Terinspirasi dari sebuah status facebook...
Terimakasih mas Ari. Saya jadi tertarik untuk membahas sesuatu tentang ilmu dan Al Qur'an.
Saya dapat cerita ini di sebuah acara di Gedung Youth Centre Yogyakarta.
Saat itu sedang berjalan sebuah kelas di Pasca Sarjana sebuah universitas. Para mahasiswa S2 itu mendapat tugas oleh Sang Dosen untuk membuat sebuah makalah. Hari itu adalah hari presentasi makalah.
Tidak, saya tidak akan bercerita tentang apa yang akan dipresentasikan para mahasiswa S2 itu. Tapi ada sebuah fenomena unik yang terus terang mencambuk saya, dan mungkin bisa jadi, mencambuk teman-teman juga.
Seluruh mahasiswa melakukan presentasi di depan mahasiswa lain, dan di depan Sang Dosen muda. Tiba giliran seorang mahasiswa, yang usianya lebih tua dari Sang Dosen. Dosen itu mengambil makalahnya yang ada di atas meja, ia angkat, dan bicara di depan kelas, "Ini bukan makalah ilmiah(!) Ini Khutbah Jum'at(!)".
Sang dosen berkata begitu karena rupa-rupanya, mahasiswa pemilik makalah itu mencantumkan beberapa ayat Al Qur'an dan Hadits ke dalam makalah yang dibuatnya.
Lalu apa yang aneh? Tidak ada? Iya kah? Awalnya saya berfikir demikian. Tak aneh jika Pak Dosen mengatakan itu adalah khutbah Jum'at. Mana ada orang yang selama ini membuat sebuah makalah lalu mencantumkan ayat Al Qur'an sebagai sumber dan Hadits sebagai sumber penguat. Teman-teman pernah buat makalah ilmiah semacam itu? Siapa yang berani membuat makalah semacam itu. Bahkan saya tak pernah berfikiran untuk melakukannya sebelum ini.
Keanehan yang saya dapati adalah ketika pemateri mengatakan dan akhirnya menyadarkan saya, "Orang sekarang itu, menganggap bahwa Al Qur'an tidak ilmiah, sampai-sampai makalah yang mencantumkan ayat-ayat al Qur'an sebagai sumber nya adalah Khutbah Jum'at(!)"
Dalam suasana serius di ruangan itu, saya tersentak. "Iya benar. Selama ini, di antara saya dan teman-teman kelas saya, ketika membuat makalah, tak pernah mencantumkan ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits ke dalamnya. Karena kami membedakan antaraa ajaran agama dan ajaran ilmu umum, seperti keduanya tak perlu direlevansikan."
Kami tahu benar teori bahwa ajaran Allah adalah semurni-murni ajaran, dan ajaran itu adalah ajaran yang menjadi sumber segala ajaran (sumber segala ilmu). Lalu dimana letaknya ilmu itu? ya, di Al Qur'an. Tapi dengan cara menafikkan ayat-ayat Al Qur'an dalam pembuatan makalah kuliah kami, kami seperti mengatakan dengan lidah sendiri bahwa Al Qur'an tidak ilmiah. Kami tahu teori, tapi rupanya kami belum bisa menerapkan teori itu selama ini.
Konsistensi isi yang ada di dalam Al Qur'an menunjukkan segala hal ilmiah yang ada sekarang ini sebelumnya sudah tercatat di dalam Al Qur'an, hanya kita saja yang belum memahaminya. Hingga ketika suatu saat kita memahami isi dalam Al Qur'an, tak heran jika banyak para penemu yang pada akhirnya masuk islam dan mengakui kebenaran serta keilmiahan Al Qur'an.
"Al Qur'an berisi kalimat-kalimat Allah, tidak ada manusia atau makhluk lain yang dapat menirukan kalimat-kalimat itu meski hanya satu ayat. Kalimat itu langsung dari Allah. Lalu buku mana yang ke-ilmiahannya melebihi keilmiahan Al Qur'an? Sedangkan buku-buku lain berisi perkataan manusia."
kalimat dari pemateri di ruangan itu benar-benar membungkam mulut saya seketika. Membuat otak saya berpikir keras, dan membenarkan, "Benar."
:::
Pesan yang ingin saya sampaikan adalah: terkadang kita berfikir bahwa ilmu-ilmu eksak dan sains yang ada sampai sekarang ini adalah ilmu yang terpisah dari ilmu yang Allah berikan melalui agama - Nya.
Sampai tiba saatnya kelak, ketika kita semakin menguasai ilmu-ilmu itu, kita akan tahu betul bahwa ilmu itu datangnya dari Allah SWT, seperti halnya para ilmuwan dan para penemu. Mereka membuktikan keberadaan Allah dengan berfikir. Seperti dalam surat Fathir (35): 28
Semoga kita dikaruniai Ilmu yang cerah dan mencerahkan, dan dihindarkan dari kesombongan atas keberpemilikan ilmu.
"Ilmu yang terbaik, paling utama dan pertama, yang paling kompatibel untuk seluruh orang di muka bumi, ilmu agama Islam. Karena Islam itu Rahmatan lil 'alamiin.Buku (kitab) yang paling kompatibel untuk seluruh umat di muka bumi, cuma Al-Qur'an.
Al-Qur'an itu manual book nya manuusia. Apapun masalahnya, cari solusinya di manual book. Cuma Al-Qur'an, yang berisi seluruh aspek-aspek kehidupan manusia. Terjaga kemurniannya dari dulu sampai kiamat, karena Allah sendiri yang meng-garansi kemurniannya, Allah yang akan menjaganya."Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (Al-Hijr : 9)"
_N Hidayat Ary-Sw_
Terimakasih mas Ari. Saya jadi tertarik untuk membahas sesuatu tentang ilmu dan Al Qur'an.
Saya dapat cerita ini di sebuah acara di Gedung Youth Centre Yogyakarta.
Saat itu sedang berjalan sebuah kelas di Pasca Sarjana sebuah universitas. Para mahasiswa S2 itu mendapat tugas oleh Sang Dosen untuk membuat sebuah makalah. Hari itu adalah hari presentasi makalah.
Tidak, saya tidak akan bercerita tentang apa yang akan dipresentasikan para mahasiswa S2 itu. Tapi ada sebuah fenomena unik yang terus terang mencambuk saya, dan mungkin bisa jadi, mencambuk teman-teman juga.
Seluruh mahasiswa melakukan presentasi di depan mahasiswa lain, dan di depan Sang Dosen muda. Tiba giliran seorang mahasiswa, yang usianya lebih tua dari Sang Dosen. Dosen itu mengambil makalahnya yang ada di atas meja, ia angkat, dan bicara di depan kelas, "Ini bukan makalah ilmiah(!) Ini Khutbah Jum'at(!)".
Sang dosen berkata begitu karena rupa-rupanya, mahasiswa pemilik makalah itu mencantumkan beberapa ayat Al Qur'an dan Hadits ke dalam makalah yang dibuatnya.
Lalu apa yang aneh? Tidak ada? Iya kah? Awalnya saya berfikir demikian. Tak aneh jika Pak Dosen mengatakan itu adalah khutbah Jum'at. Mana ada orang yang selama ini membuat sebuah makalah lalu mencantumkan ayat Al Qur'an sebagai sumber dan Hadits sebagai sumber penguat. Teman-teman pernah buat makalah ilmiah semacam itu? Siapa yang berani membuat makalah semacam itu. Bahkan saya tak pernah berfikiran untuk melakukannya sebelum ini.
Keanehan yang saya dapati adalah ketika pemateri mengatakan dan akhirnya menyadarkan saya, "Orang sekarang itu, menganggap bahwa Al Qur'an tidak ilmiah, sampai-sampai makalah yang mencantumkan ayat-ayat al Qur'an sebagai sumber nya adalah Khutbah Jum'at(!)"
Dalam suasana serius di ruangan itu, saya tersentak. "Iya benar. Selama ini, di antara saya dan teman-teman kelas saya, ketika membuat makalah, tak pernah mencantumkan ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits ke dalamnya. Karena kami membedakan antaraa ajaran agama dan ajaran ilmu umum, seperti keduanya tak perlu direlevansikan."
Kami tahu benar teori bahwa ajaran Allah adalah semurni-murni ajaran, dan ajaran itu adalah ajaran yang menjadi sumber segala ajaran (sumber segala ilmu). Lalu dimana letaknya ilmu itu? ya, di Al Qur'an. Tapi dengan cara menafikkan ayat-ayat Al Qur'an dalam pembuatan makalah kuliah kami, kami seperti mengatakan dengan lidah sendiri bahwa Al Qur'an tidak ilmiah. Kami tahu teori, tapi rupanya kami belum bisa menerapkan teori itu selama ini.
Di sinilah saya disadarkan, bukankah Al Qur'an lah sebenar-benar sumber ilmiah yang ada. Ini adalah satu-satu nya buku yang terjaga selama beribu-ribu tahun lamanya, dan tak ada secuil pun yang berubah dari isi di dalamnya.
Konsistensi isi yang ada di dalam Al Qur'an menunjukkan segala hal ilmiah yang ada sekarang ini sebelumnya sudah tercatat di dalam Al Qur'an, hanya kita saja yang belum memahaminya. Hingga ketika suatu saat kita memahami isi dalam Al Qur'an, tak heran jika banyak para penemu yang pada akhirnya masuk islam dan mengakui kebenaran serta keilmiahan Al Qur'an.
"Al Qur'an berisi kalimat-kalimat Allah, tidak ada manusia atau makhluk lain yang dapat menirukan kalimat-kalimat itu meski hanya satu ayat. Kalimat itu langsung dari Allah. Lalu buku mana yang ke-ilmiahannya melebihi keilmiahan Al Qur'an? Sedangkan buku-buku lain berisi perkataan manusia."
kalimat dari pemateri di ruangan itu benar-benar membungkam mulut saya seketika. Membuat otak saya berpikir keras, dan membenarkan, "Benar."
:::
Pesan yang ingin saya sampaikan adalah: terkadang kita berfikir bahwa ilmu-ilmu eksak dan sains yang ada sampai sekarang ini adalah ilmu yang terpisah dari ilmu yang Allah berikan melalui agama - Nya.
Sampai tiba saatnya kelak, ketika kita semakin menguasai ilmu-ilmu itu, kita akan tahu betul bahwa ilmu itu datangnya dari Allah SWT, seperti halnya para ilmuwan dan para penemu. Mereka membuktikan keberadaan Allah dengan berfikir. Seperti dalam surat Fathir (35): 28
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang yang berilmu)"
Semoga kita dikaruniai Ilmu yang cerah dan mencerahkan, dan dihindarkan dari kesombongan atas keberpemilikan ilmu.
2 comments:
Bagus mba tampilan blognya.. tulisanya juga :-D
Iya, terimakasih Fadli,
harapannya bisa jadi motivasi banyak orang untuk menulis...
hidupkan media...
Posting Komentar