Maaf jarang menyapamu, karena kukira selama ini sudah terlalu banyak perempuan yang menyapamu, terlebih lewat tulisan. Mereka terlalu melankolis ketika menyebut namamu. Mereka selalu membawa perasaan mereka menjadi sewarna dengan warnamu, senja. Tapi ternyata, sampai pada titik ini, aku menyerah dan mengakui, ternyata aku juga perempuan.
Kenapa aku memilihmu?
Aku dengar kabar bahwa terdapat pergantian shift malaikat di dua waktu dalam satu hari, salah satunya adalah setelah adzan asar berkumandang. Para malaikat yang telah mencatat amal manusia-manusia sepertiku selama seharian akan membawa catatan tersebut ke langit. Melaporkan kepada Tuhannya.
Itu mengapa pesan kedua orangtuaku agar aku tak tidur setelah waktu asar, karena kau akan tiba, senja.Pasti orang tuaku menginginkan agar aku melakukan amalan-amalan terbaik di waktumu. Mengiring kepergian para Malaikat ke hadapan Tuhannya. Malaikat mungkin sedang bergegas mengepak barang-barang, terutama catatan-catatan amalku saat kau tiba. Mereka pasti mengepak nya menjadi pak yang rapi, karena mereka akan menyodorkan pak tersebut kepada Rabb.
Tunggu dulu senja.
Senja, aku ingin menceritakan sesuatu padamu. Betapa sedihnya ketika kau datang dan amalan sudah dicatat. Tak bisakah kau menahan warnamu agar para malaikat tak tergesa pergi kepada Tuhannya? Aku ingin memperbaiki sedikit (ah tidak, itu terlalu banyak) catatan hari ini. Beri aku waktu, untuk memperbaikinya, tolong, jangan berubah warna dulu senja, pinta langit pertahankan birunya, jangan tergesa memerah. Tolong pinta matahari tak tergesa turun. Apa jadinya jika kalian tergesa. Mari duduk senja, duduk di sampingku, jangan tergesa. Ajak pula matahari, langit, dan para malaikat itu duduk di sampingmu. Kubuatkan teh hangat di meja bundar depan rumahku, tempatku tergagap menyesali hariku.
Ya senja, ini persoal adikku.
Ya, aku membuat kesalahan padanya. Dan aku membuat kesalahan di kala waktu dhuhur, senja. waktu nya begitu sedikit dan singkat untuk memperbaiki semua kesalahan itu. Ini bukan perkara sepele. Kau tau senja? Sudah pernah kubilang bukan? harta terbaik seorang kakak hanya satu, yaitu adiknya. Senja tolong tahan para malaikat itu, Senja(!)
Kini aku mengerti mengapa ibu Malinkundang sangat bersedih lama berpisah dengannya. Kini aku mengerti betapa rindu Ibahim pada Ismail yang telah lama dipisahkan. Aku semakin mengerti mengapa Aisyah begitu cemburu ketika Muhammad pergi meski sebentar dari sampingnya. Semuanya menunjukkan ekspresi ketakutan untuk kehilangan. Bukan apa, ini persoal waktu, senja.
Tentang waktu. Telah lama bercengkerama bersama, telah banyak waktu dilalui bersama, sudah bukan waktu yang bisa dibilang sebentar, kita bertegur sapa.Banyak perjuangan diusung bersama, beban dibagi bersama. Senyum tulus terbersit di tengah-tengahnya, bukankah konyol jika semua berakhir karena satu khilafku saja? Lebih konyol adalah tentang rasa takutku kehilangan. Mengapa aku harus melakukan kesalahan? Mengapa harus ada kekhilafan?
Pantas ketika ada banyak orang menginginkan waktu nya kembali. Aku sedang mengalami hal yang sama, ingin kuulang waktu sebelum kulakukan khilafku. Tak sampai hati aku membayangkan kebersamaan kami selama ini. Tak sampai pikir konyolnya kulakukan kesalahan. Aku ingin pergi jauh saja agar tak kembali teringat semuanya. Kuingin buat gua yang bisa kugunakan sebagai tempatku sembunyi. Konyol.
Kutahan suara dari tenggorokan, kutahan air dengan kelopak mata, kutahan gemetar dengan tanganku yang kulingkarkan di badan, gemetar tak ingin kehilangan. Kucoba tenangkan.
Kini, sedih, rindu, cemburu, takut, semuanya sedang kurasakan dalam satu waktu.
Tak apa, senja.
Aku tahu kau hanya tunduk pada perintah Tuhanmu. Aku tak bisa menahanmu lebih lama. Sudah saatnya matahari melakukan tugasnya. Sudah saatnya langit bekerjasama dengannya. Datang dan segera pergilah senja.
Semua amal telah tercatat, tinggal do'a yang bisa kusemat.
Kusampaikan do'a pada Tuhanmu, agar mengampuniku. Kusampaikan pada Nya, bahwa aku sangat menyesal. Meskipun penyesalanku mungkin sekali tak berguna, karena luka pasti berbekas. Namun kata salah satu asatidzah, "Kebaikan mampu menghapuskan keburukan", ya, Tuhanmu memberikan harapan. Akan kupergunakan dengan sebaik-baik perlakuan.
Terimakasih senja,
ternyata aku perempuan normal seperti kebanyakan.