Sabtu, 02 Mei 2015

Qarun vs Sulaiman, Jangan Tiru Pengagungan Manusia seperti Dilakukan Qarun

Bismillahirrahmanirrahim...

Masih Ingat Kisah Harta Karun?

Selama ini kisah yang diketahui oleh anak-anak kecil tentang kisah harta karun adalah kisah tentang seorang bernama Qarun yang memiliki harta banyak lalu harta tersebut tenggelam ke dalam tanah. Lalu orang-orang apabila menemukan harta berupa emas, logam, atau sekedar benda unik dari dalam tanah mereka menyebutnya sebagai harta karun.

Itu lah mengapa istilah harta karun masih digunakan sampai sekarang. Tapi ada hal yang lebih penting sekedar kisah dongeng untuk anak-anak tentang Qarun yang terlupakan. Hal-hal yang terlupakan tersebut seperti halnya: Bagaimana Qarun bisa mendapatkan harta sebanyak itu? Lalu mengapa harta itu akhirnya tenggelam? Dan siapa yang menenggelamkan? 3 hal tersebut menarik untuk dimunculkan kembali sebagai bahasan.

Namun pembahasan akan lebih menarik ketika kita munculkan tokoh pembanding yang memiliki kesamaan: Sualaiman a.s. agar kita bisa memiliki pandangan yang lebih luas tentang kisah Qarun.

Masuk ke pembahasan pertama. Jadi sebenarnya Qarun itu ada atau tidak? Tokoh nyata atau fiktif? Saya tegaskan bahwa Qarun adalah manusia yang pernah menginjakkan kakinya di bumi yang sama dengan bumi yang kita injak sekarang. Kisahnya diabadikan di dalam Al-Qur’an, buku yang menjadi referensi manusia selama lebih dari 1000 tahun, dan tidak pernah mengalami perubahan sedikitpun, sehingga isi kisah di dalamnya tak mungkin kita ragukan. (Cek Q.S. Al Qasas: 76)

Bagaimana Qarun bisa mendapatkan harta sebanyak itu?

Berita yang beredar, harta yang dimiliki manusia bernama Qarun ini sebanyak satu gerobak besar yang apabila diangkat oleh beberapa orang yang orang kuat saja mereka masih kesulitan. Kita membayangkan hartanya seperti apa? Sebesar gerbong kereta mungkin, sepertinya gerobak yang dimaksud tidak spesifik membicarakan ukuran dalam meter sehingga khayal kita bisa saja berbeda, tapi yang jelas gerobak ini benar-benar berat dan besar.

Tapi, ternyata harta yang ada di dalam gerobak tersebut adalah kunci gudang! Sejauh ini kunci gudang terbesar yang pernah kita lihat itu seberapa besar? Adakah yang sebesar gerobak? Saya rasa tidak. Itu artinya, kunci gudang yang dimaksud adalah kunci yang tidak hanya 1 jumlahnya, namun berupa kunci-kunci gudang yang kecil, yang jumlahnya (pasti) banyak. Kalau harta di dalam gerobak besar itu adalah kunci-kunci gembok, dan gerobak itu sangat berat, lalu berapa jumlahnya? Tentu saja jumlah kunci tersebut menggambarkan seberapa banyak jumlah gudang yang dimiliki Qarun!

Kata ustad Natsir Harits, Lc. “Apakah gudang-gudang Qarun berisi pasir dan batu? Sehingga perlu dikunci gembok? Tentu tidak!” Ya, pastilah gudang-gudang Qarun berisi harta berharga. Itu mengapa hingga sekarang kita mengenal harta karun adalah harta terpendam dalam tanah yang jumlahnya sangat banyak.

Lalu bagaimana Qarun bisa mendapatkan harta sebanyak itu? 

Orang yang bisa memiliki harta banyak di zaman sekarang adalah orang yang memiliki kepandaian mengelola bisnis. Orang yang pandai mengelola bisnis pastilah tahu tentang teori-teori ekonomi perdagangan, karena tidak mungkin seseorang yang tak memiliki ilmu yang memadai dapat mengelola bisnis dengan baik. Begitulah gambaran seorang Qarun. Ia adalah orang yang pandai mengelola ekonomi pada zamannya.

...dan Kami telah menganugerahkan kepada nya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat...” Q.S. Al Qasas: 76

Lalu mengapa harta Qarun tenggelam?

“Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi ia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepada nya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, ‘Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri.’” Q.S. Al Qasas: 76

Ayat tersebut sangat manis sebagai pembuka atau awal dari jawaban mengapa harta Qarun tenggelam, tidak lain dan tidak bukan adalah karena kesombongan (bangga diri) yang dilakukan Qarun. Seperti apa bangga diri yang dilakukan Qarun?

Dia (Qarun) berkata, ‘Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.’...” Q.S. Al Qasas: 78

Harta Qarun tenggelam karena kesombongan dari pemiliknya yang menganggap bahwa harta sebanyak itu berasal dari kepandaian yang dimilikinya (saja). Berasal dari kerja kerasnya (saja). Berasal dari kelebihan yang ada pada dirinya (saja). Padahal dibalik itu semua, ada Yang Maha mengatur.

Siapa Yang bisa menenggelamkan harta sebanyak itu ke dalam tanah?

“...Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?...” Q.S. Al Qasas: 78

Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.” Q.S Al Qasas: 81

Harta yang sangat banyak yang dimiliki oleh Qarun barangkali jika akan ada yang mencuri kesemuanya ia tak akan sanggup karena beratnya, lalu siapa yang bisa menenggelamkan harta-harta tersebut jika bukan dzat Yang Maha Besar? Dzat Yang bisa melakukan apa saja yang Ia maui tanpa bantuan siapapun. Allah lah yang menenggelamkan harta Qarun. Bahkan tidak hanya Qarun, Allah pun telah membinasakan ummat-ummat sebelum Qarun yang berlomba-lomba mengumpulkan harta namun zalim terhadap orang di sekitarnya.

Dzat yang mampu menggerakkan tanah, memerintahkanya agar membelah, dan kemudian tanah-tanah tersebut menelan dengan sempurna harta yang berdiri gagah di atasnya. Siapa yang bisa memerintahkan tanah berbuat semacam itu? Hanya Allah. Allah saja yang bisa berbuat seperti itu.

Pelajaran.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisa Qarun adalah tentang manusia yang mengedepankan dunia. Ia mengumpulkan harta, dan berbuat zalim di antara kaumnya. Kemudian harta yang terkumpul ia klaim sebagai hasil dari kerja payahnya selama ini, berasal dari ilmu yang ia miliki semata.

Kesombongan luar biasa yang berani dilakukan manusia. Ini pula yang dilakukan oleh orang-orang Barat, yang berkiblat pada pemikiran manusia-manusianya. Mereka menganggap kepandaian Einsten lah yang membuat teori gravitasi dapat terungkap dan berkembang menjadi ilmu sains yang diakui seluruh dunia. Mereka menganggap bahwa Socrates, Plato, adalah pencetus ilmu sosial yang mahir, hingga banyak kepentingan politik berkiblat pada teori-teori nya. Mereka memandang permasalahan sains dan politik dari sudut pandang manusia cerdas yang mereka percayai. Dari kisah Qarun bisa kita lihat betapa kisah ini mirip dengan pemikiran Barat yang berpijak pada pengagungan semangat intelektual dan rasionalisme.

Sedangkan umat islam? Berkiblat pada Al Qur’an yang isi di dalamnya adalah seluruhnya perkataan Dzat Yang paling memiliki kuasa. Hal ini dapat tergambar dalam kepribadian Sulaiman a.s.

Sulaiman a.s. 

Sulaiman a.s. adalah sama sebagai manusia, sama dengan kita, sama pula dengan Qarun, pernah pula menginjakkan kaki di bumi yang sedang kita pijak, namun istimewanya ia adalah nabi yang (pastinya) memiliki keimanan tinggi. Sistem yang dianut umat islam dengan tidak mengagungkan pemikiran manusia, namun mengagungkan kebesaran Tuhannya tergambar dari sikap Sulaiman a.s.

Sulaiman a.s. yang juga merupakan raja yang kaya raya, memiliki kerajaan yang lantainya terbuat dari kaca yang dibawahnya mengalir air, kita bisa membayangkan betapa indah kerajaan tersebut. Dan tentunya kekayaan yang dimiliki Sulaiman a.s. dapat tergambar dari kerajaan yang dimilikinya.

Sama dengan Qarun, sama-sama kaya raya. Prinsip awalnya adalah siapa yang mampu mengumpulkan harta banyak maka ia bukanlah orang yang berleha-leha tak memiliki ilmu tentang pengelolaan harta. Ya, orang yang mampu mengumpulkan harta banyak pastinya dikaruniai ilmu yang memadai/memungkinkan ia bisa mendapatkan harta banyaknya tersebut. Sulaiman a.s. adalah manusia yang pandai. Pun bisa jadi sama dengan Qarun, namun bedanya, ketika Qarun ditanya tentang hartanya kemudian menjawab dengan sombongnya bahwa harta tersebut dapat ia peroleh dari ilmu yang dimilikinya, maka Sulaiman a.s. mengatakan hal yang lain.

Sebagai seorang muslim yang taat, ia mengatakan bahwa harta yang diberikan kepadanya adalah keutamaan Tuhannya, dimana Tuhannya sedang menguji apakah dengan harta itu ia akan bersyukur atau kufur (mengingkari nikmat).
Begitulah Sulaiman a.s. bersikap.

Sulaiman a.s. menyadari betul ada yang berperan di belakang semua kesuksesan dunianya, yang membuat semua kesuksesan itu dapat terwujud, yaitu Allah S.W.T Bahkan Sulaiman menganggap bahwa harta nya yang banyak itu bukanlah sebenar-benar nikmat namun Sulaiman menganggap itu sebagai ujian, dari ujian itu ia memiliki pilihan akan bersyukur atas kehendak Allah menjadikannya sukses, atau kufur dengan menganggap bahwa kesuksesannya adalah hasil kerja kerasnya semata. Lalu Sulaiman memilih untuk bersyukur dengan harta itu, dengan menyadari sepenuhnya bahwa harta tersebut datangnya dari kehendak Allah semata.

Berbeda bukan? Antara Qarun dengan Sulaiman? Antara Barat dan Islam?

Terlihat jelas perbedaannya. Yang satu berbicara ‘keagungan’ manusia, yang satu berbicara keagungan Tuhan. Dua hal yang tidak bisa disandingkan untuk disamakan derajatnya.

Maka sebagai umat islam, kita wajib mengambil hikmah dari kisah Qarun dan Sulaiman, mengambilnya sebagai pelajaran dalam hidup kita.
-Ini tentang pola pikir kita tentang mengagungkan manusia atau Tuhan-

Jumat, 01 Mei 2015

Dalam Berbagai Keadaan, Tetap Jadilah Orang Paling Sopan

Semakin aku dewasa semakin aku tahu bahwa aku tak mungkin tak bertemu dengan orang lain. Baru satu langkah keluar dari kamar maka akan ada minimal satu orang yang akan kutemui. Keluar dari rumah, aku akan bertemu dengan orang-orang lainnya.

Tak hanya orangnya yang beragam, kondisinya pun lebih beragam. Dalam kondisi senang, sedih, marah, bahagia, dan lain sebagainya tak sepantasnya berlaku tidak sopan kepada orang lain.

Bagaimanapun perasaanmu, yang harus terus kau lakukan adalah bersikap sopan kepada siapapun dalam keadaan apapun.

Merendahlah! Merendahlah!

Karena hubungan baik dengan manusia adalah tanda hubungan baikmu dengan Allah. Merendahlah.

Dalam berbagai keadaan, tetap jadilah orang paling sopan.

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons