Alhamdulillah,
dalam beberapa waktu yang lalu, masih diperkenankan untuk menyempatkan
diri menonton film oleh Yang empunya waktu :) Kali ini filmnya berjudul
EPIC.
Sebuah
film dari negeri jauh, yang mengisahkan tentang kehidupan sebuah kumpulan aneh
menurut saya, sekumpulan manusia daun.Ya, film ini memang diambil dari buku anak “The
Leaf Men and the Brave Good Bugs”.
Lalu apa hubungannya
antara film ini dengan kepercayaan terhadap diri sendiri? Sehingga kita harus
dengan bangga menggaungkan nama kita sendiri, “I am Ihti”, ya saya Ihti, dan
saya bangga menjadi Ihti. Bukan bangga karena Ihti yang memiliki banyak
kekurangan, namun dengan sepenuh kerendahan hati, saya mengucapkan, saya bangga
menjadi Ihti yang telah diciptakan ‘sempurna’ sebagai manusia. Dan bagi saya
ini adalah bentuk rasa syukur yang tiada terkira, yang menolak seluruh caci
hina yang dilontarkan manusia lain terhadap saya.
Sudah barang tentu
bahwa masing-masing kita memiliki kekurangan dan kekurangan itu seringkali
menjadikan alasan kita untuk ‘tidak percaya diri’. Namun rasa syukur dengan
segala nikmat Tuhan yang lengkap, yang diberikan kepada saya benar-benar dapat
meruntuhkan dinding kehinaan tersebut. Merasa tidak percaya diri karena
kekurangan yang sifatnya fitrah (atau sudah dari sananya) adalah kehinaan. Itu
adalah pertanda rasa tidak bersyukur.
Mungkin boleh saja
merasa tidak percaya diri, ketika hafalan surat kita tidak sebanyak hafalan
surat teman kita. Karena kekurangan itu adalah kekurangan yangsifatnya masih
dapat diusahakan perubahannya. Sedangkan tidak percaya diri karena sesuatu yang
fitrah seperti merasa tidak sempurna seperti yang lain, misal berkulit sawo yang
terlalu matang (lho?:D) itu adalah hal
yang konyol dan menghinakan diri sendiri.
That’s you!
It’s me! Sekali lagi saya bangga
mengatakan, “Saya Ihti”
Hubungan antara kepercayan diri dan
film EPIC ini dapat kita perhatikan dengan sederhana, bahwa pengganti dari ratu
daun yang cantik itu adalah seorang anak kecil yang sangat polos, yang belum
mengetahui banyak hal, yang ia merasa dirinya sangat jauh berbeda dengan si
ratu, namun ia memiliki keinginan besar untuk bisa menjadi seorang ratu suatu
saat nanti.
Dan pada akhirnya Sang Ratu memilih
ia, memberinya kuncup bunga ajaib, dan menjadikannya seorang Ratu daun.
Bagaimana bisa? Dia seorang gadis yang konyol, ceroboh, dan siapa sangka
skenarionya menunjuk dia sebagai ratu.
Begitulah, masa depan kita barangkali
tidak ada sangkut pautnya dengan kita yang sekarang. Bisa jadi kita yang
sekarang memiliki banyak kekurangan, namun siapa yang tahu skenario hidup kita?
Hanya Tuhan. Dan kewajiban kita adalah berusaha.
Si gadis konyol itu tak memandang
dirinya hina sama sekali, yang bahkan ibunya sendiri merasa malu dengan
kelakuannya, namun ibunya terus membimbingnya. Lalu jadilah ia ratu, yang
dipilih karena kebaikan hatinya.
Ya, kebaikan hati adalah suatu hal yang dapat
diusahan perubahannya, perubahan menuju yang lebih baik.
Jadi, menjadi diri sendiri kini bukan
lagi pilihan, namun keharusan. Karena itu merupakan rasa syukur kita kepada
Tuhan, dengan mensyukuri segala yang ada dalam diri kita. Namun sekali lagi, menjadi
diri sendiri bukan berarti membiarkan diri sendiri terus bertahan dalam
kejelekan, karena menganggap diri kita yang ‘jelek’ adalah sebenar-benarnya
diri kita. Tidak boleh! Karena diri kita terlalu berharga untuk diacuhkan.
Hidayah itu milik Tuhan, tapi hidayah
adalah hak bagi setiap insan. Tak terkecuali seorang preman. :D
Dulunya preman besoknya ustad, bisa
jadi. Kuncinya, terus perbaiki diri.
0 comments:
Posting Komentar