Rabu, 19 Oktober 2011

Cinta adalah Sebuah Kata Kerja

Membicarakan cinta, banyak orang merasa ini adalah suatu hal yang sensitif. Tiada ujung bila dibicarakan. Tak sedikit pula yang beranggapan bahwa cinta itu lumrah (maklum), siapa saja boleh memiliki dan memanfaatkan cinta.

Masuk dalam salah satu materi yang saya dapat, materi dari sebuah majelis ilmu yang luar biasa. Bukan yang biasa-biasa saja. Bila digambarkan, majelis ilmu seperti padang rumput, dimana saja kita mencari air, tanah selalu menyediakannya. Dalam majelis ilmu, dimana saja dan darimana saja apabila kita ingin menimba dan mencuri ilmu, majelis ilmu membuka banyak sekali peluang.

Dari pemandu, pembimbing, guru, dosen, tutor, teman sebaya, semuanya menyediakan banyak referensi ilmu. Ilmu yang ingin saya bahas sekarang ini adalah ilmu tentang CINTA ADALAH SEBUAH KATA KERJA.

Dari pernyataan dasar yang ada, kata kerja berarti kata yang berkedudukan sebagai penggerak pelaku. Berarti pula kata tersebut mengajak subjek untuk melakukan sesuatu. Kita anggap di sini, subyeknya adalah diri kita.

Peraturan pertama, bayangkan dalam pikiran bahwa cinta di sini adalah cinta pada benda atau orang.
Jika sudah sepakat dengan peraturan pertama kita beranjak ke permainan makna CINTA.
Cinta kita kepada seseorang, pada benda kesayangan, membuat kita merasa harus memilikinya. Misal saya cinta pada boneka saya, maka saya harus memilikinya agar dia senantiasa bisa menemani saya saat tidur, bisa saya peluk ketika saya sedih, dia bisa mendengarkan cerita saya saat saya sedih, meski kenyataannya ia tetap boneka, yang tak mengerti bahasa manusia.

Misal pula, saya cinta pada seseorang, saya merasa saya harus memilikinya sebagai pacar, agar ia bisa mengerti betapa saya cinta dia, agar ia bisa selalu menemani saya dalam suka maupun duka.

Dua contoh telah dapat membuktikan bahwa selama ini kita berpikir bahwa kita menempatkan CINTA BUKAN SEBAGAI KATA KERJA. Melainkan kita sebagai subjek terlalu banyak menuntut hak, bukan melaksanakan kewajiban. Padahal secara jelas dipelajari pada jenjang kelas 4 SD bahwa antara hak dan kewajiban yang didahulukan adalah kewajiban.

Kita menuntut CINTA untuk menemani kita, kita menuntut CINTA untuk mengerti kita, kita menunut CINTA untuk memberikan kenyamanan pada diri kita, menuntut CINTA untuk memberikan kita bahagia.

Sadari kembali bahwa CINTA adalah penggerak kita untuk melakukan kerja. Maka sudah seharusnya kita melakukan kerja. Jika cinta pada seseorang, maka kita harus MEMberikan pengorbanan padanya, kita harus MElayani dia, MEngerti dia, MEluangkan waktu untuknya, MEnuruti apa permintaanya, Menyerahkan cinta kita seutuhnya padanya.

Masuk ke peraturan kedua, sekarang kita fokuskan CINTA yang kita bahas adalah CINTA pada TUHAN. Cinta pada ALLAH.

Seseorang mengaku cinta, ia rela berkorban, kita mengaku cinta pada ALLAH Ta'ala, maka kita rela berkorban untuk NYa (seharusnya). Kita CINTA ALLAH maka kita MEmberikan pengorbanan untuk Nya, pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, untuk berjalan di atas jalan yang telah ditentukan Nya, yaitu jalan kebenaran.

Seseorang mengaku cinta, ia MEnuruti apa yang diminta, kita MEncitai ALLAH, berarti kita MEnuruti apa yang diminta dan diperintahkan Nya (seharusnya).

Lalu berapa ME lagi yang harus kita lakukan untuk CINTA? semua ME! karena CINTA ADALAH KATA KERJA.

Berat?

Masuk ke peraturan ketiga, dalam padang rumput kita diharuskan banyak belajar dan memperhatikan dimana titik air bisa didapat, begitu pula dalam majelis ilmu, kita harus bisa menemukan dimana titik-titik sumber ilmu bisa didapatkan secara maksimal. Yaitu kembali pada diri kita sendiri.

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons