupa. Kita harus semangat menjemput kebaikan, kita harus bersemangat menyertakan Allah dalam setiap kegiatan.
Terimakasih Uka,
best regards,
Your friend, Ihtisyamah.