Bismillahirrahmanirrahim...
Saya tertarik dengan cerita ini, cerita pendek tapi berkesan.
Cerita ini berkisah tentang Seorang ulama dan burung kakak tua peliharaannya.
Seorang ulama memelihara seekor burung kakak tua. Ketika ulama
tersebut mengajar para santri nya di kelas, beliau selalu membawa burung kakak
tua tersebut. Hingga pada akhirnya burung kakak tua itu bisa menirukan
do'a-do'a yang disampaikan oleh sang ulama. Seperti dzikir singkat
(Astaghfirullah, Subhanallah, Lailahaillallah Muhammadurrasulullah). Tentu hal
itu menjadi hal yang menggembirakan. Itu mengapa sang Ulama sangat sayang
dengan burung kakak tuanya itu.
Sampai suatu saat, burung kakak tua itu mati karena diterkam
anjing dan berteriak-terak keras. Maka Sang ulama sangat bersedih. Para santri
nya mencoba menghiburnya dengan berbagai cara. Salah satu santri nya
mengatakan, "Biar kami carikan yang baru ustadz,"
Namun jawaban sang Ulama agaknya membuat para santri nya terkejut.
"Tidak. Tidak perlu. Aku bersedih bukan karena kehilangan burung kakak tua itu. Tapi aku bersedih karena ketika burung itu diterkam, ia berteriak-teriak keras. Namun apa yang ia teriakkan bukanlah do'a-do'a yang ia hafal selama ini, melainkan ia hanya berteriak-teriak merintih kesakitan tak karuan, hingga akhirnya ia meninggal."
"Tidak. Tidak perlu. Aku bersedih bukan karena kehilangan burung kakak tua itu. Tapi aku bersedih karena ketika burung itu diterkam, ia berteriak-teriak keras. Namun apa yang ia teriakkan bukanlah do'a-do'a yang ia hafal selama ini, melainkan ia hanya berteriak-teriak merintih kesakitan tak karuan, hingga akhirnya ia meninggal."
::::
Ya, kita sudah rutin menjalankan solat, kita sudah hafal beberapa
do'a harian, kita pun fasih membaca beberapa surat dalam Al Qur'an. Mungkin hal
itu pun bisa dilakukan oleh burung kakak tua.
Lalu samakah kita dengan burung kakak tua?
Sang ulama bersedih karena ternyata meskipun burung kakak tua
kesayangannya hafal beberapa do'a namun itu tidak masuk sampai ke dalam hati,
hanya sampai di mulut saja. Hal itu yang menyebabkan burung kakak tua milik
sang ulama tak mampu mengatakan satu pun do'a yang dihafalnya ketika meninggal.
-Karena do'a yang dihafal tidak sampai masuk ke dalam hati.-
Bagaimana pun kita berbeda dengan burung kakak tua. Manusia
memiliki hati, yang bisa meresapi apa-apa yang ia pelajari, termasuk do'a.
Kenapa kita tidak menghayati mulai dari sekarang?
Ketika saya memasuki sebuah masjid, terlihat ada seorang lelaki
duduk bersimpuh di tempat sujudnya. Ia sedang melakukan usaha. Menghayati itu perlu usaha. Semakin
cepat kita memulai usaha maka semakin besar peluang kita menjadi pelaku
perubahan, minimal perubahan dalam diri kita.
Jangan seperti burung kakak tua (itu).
(Sekali lagi) Penghayatan tak bisa dilakukan tanpa usaha.
0 comments:
Posting Komentar