Ia adalah orang yang mau meluangkan waktunya untuk janjian
bertemu meski harus bersusah payah. Meski pada akhirnya hanya satu atau dua
orang yang datang, dari tujuh orang yang dinantikannya.
Ia adalah orang yang mau memberi kami rechease nabati di kala
jam-jam pertemuan. (Meskipun hanya sebuah rechease, yang ia maksudkan adalah di
setiap pertemuan ia bisa membawakan sesuatu meski hanya barang kecil, dan ia
melakukannya rutin di tiap pertemuan dengan pemberian-pemberian kecil lain. Ia
ingin semua mutarobbi nya mendapatkan hadiah kecil darinya, hingga tak ada satu yang
terlewat)
Ia adalah orang yang mengatakan, “’Afwaan ya motor mbak gag
bisa ngebut, belum diservis” (Ia adalah orang yang tak ingin memberatkan orang
tuanya dengan kegiatan-kegiatan di kampusnya, ia pergunakan fasilitas dengan
bijaknya, motornya sudah bertahan sangat lama bersamanya, menemani
perjalanan-perjalanan jauh pertemuan-pertemuan kita, prambanan, gunung kidul,
kulonprogo, alkid). Menikmati perjalanan pelan bersamanya di antara hiruk pikuk
kota bukan hal yang buruk, bahkan ia begitu romantis).
Ia adalah orang yang siap mendengarkan ceritaku, keluh, di
kala aku butuh didengar, meski ia hanya mengangguk-angguk kemudian tersenyum,
dan akhirnya aku malu, tak seharusnya aku mengeluh seperti itu di depannya, “Kegiatanku
padet banget mbak, bla bla bla... targetanku jadi sulit tercapai,” lagi-lagi ia
hanya mengangguk dan mengunyah makanannya yang ada di mulut, tersenyum
memperhatikanku kemudian mengalihkan pandangannya ke padang panas alkid. (Aku
terdiam, tak seharusnya aku meneruskan keluh itu, karena ia pasti mengalami hal
yang tak lebih mudah dariku, hari-harinya pasti dipenuhi kepadatan, dipenuhi
kesibukan). Akhirnya ia mengeluarkan kalimat pamungkasnya, “Dulu waktu mbak KKN
PPL kondisinya juga sama seperti Ihti (tersenyum), masih memegang amanah kadept
di b*m).” Malu rasanya.
Tapi ia tak marah aku bercerita demikian, ia tetap mau
mendengarkan. Ia lah Murobbi.
Ia adalah orang yang dengan tegas mengatakan, “Kog belum
dimulai? Jam berapa ini? Kalian itu sudah besar, mbak sudah izin telat, mbak
berikan susunan acaranya, seharusnya kalian bisa memulai halaqah mandiri, tidak
harus menunggu.”
Atau ‘memarahi’ kami,
“Anti itu sudah dewasa, sudah bisa mendahulukan mana yang seharusnya prioritas, mau halaqah atau mau ke tempat lain, ditentukan sesuai prioritas, kan sudah diajari mengenai adab izin.”
Atau ‘memarahi’ kami,
“Anti itu sudah dewasa, sudah bisa mendahulukan mana yang seharusnya prioritas, mau halaqah atau mau ke tempat lain, ditentukan sesuai prioritas, kan sudah diajari mengenai adab izin.”
Ia adalah orang yang mempunyai banyak solusi dari berbagai
permasalahan yang kuhadapi, “Carilah tempat yang tinggi, lihatlah tempat-tempat
di bawah, dan tenangkan diri, kalau anti sedang sedih, minta sama Allah.”
Semenjak itu, tempat-tempat tinggi menjadi tempat favorit ketika sedang tak
enak kondisi hati.
Ia adalah orang yang mengatakan, “Anti akan jadi orang
besar, karena pelaut ulung tak akan terlahir dari laut yang tenang.” Tak peduli
apakah ia mengatakan hal yang sama
kepada orang lain juga, tapi apa yang ia katakan bisa menenangkan.
Ia adalah orang yang mengajarkan, “Ikhlas itu ketika semua
perbuatan dilakukan karena Allah.” (Kami memaknai itu dengan sangat dalam,
mengingat-ingat kembali apa yang kami lakukan selama ini, ketika masih ada
makhluk di hati, ketika Allah bukan satu-satu nya di hati.)
Ia pun seperti dukun cinta, ia tahu kami telah dewasa,
dengan tegas ia mengatakan, “Kita sebagai wanita harus menjaga izzah kita.”
Aku menyadari sepenuhnya Murobbi bukan orang yang sempurna,
hanya saja ia telah berhasil membuat hati-hati ini jatuh cinta padanya. Dengan
teladannya yang sederhana, tak banyak kata. Ia adalah orang tua kedua setelah
orang tua di rumah. Ia adalah sahabat yang tak menuntut balas, bahkan sering
hanya memberi tanpa menerima. Ia lah guru.
Ia seperti Nabi Muhammad yang tak sungkan satu rumah bersama
menantu sekaligus mutarobbi nya, Ali. Seorang Murobbi akan baik di mulut dan
baik di perbuatan, hingga ia tak perlu takut ketika harus tinggal satu rumah
dengan Mutarobbinya hanya karena khawatir diketahui kekurangannya, karena ia
adalah orang yang jujur apa adanya. Ia lah guru.
2 comments:
kerennn ti :)
Ella lebih keren :)
Posting Komentar