Sabtu, 11 Juli 2015

Hati-hati Dengan Sajadah Kita :)

Bismillah,
Salah satu kewajiban kita sebagai ummat muslim, adalah salat 5 (lima) waktu. Untuk kewajiban yang satu ini, sudah tidak ada lagi tawar menawar, sudah paten dan tidak bisa diganggu gugat. Subhanallah, Allah memberikan banyak sekali nikmat yang tersirat dalam gerakan maupun do’a-do’a dalam salat, seperti salah satunya telah banyak dikaji yaitu mengenai manfaat salat dalam kesehatan.

Lalu apa hubungannya sajadah dan kesehatan? Sebenarnya bahasan kita bukan masalah sajadah dan kesehatan, tapi mengenai teknis salat kita sehari-hari. Bagi yang laki-laki, Allah menganjurkan untuk salat berjamaah di Masjid. Sedangkan yang perempuan berjamaah di rumah. Dan Allah akan memuliakan orang-orang yang salat berjamaah baik laki-laki maupun perempuan dengan pahala yang berlipat ganda, hingga 27 kali.

Para jamaah di Masjid seringkali sudah membawa peralatan salat lengkap, mukena, sarung, peci, dan tak lupa sajadah panjang masing-masing. Nah, sajadah ini yang terkadang kurang pas dalam pemanfaatannya. Sajadah digunakan sebagai alas solat, karena terkadang lantai atau tanah tempat kita solat masih kotor, maka sajadah digunakan sebagai alas. Mungkin tidak akan menjadi masalah ketika kita melakukan salat munfarid (salat sendiri). Tapi akan kurang ahsan (baik) ketika digunakan dalam salat berjamaah, karena apa?
Karena realita yang sekarang ada adalah, lebar sajadah melebihi lebar pundak kita, sehingga tidak jarang, saat salat berjamaah, kita menggelar sajadah masing-masing, ada yang kecil, ada yang sedang, dan ada yang sangat lebar. Tapi biasanya kesemuanya melebihi lebar pundak kita. Lalu kenapa itu menjadi masalah?

Allah telah memerintahkan kita untuk merapikan barisan, seperti dalam surat yang tersohor, As Shaf ayat 4, “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” Termasuk di dalamnya, merapikan barisan saat salat, seperti tertuang dalam hadits berikut, “Dari Anas bin Malik ra, Rosulullah bersabda: Luruskan shaf-shaf kalian, dekatkan jarak antaranya, dan sejajarkan bahu-bahu kalian! Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, sesungguhnya aku melihat setan masuk dari celah-celah shaf seperti anak kambing. (HR: Abu Dawud, Ahmad dan lainnya, dishohihkan oleh Imam Al-Albani).



Maka jelaslah perintah untuk menyejajarkan bahu dan merapatkan shaff saat salat, maka akan menjadi masalah, ketika realitanya di masyarakat saat salat berjamaah, semua orang menggelar sajadahnya dan salat di atas sajadahnya masing-masing dengan menyisakan celah di kanan kiri sajadahnya, seakan mereka tidak memiliki tetangga kanan kiri yang seharusnya sama-sama merapatkan barisan (shaff).
Telah jelas masalahnya. Kita harus berhati-hati dengan sajadah kita, meskipun sajadah kita lebar selebar lapangan bola sekalipun, marilah merapatkan barisan dalam salat. Marilah menyejajarkan bahu, dan tidak terkungkung oleh ‘keegoisan sajadah’ kita masing-masing. Sajadah boleh berjejer dan merapat dengan lebarnya masing-masing, tapi barisan salat kita, harus tetap rapat bahu. Nah, tinggal merapatkan bahu, hal yang sederhana dan gampang kan?

Terkadang, mudah bagi kita saling mengingatkan untuk merapatkan barisan bagi kaum muda, karena anak-anak muda masih open minded (kecuali yang tidak :P). Namun, ketika berada di masjid kampung, jamaah yang hadir kebanyakan adalah para orang tua, dan kita akan merasa sungkan untuk mengingatkan mereka. Terutama ibu-ibu yang sajadahnya lebarnya minta ampun, apalagi bagi yang ‘katanya’ sudah bergelar haji, mereka akan membawa sajadah tebal nan lebar kesayangan mereka, dan bisa kita lihat betapa barisan dalam salat itu memiliki banyak sekali celah, hasil dari banyaknya sisa sajadah di sisi kanan dan kiri mereka, padahal kalau diisi satu orang lagi mungkin masih cukup di tiap-tiap celahnya. Untuk kasus yang satu ini, mungkin membutuhkan waktu yang lama dalam penyelesaianannya, karena kita juga harus ‘ngajeni’ atau menghormati orang tua, mengingatkan mereka dengan sopan, dengan unggah ungguh yang benar.

Tapi bukan berarti kita diam saja melihat hal seperti itu, mari peduli dengan berbagi, mungkin mereka yang masih menyisakan celah dalam barisan salatnya dikarenakan mereka belum tahu, maka kewajiban kita untuk memberi tahu mereka :) dengan cara yang baik, seperti perintah berikut, “Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin...” Q.S. Al Maidah ayat 54.
Mari peduli dan mari berbagi.

_Diana Azhar Al Rasyid_

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons