Tulisan ini muncul bukan sebagai ekspresi membanggakan diri mengenakan jilbab,
justru sebaliknya, tulisan ini muncul karena (mungkin) masih ada sebagian orang yang meragukan, apakah iya dengan berjilbab, seorang wanita akan dapat beraktivitas seperti biasanya...?
Saya berjilbab,
dan saya beraktivitas seperti khalayak wanita beraktivitas, berkarya, dan mengukir prestasi. Bukankah wanita biasanya juga melakukan itu?
Karenanya,
sepantasnyalah, seorang wanita muslim menunjukkan bukti kebesaran Allah yang telah menjaganya sebagai makhluk yang terhormat dengan jilbabnya.
(nyatanya) Penghuni neraka paling banyak adalah dari kaum wanita, tak khayal, ia tak mau menjaga kehormatan dirinya dengan jilbab, padahal sudah jelas adanya perintah mengenakan jilbab, Allah Maha Pengampun atas orang-orang yang memperbaiki diri (beraubat).
Jilbab adalah kehormatan bagi seorang wanita, Allah menciptakan wanita selayaknya berprestasi di atas dunia, tapi tak meninggalkan nilai akhirat yang begitu penting: menutup aurat.
Saya berjilbab sejak kelas 5 SD, dikala yang lain masih sangat asing dengan jilbab. Guru-guru perempuan kala itu belum banyak yang mengenakan jilbab. Seingat saya hanya satu orang di sekolah saya.
Tak pantas bagi saya menyandingkan frasa: "Saya berjilbab" dengan kata "tapi..." seperti kalimat berikut, "Saya berjilbab, tapi nyatanya saya tetap bisa mengukir prestasi. Kata tapi terdengar tak sopan bagi saya, menyandingkan perintah Allah dengan kata tapi. Ia lebih pantas disandingkan dengan kata hubung "dan..."
Saya berjilbab, dan saya berprestasi.
Jilbab sama sekali tak menghalangi saya untuk berprestasi. Kedua orang tua saya sudah mendidik keras anaknya, hidup dengan gaya hidup islam (bukan arabisasi!), gaya hidup yang diajarkan Rasulullah, maka selayaknya saya menunjukkan bahwa apa yang diajarkan Rasulullah adalah sebaik-baik ajaran dan ajaran itu sangat memungkinkan semua orang untuk berprestasi.
Saya berjilbab, dan saya berkarya.
Jilbab sama sekali tak menghalangi saya untuk berkarya dalam tulisan dan desain. Jika banyak orang membuat tulisan yang negatif, tentang keluarga saya, tentang islam, lalu siapa yang akan membela mereka? Untuk itu saya menulis. Jika ada banyak yang membuat desain bebas tak bermoral, lalu siapa yang akan melawan keburukan itu? Untuk itu saya belajar berkarya dalam desain.
Saya berjilbab, dan saya beraktivitas.
Jilbab sama sekali tak menghalangi saya untuk beraktivitas. Saya memimpin forum rapat seperti yang lain juga bisa lakukan, saya bekerjasama dengan banyak orang untuk menjalin relasi seperti yang orang lain juga lakukan, saya mengutarakan pendapat seperti yang orang lain juga bisa lakukan. Tapi saya (berusaha) melakukan semua itu sesuai dengan etika yang diajarkan oleh Nabi Muhammad melalui 'Aisyah dan Khadijah, dengan tetap menjaga aurat.
Khadijah adalah seorang wanita kaya, dan Aisyah adalah seorang wanita cerdas. Bukan tidak mungkin wanita muslim untuk bisa meniru keduanya, dengan tetap mengamalkan apa yang diajarkan tauladan kita.
justru sebaliknya, tulisan ini muncul karena (mungkin) masih ada sebagian orang yang meragukan, apakah iya dengan berjilbab, seorang wanita akan dapat beraktivitas seperti biasanya...?
Saya berjilbab,
dan saya beraktivitas seperti khalayak wanita beraktivitas, berkarya, dan mengukir prestasi. Bukankah wanita biasanya juga melakukan itu?
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Karenanya,
sepantasnyalah, seorang wanita muslim menunjukkan bukti kebesaran Allah yang telah menjaganya sebagai makhluk yang terhormat dengan jilbabnya.
(nyatanya) Penghuni neraka paling banyak adalah dari kaum wanita, tak khayal, ia tak mau menjaga kehormatan dirinya dengan jilbab, padahal sudah jelas adanya perintah mengenakan jilbab, Allah Maha Pengampun atas orang-orang yang memperbaiki diri (beraubat).
Jilbab adalah kehormatan bagi seorang wanita, Allah menciptakan wanita selayaknya berprestasi di atas dunia, tapi tak meninggalkan nilai akhirat yang begitu penting: menutup aurat.
Saya berjilbab sejak kelas 5 SD, dikala yang lain masih sangat asing dengan jilbab. Guru-guru perempuan kala itu belum banyak yang mengenakan jilbab. Seingat saya hanya satu orang di sekolah saya.
Tak pantas bagi saya menyandingkan frasa: "Saya berjilbab" dengan kata "tapi..." seperti kalimat berikut, "Saya berjilbab, tapi nyatanya saya tetap bisa mengukir prestasi. Kata tapi terdengar tak sopan bagi saya, menyandingkan perintah Allah dengan kata tapi. Ia lebih pantas disandingkan dengan kata hubung "dan..."
Saya berjilbab, dan saya berprestasi.
Jilbab sama sekali tak menghalangi saya untuk berprestasi. Kedua orang tua saya sudah mendidik keras anaknya, hidup dengan gaya hidup islam (bukan arabisasi!), gaya hidup yang diajarkan Rasulullah, maka selayaknya saya menunjukkan bahwa apa yang diajarkan Rasulullah adalah sebaik-baik ajaran dan ajaran itu sangat memungkinkan semua orang untuk berprestasi.
Saya berjilbab, dan saya berkarya.
Jilbab sama sekali tak menghalangi saya untuk berkarya dalam tulisan dan desain. Jika banyak orang membuat tulisan yang negatif, tentang keluarga saya, tentang islam, lalu siapa yang akan membela mereka? Untuk itu saya menulis. Jika ada banyak yang membuat desain bebas tak bermoral, lalu siapa yang akan melawan keburukan itu? Untuk itu saya belajar berkarya dalam desain.
Saya berjilbab, dan saya beraktivitas.
Jilbab sama sekali tak menghalangi saya untuk beraktivitas. Saya memimpin forum rapat seperti yang lain juga bisa lakukan, saya bekerjasama dengan banyak orang untuk menjalin relasi seperti yang orang lain juga lakukan, saya mengutarakan pendapat seperti yang orang lain juga bisa lakukan. Tapi saya (berusaha) melakukan semua itu sesuai dengan etika yang diajarkan oleh Nabi Muhammad melalui 'Aisyah dan Khadijah, dengan tetap menjaga aurat.
Khadijah adalah seorang wanita kaya, dan Aisyah adalah seorang wanita cerdas. Bukan tidak mungkin wanita muslim untuk bisa meniru keduanya, dengan tetap mengamalkan apa yang diajarkan tauladan kita.
0 comments:
Posting Komentar