Dulu saya sering mengamati perbedaan segerombolan mbak-mbak dan mas-mas yang ada di kampus, ketika berkunjung ke kantin. Membedakannya dengan kami yang baru semester 2
Ketika gerombolan kami tertawa terbahak-bahak, berbicara keras keras, mereka tertawaa seadanya, berbicara dengan gerak gerik senaturalnya alias seperlunya.
Saya heran. Padahalm style berbicara yang paling asyik menurut kami ya yang seperti itu. Seperti yang kami lakukan
Tapi sekarang beranjak dewasa. Saya sendiri yang mengalaminya. Entah karen ahormon yang ada dalam tubuh, yang membuat gerak kami menyusut, atau karena nilai kedewasaan yang kami miliki sekarang bertambah... Menjadi sekumpulan orang yang "perhitungan" dengan segala sesuatu. Kamitidak pernah merasa mengurangi gerak kami, tapi secara sendirinya kami mengurangi tawa kami, suara-suara keras kami. Mengurangi gerak kami yang lincah, dan lainnya. Kami mulai menanyakan hal-hal yang serius baik di kuliah, maupun di antara perbincangan kecil kami sendiri. Bukan lagi pertanyaan-pertanyaan ecek-ecek yang biasa dilontarkan tanpa guna.
Ah entah, mungkin beginilah rasanya dewasa. Tidak ada keasyikan yang berkurang menurut saya. Tidak ada. Gaya kami berbicara dengan berkurang nada tingginya tidak mengurangi keasyikan sesungguhnya.
Mungkin beginilah bahasa dan cara bicara orang dewasa: tak banyak bicara.
Ketika gerombolan kami tertawa terbahak-bahak, berbicara keras keras, mereka tertawaa seadanya, berbicara dengan gerak gerik senaturalnya alias seperlunya.
Saya heran. Padahalm style berbicara yang paling asyik menurut kami ya yang seperti itu. Seperti yang kami lakukan
Tapi sekarang beranjak dewasa. Saya sendiri yang mengalaminya. Entah karen ahormon yang ada dalam tubuh, yang membuat gerak kami menyusut, atau karena nilai kedewasaan yang kami miliki sekarang bertambah... Menjadi sekumpulan orang yang "perhitungan" dengan segala sesuatu. Kamitidak pernah merasa mengurangi gerak kami, tapi secara sendirinya kami mengurangi tawa kami, suara-suara keras kami. Mengurangi gerak kami yang lincah, dan lainnya. Kami mulai menanyakan hal-hal yang serius baik di kuliah, maupun di antara perbincangan kecil kami sendiri. Bukan lagi pertanyaan-pertanyaan ecek-ecek yang biasa dilontarkan tanpa guna.
Ah entah, mungkin beginilah rasanya dewasa. Tidak ada keasyikan yang berkurang menurut saya. Tidak ada. Gaya kami berbicara dengan berkurang nada tingginya tidak mengurangi keasyikan sesungguhnya.
Mungkin beginilah bahasa dan cara bicara orang dewasa: tak banyak bicara.
0 comments:
Posting Komentar