Sabtu, 06 Desember 2014

Dia Terus Saja Mencari-cari Alasan!

Pernah punya teman yang selalu mencari-cari alasan? Ya, saya punya :)

Begini ceritanya.

::::

Sore itu, saya punya janji dengan dua orang teman perempuan. Bertemu di sebuah masjid, tapi hape saya mati seharian, sehingga saya harus bersusah payah bertemu dengan keduanya, seperti bermain petak umpet di masa kecil, tapi sangat panik karena terbiasa bergantung pada alat-alat elektronik, akhirnya jam 16.30 kami bertiga berhasil berkumpul, dengan segala ke-riweuh-an yang kami dapati masing-masing sebelum menuju ke masjid.

Ini ke-riweuh-an saya. Saya, meminjam motor seorang adik yang akan melakukan gladi bersih IJF (Islamic Journalist Festival) di KPLT (gedung dekanat FT UNY). Saya berfikir adik saya tersebut tidak akan menggunakan motor untuk beberapa jam ke depan, mungkin motornya bisa saya pinjam. Benar. Adik yang baik hati ini memperbolehkan motornya untuk dipinjam. Saya berniat mengembalikannya sebelum waktu maghrib.

Setelah lama berbincang, pertemuan kami bertiga itu berakhir seiring adzan maghrib berkumandang. Niat saya untuk mengembalikan motor sebelum waktu maghrib gugur sudah. Saya solat di masjid tersebut, satu janji sudah saya ingkari, dan sialnya hape saya mati dan saya tak bisa memberi kabar kepada adik pemilik motor.

Lebih sial lagi, jika sesuai jadwal, ba'da maghrib saya seharusnya sudah berada di tempat Pelepasan Wisuda di KPLT sebagai among tamu dengan pakaian bersih, sopan, dan lengkap sesuai dresscode yang telah ditentukan. Tapi apa yang terjadi? Keadaannya sangat parah, saya masih menggunakan baju outbound! Rok jeans, kaus outbound, dan kerudung hitam.

Bagaimana ini? Saya tak mungkin pulang untuk mengambil baju, rumah saya jauh, saya lalai mempersiapkan, pelepasan wisuda sudah dimulai, satu tanggungjawab saya lalaikan.

Lalu alasan-alasan itu mulai bermunculan di sini.

Teman saya, satu di antara dua, yang mana tadi kami bertemu bersama di masjid, sebut saja Mawar, dia mulai mencari-cari alasan.

Dia biasa memanggil saya dengan sebutan mbak, "Ya udah mbak, aku ada rok item, mau pinjem punyaku aja gag papa," ia menawari dengan sangat sigap.

Kami belum lama dekat, dia sudah mencari-cari alasan untuk membantu saya, "Ohya, boleh?"

"Boleh lah mbak.."

"Kamu naik apa ke kos?"

"Jalan kaki mbak. Gag papa kog."

"Beneran gag papa?"

Ia terus beralasan untuk tak merepotkan saya. 

"Ya udah, aku nganterin Melati ke kos dulu naik motor, terus abis itu ke kosmu ya... ^^ Kosmu mana ya?"

"Karangmalang nomor X43X"

"Berarti dari perempatan kemana?"

"Ke barat terus, sebelum masjid."

"Oh, ya ok, ok, kamarmu yang mana?" saya terlalu banyak tanya, saya hanya ingin mengantisipasi kalau-kalau saya nyasar, tak ada alat komunikasi yang bisa saya gunakan, hape saya wafat sejak pagi.

"Kamarku keliatan begitu buka gerbang, ada di paling ujung. Gini aja mbak, aku jalan, terus aku nungguin kamu di depan gerbang," dia kembali menawarkan bantuan. 

"Di depan gerbang beneran? Gag usah. Kamu kan lagi sakit"

"Gag papa kog. Beneran, aku gag papa," Allahurabbi, serba tak enak, benar-benar tak enak menerima bantuan darinya, tapi aku butuh, aku harus bagaimana?

"Oh, ok, aku anterin Melati dulu ya."

"Ok mbak,"

Fakultas Teknik UNY adalah fakultas yang lumayan luas wilayahnya, dan berpagar keliling. Setelah saya mengantarkan Melati, saya berniat langsung menuju kos Mawar, tak ingin Mawar menunggu lama. Saya mengantar Melati lewat timur FT, separuh FT saya putari. Sudah sampai di barat FT hendak masuk ke perempatan Karangmalang, naas, saya lupa kalau saya pakai motor pinjaman, dan saya harus segera mengembalikan ke KPLT.

Ah, tidak, Mawar pasti menunggu lama.

Tapi akhirnya saya putuskan untuk mengembalikan motor terlebih dulu, dan itu artinya saya harus memutari FT satu kali lagi lewat timur. Saya sangat tergesa-gesa karena takut Mawar menunggu lama... Benar-benar tak sampai hati.

Sesampainya di Karangmalang dengan motor pinjaman yang belum berhasil di kembalikan padahal sudah menghabiskan banyak waktu, ada seorang perempuan mengenakan baju pink di depan gerbang dengan payung berwarna senada pula. Dia Mawar.

Allahuakbar, :') Dia menungguiku di depan gerbang, hampir 20 menitan aku berputar-putar FT tanpa hasil karena hapeku mati dan tak bisa menghubungi si pemilik motor, aku hanya berputar-putar, dan dia masih bertahan di depan gerbang, menungguiku. 

Aku tak tega melihatnya, dan aku langsung meminta maaf, dan dia mengatakan, "Gag papa mbak, gag papa..." Sambil menyibukkan diri dengan payungnya supaya tak ketahuan bahwa ia berbohong. Dan ia menunjukkan wajah yang tetap ceria, dan menandakan respek. Aku tahu betul ia sedang sakit, tapi ia terus dan terus mencari-cari alasan, supaya tak ketahuan. 

Sampai di dalam kamar, "Mbak mandi aja dulu, bajunya biar tak siapin. Kalo pake rok item yang ini mau gag?"

"Emmm kalo yang rok lurus gag pake span ada gag?" bodohnya aku menanyakan hal yang pasti akan menambahnya repot. Ah, terlanjur.

"Emm, coba ya aku cari. Mbak mandi aja dulu, biar tak siapin."

"Oh, ya, ya, ok.."

"Nanti aku anterin rok nya ke kamar mandi."

"Oh gag usah, nanti aku aja yang ambil ke sini," bagaimana mungkin aku tak refleks menolak tawaran bantuannya yang kesekian kali ini, dia benar-benar terus mencari-cari alasan untuk dapat membantuku. Orang baru yang kukenal yang sangat senang membantu, dan ia terus mencari-cari alasan, terus, dan terus. 

Pada akhirnya, pukul delapan malam saya baru bisa menyusul ke KPLT untuk menjadi among tamu dengan pakaian rapi, bersih, dan wangi, dari seorang teman yang belum lama saya kenal.

:::

Dia terus saja mencari-cari alasan!

Pernah punya teman semacam ia?
Begitu bersemangat membantu teman, dengan segala macam alasan yang bisa menyembunyikan kesusahannya saat berusaha membantu. Sampai tak enak hati berusaha mematahkan alasan-alasannya, meskipun saya tahu, ia hanya sedang berpura-pura bisa, berpura-pura bisa membantu, entah ia benar-benar bisa membantu atau tidak dipikir kemudian, yang penting ia berniat membantu.

Ia terus mencari-cari alasan bukan untuk menghindar dari kebaikan, melainkan ia balik, ia mencari-cari alasan untuk dapat melakukan kebaikan. 

Malam itu, malam dimana tak ada hape, tak ada barang elektronik yang bisa aku gunakan, dan Allah mengirimnya untuk memberikan bantuan. Bukan tidak mungkin jika ada hape aku bisa menghubungi banyak orang yang berada jauh dariku untuk memberikan pertolongan, tapi tak akan ada peng-andai-an.

Saya jadi membayangkan, jika saya tak punya teman berupa alat-alat elektronik, masih bisa kah saya mengandalkan kawan-kawan saya? Tapi nyatanya Allah selalu memberikan saya kawan, terimakasih Ya Allah.

_great moment.

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons