Jumat, 05 Juni 2015

Pelajaran dari Organisasi Mahasiswa

Ingat sekali, dulu ketika saya masih suka bermain gundu, ya, kelereng, kala itu saya tidak pernah berpikir bahwa saya akan menjadi  mahasiswa. Saya kira dunia saya hanya akan seluas petak Sidareja, kecamatan tempat saya tinggal, nyatanya, sekarang saya berdiri di tanah Jogjakarta.

Banyak tetangga yang juga konon diceritakan ia sedang menempuh kuliah, artinya ia adalah mahasiswa. Namun semenjak ia menjadi mahasiswa, ia menjadi jarang terlihat di rumah. Ia tak pernah menampakkan wajahnya di lingkungan rumah. Karena hal tersebutlah akhirnya saya mulai berpikir tentang kehidupan mahasiswa, bahwa Mahasiswa itu ya sama saja dengan yang tidak mahasiswa, biasa saja.

Sekarang, gelar mahasiswa melekat dalam diri saya.

Lalu di tempat kuliah saya mengenal komunitas bernama Organisasi Mahasiswa (selanjutnya kita sebut sebagai ormawa). Dan hingga sekarang, saya masih belum percaya, bahwa ormawa inilah yang berperan besar dalam bertumbuh dan berkembangnya pola pikir baru saya tentang mahasiswa.

Dari komunitas inilah saya mengenal bahwa mahasiswa itu luar biasa perannya di masyarakat, bahwa mahasiswa sangat penting kedudukannya di mata pemerintah. Karena mahasiswa dipandang sebagai kaum intelektual yang "mampu bicara".

Kenapa "mampu bicara"?

:::::::::::

Kita tengok kehidupan pemerintahan negara kita. Kita lihat pula masyarakat sekitar kita. Dua kumpulan orang yang berbeda. Sangat berbeda. Orang-orang di dalam pemerintahan berhak mengatur kehidupan keseharian masyarakat di sekitar kita, termasuk kehidupan kita. Ya, karena mereka punya kuasa.

Dulu, ketika harga gas LPG naik, saya di rumah hanya bisa menanyakan kepada ibu, "Bu, gas LPG naik lagi ya bu?" Lalu ibu saya pun hanya bisa menjawab, "Iya, kita harus mengirit ya..."

Sekarang, aku melihat kehidupan yang lebih luas dari sekedar kata pasrah, "Iya LPG naik, kita harus mengirit ya" melainkan saya melihat dan menjadi saksi, bahwa mahasiswa punya posisi.

"Pak, turunkan harga LPG(!)"

Dunia saya kini berbeda, dari anak kecil tak tahu apa-apa, sekarang, kami bersama-sama bisa mengatakan, "Pak, turunkan harga LPG.(!)"

Bukan, bukan melulu lewat demo. Kami pun di ormawa belajar bahwa demo itu bukan satu-satu nya jalan dalam menegur pemerintah, dan demo adalah jalan ke sekian setelah jalan-jalan lain yang telah dilakukan. Apa jalan lainnya? Ya, "bicara" itu lah jalannya. Mahasiswa punya kemampuan lobying atau bernegosiasi. Ada banyak cara dalam bernegosiasi. Inilah poin dari maksud saya di awal, bahwa mahasiswa "mampu bicara". Organisasi mahasiswa mengajarkan banyak tentang hal tersebut kepada saya, dan teman-teman saya.

:::::::::::

Namun bukan itu yang ingin saya jadikan sebagai titik tekan perbincangan. Ini mengenai organisasi mahasiswa. Terkhusus Organisasi Mahasiswa (ormawa) di UNY tercinta.

Setelah menjadi mahasiswa, dan bergabung dengan ormawa di UNY, kini saya serasa seperti anak pitik yang bisa terbang tinggi. Dari anak cilik tak tahu apa-apa kini bisa memandang bumi dari tempat tinggi. Bukan membanggakan diri, tapi lebih tepatnya bersyukur atas apa yang sudah banyak sekali didapat dari bergabung dan belajar di organisasi mahasiswa atau ormawa.

Ya, setelah masuk dan bergabung dengan ormawa di UNY, hal paling penting yang ingin saya garis bawahi bahwa saya kini bisa melihat ke dalam miniatur pemerintahan Indonesia. Seperti melihat bagaimana Pak presiden bersama para menteri nya bekerja, melihat juga bagaimana tatanan pemerintahan di bawahnya seperti di provinsi, kota, dan daerah kecil selingkup Rukun Tetangga (RT), dalam bentuk Ketua BEM Universitas, BEM Fakultas, HIMA, UKMF, dsb. (BEM: Badan Eksekutif Mahasiswa, HIMA: Himpunan Mahasiswa -tingkat jurusan-, UKM: Unit Kegiatan Mahasiswa -lembaga minat bakat-)

Bagaikan burung, sekarang saya bisa terbang tinggi bersama rombongan. Terbang tinggi melihat permasalahan dari tempat tinggi, bukan lagi berpasrah diri.

Selain itu, organisasi mahasiswa memberikan saya banyak pelajaran lain seperti:
1) Mandiri
Semenjak bergabung dengan ormawa, saya harus bertemu dengan lebih banyak orang setiap harinya untuk menyelesaikan beberapa urusan, berbeda orang berbeda urusan. Di sana saya mulai belajar mandiri, menyelesaikan keperluan-keperluan saya sendiri, karena tidak memungkinkan untuk saya terus meminta teman saya untuk menemani saya ke sana ke mari menyelesaikan satu per satu urusan. Menjadi mandiri itu menyenangkan, dari amanah-amanah yang diberikan oleh ormawa kepada kita, akhirnya sifat mandiri itu akan menjad habit  kita di kehidupan keseharian. Meski saya seorang perantau di Yogyakarta, namun karena dilatih mandiri, saya menjadi terbiasa tidak merepotkan orang lain lagi.

2) Profesional
Berdisiplin dalam pekerjaan, tepat waktu, menyelesaikan pekerjaan sampai selesai, itu adalah beberapa sifat profesional yang berhasil ditanamkan pada kami yang bergabung dengan ormawa, karena apa yang kami kerjakan di ormawa menyangkut hak banyak mahasiswa. Ya, kerja kami tidak dibayar, kami menyelenggarakan acara berdasarkan kebutuhan mahasiswa, untuk membantu para mahasiswa memenuhi keperluannya. Maka, jika kami sebagai "pelayan mahasiswa" tidak berlaku profesional, akan ada banyak hak yang terabaikan. Apakah kami bebas dari sifat tidak profesional? Tidak, tapi kami belajar. Ormawa adalah tempat belajar yang menyenangkan untuk mengasah profesionalisme.

3) Mengelola Hati
Ya, hati adalah komponen penting dalam kehidupan kita. Jika otak bisa menentukan Ya atau Tidak, maka hati lah yang menentukan Benar atau salah. Di organisasi mahasiswa, pasti akan terjadi banyak sekali benturan antara satu orang dengan orang yang lain. Di sanalah kami belajar ikhlas. Bertemu dengan banyak orang, artinya bertemu dengan banyak kepribadian, artinya kita harus belajar untuk semakin melebarkan ruang pemahaman terhadap teman kita, atau orang-orang yang kita temui di luar sana. Jika tidak berhasil belajar ikhlas dan mencoba bertahan, maka tidak sedikit yang kemudian menyerah. Inilah pentingnya belajar mengelola hati. Bukan dengan teori, tapi kami praktik secara langsung di organisasi mahasiswa. Pertemuan-benturan-belajar mengelola hati-bertahan-belajar lagi-berbentur lagi-bertahan lagi-belajar lagi-terbiasa ikhlas dan bahagia rasanya bisa belajar mengelola hati.

4) Banyak teman, banyak link
Bagian ini, silakan buktikan saja. :) tidak perlu banyak teori di sini. Saya sudah membuktikannya dengan sangat baik.

5) Belajar Menjadi Orang Bermanfaat
Di antara sekian banyak pelajaran, pelajaran ini adalah pelajaran paling penting. Bisa mandiri, bisa profesional, bisa mengelola hati, bisa memiliki banyak teman dan link, maka kesemuanya adalah satu tujuan: agar bisa menjadi bermanfaat bagi orang lain. Inilah poin penting yang menghubungkan antara kehidupan dunia kita dengan akhirat kita. Karena saya adalah seorang muslim, maka saya percaya bahwa segala yang saya lakukan di dunia seharusnya punya poin yang bisa menghubungkan saya ke akhirat. Karena saya percaya adanya kehidupan setelah kehidupan. Menjadi orang yang bermanfaat adalah upaya menabung kantung-kantung kebaikan untuk akhirat kelak.

Banyak pelajaran di oganisasi mahasiswa, dari pelajaran sulit, menyenangkan, melelahkan, sampai yang   membawa keuntungan atau yang awalnya merugikan secara materi namun memberikan banyak pelajaran...semua itu adalah pelajaran di luar ruang kelas kotak kuliah kita.

Dan semuanya gratis, hanya saja perlu dibayar dengan satu hal: kesungguhan.

Selamat ber eksperimen. ^^


0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons