Di pohon-pohon ketegaran itu, ada daun-daun berpucuk rindu. Pucuk-pucuk daun itu bergelantungan, indah ingin segera lepas, ingin segera bertemu dengan yang ia rindu.
Pohon-pohon ketegaran berbatang besar berakar kuat itu bahkan tak bisa menahan pucuk-pucuk rindu yang ingin segera pergi. Lagi-lagi pergi menemui yang ia rindu.
Pucuk-pucuk rindu pada daun, kau bisa merasakan getarnya?
Ini bukan kemarau, tapi hujan jarang turun. Pucuk-pucuk itu berguguran...
Merindu sangat dalam, akhirnya pucuk-pucuk itu bertaburan di tanah membusuk terpendam bersama rindu. Beberapa pucuk berhasil bertahan, dan bertemu dengan yang ia rindu, hujan.
Tapi aku? Pucuk yang ingin bertahan hingga hujan reda, karena yang kurindu bukan hujan,
tapi, langit pasca hujan. Aku ingin menyapanya, menyapa langit pasca hujan.
dan singkat, "Hai langit"
Pohon-pohon ketegaran berbatang besar berakar kuat itu bahkan tak bisa menahan pucuk-pucuk rindu yang ingin segera pergi. Lagi-lagi pergi menemui yang ia rindu.
Pucuk-pucuk rindu pada daun, kau bisa merasakan getarnya?
Ini bukan kemarau, tapi hujan jarang turun. Pucuk-pucuk itu berguguran...
Merindu sangat dalam, akhirnya pucuk-pucuk itu bertaburan di tanah membusuk terpendam bersama rindu. Beberapa pucuk berhasil bertahan, dan bertemu dengan yang ia rindu, hujan.
Tapi aku? Pucuk yang ingin bertahan hingga hujan reda, karena yang kurindu bukan hujan,
tapi, langit pasca hujan. Aku ingin menyapanya, menyapa langit pasca hujan.
dan singkat, "Hai langit"
0 comments:
Posting Komentar