Senin, 03 Desember 2012

Ajaibnya Orang Jawa

Bismillah,

Sungguh segala puji hanyalah milik Allah, apalagi yang bisa dilakukan manusia jika tak ada rahmat dari-Nya.

Di catatan sebelumnya, saya pernah mencatat soal kisah pisau kecil yang menceritakan betapa luar biasanya orang Jawa, dengan keramahannya, dengan kecerdasannya berinteraksi, dengan kerendahan hatinya, yang terefleksikan dari pola interaksi di daerah Kulonprogo.
Lalu apalagi yang harus saya katakan dalam catatan kali ini tentang orang Jawa? Kembali saya menemukan perbendaharaan bahasa untuk menggambarkan orang Jawa: MEREKA AJAIB!

Banyak sekali keajaiban yang saya temukan ketika saya berada di tengah-tengah mereka.
Ok, saya ceritakan saja, segala cerita yang ada dalam catatan saya kali ini bukan merupakan bentuk ke-lebay-an, tapi semata-mata adalah bentuk kekaguman. Bukan juga sebagai bentuk melebih-lebihkan melainkan itu ungkapan kekaguman (lhoh kog kekaguman lagi). Ya karena itu semua keren! Membuat saya terkagum-kagum, intinya kekaguman yang luar biasa, kekaguman yang belum bisa saya hentikan.


Awal cerita, saya dan Mbak Putri (pegiat Sekolah Pintar Merapi) merencanakan pergi ke Salatiga minggu ini survei sebuah tempat pengelolaan pendidikan anak yang banyak direkomendasikan: QORIYAH TOYIBAH, namun singkat cerita rencana itu tinggallah wacana. Saya dikabari bahwa Simbah kakung sakit, dan saya harus segera ke Wonogiri untuk menjenguknya.
Hari Sabtu pagi berangkat, naik travel. Badan saya berada di dalam travel, tapi pikiran saya terpecah antara Jogja dan Wonogiri, rumit. Setibanya di Wonogiri, perumahan Giri Asri, kerumitan mulai terurai dan mulai tergambar indahnya benang yang lurus.

Bertemu dengan keluarga, dengan  Simbah Kakung, Abah, dan keluarga lainnya. Bercengkerama dan bercerita. Cerita mengenai keajaiban orang Jawa belum bisa saya mulai dari sini, karena saat itu hari sudah sore, pikiran masih terasa kusut, dan badan terasa lemas, tak ada cerita yang bisa saya nikmati.

===*.*.*===
Keajaiban itu dimulai!
Perjalanan menuju ke Kecamatan mBanyak Prodo, mennggunakan mobil yang kapasitasnya hanya untuk 5 orang, baiklah, itu hanya cukup untuk om Didik (nyetir), Mbah Guru (bapaknya om Didik), saya, Budhe, dan Simbah yang masih sakit. Lalu Abah mau naik apa? OK! Bus. Sudah diniatkan naik bus.
Perjalanan menuju mBanyak Prodo berliku-liku, dan indah (mungkin) tapi tak bisa menikmati (pusing). Sampailah di depan rumah. Keluar dari mobil, ternyata ada mobil lagi di belakang, yang sama-sama menghentikan lajunya. Siapa? Keajaiban dimulai! Abah dan satu rombongan keluarga, entah siapa. Inilah hebatnya orang Jawa.
Ternyata, satu keluarga yang ada dalam mobil belakang itu adalah teman Abah kala dulu, sang ayah dan ibu dalam keluarga itu mulai menceritakan kronologisnya, (mereka menggunakan bahasa Jawa yang saking halusnya saya hanya bisa meresponnya dengan cengar-cengir). Kenapa saya mengatakan itu adalah sebuah keajaiban? Ya! Dalam cerita mereka (yang sedikit-sedikit saya bisa mengerti, dikiiiit), diceritakan bahwa mereka kebetulan lewat di tempat nyegat bis, kemudian mereka memperhatikan ada Abah dan paklik di sana, namun mereka hanya lewat, tapi dasar orang Jawa, pasti mikir berkali-kali kalau liyat saudaranya tapi gag disapa, akhirnya mereka putar balik dan membawa Abah hingga sampai ke mBanyak Prodo bersama mobil mereka.
Subhanallah...

Keajaiban-keajaiban selanjutnya berdesakan dalam pikiran saya untuk mulai saya ceritakan:
Begitu rombongan kami sampai di rumah di mBanyak Prodo, seperti ada undangan saja (padahal sama sekali enggak ada), para tetangga berbondong-bondong berdatangan ke rumah, ada yang laki-laki ada yang perempuan, lebih dari 20 orang yang datang ke rumah.

Mereka hendak mengetahui keadaan simbah Kakung dan mendoakan kesehatannya. Bayangkan! Sekitar 20 orang berkunjung untuk menjenguk simbah yang baru pulang dari rumah sakit. Saya ingin tanya, kira-kira kalau ada 20 orang gitu, mereka mau ditaruh dimana di rumahmu? Cukupkah? Di rumahku? Siapa yang sakit ya sudah, keluarganya saja yang mengurus. Memang sih, terkadang kalo di rumah ada yang datang, tapi hanya satu atau dua orang.
Inilah mengapa orang Jawa menggunakan rumah Joglo sebagai rumah mereka, konsep rumah Joglo dimana ruang tamu dan ruang keluarga pasti di set sangat lebar, saaaangat lebar. Beda dengan rumah-rumah minimalis jaman sekarang, ruang tamu hanya 2x2 meter. Orang Jawa selalu menekankan bahwa rumah mereka harus lebar, supaya saudara-saidara mereka dapat leluasa berkunjung.

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons