Minggu, 29 September 2013

Lagi-lagi Laki-Laki, Pokoknya Laki-laki

Pokoknya laki-laki.

http://dwinzgaprak.blogspot.com/2012/08/apa-itu-pria.html

Apapun yang terjadi pada sebuah kelompok, besar, kecil, laki-laki harus bisa memimpin. Tak ada ceritanya laki-laki tak bisa memimpin. Pokoknya laki-laki. 

Jika dalam kelompok itu ada masalah, berarti laki-laki dalam kelompok itu bermasalah. Ia bermasalah dengan nalar kepemimpinannya. Pokoknya laki-laki.

Jika dalam sebuah kumpulan itu ada masalah, maka bisa ditebak ada masalah pada laki-laki di sekumpulan orang itu. Pokoknya laki-laki.

Terserah. Tersinggung. Atau tersanjung. Pokoknya laki-laki.

Jika kelompok itu memiliki prestasi, belum tentu laki-laki di dalamnya yang memilikinya. Tapi ia berhasil memimpin orang yang memiliki prestasi itu. Laki-laki.

Terserah. Tersinggung. Atau tersanjung. Pokoknya laki-laki yang memiliki tanggung jawab memimpin, meski ia tidak berstatus sebagai pemimpin sekalipun. Lagi-lagi laki-laki.

Sabtu, 28 September 2013

Bahasa Orang Dewasa

Dulu saya sering mengamati perbedaan segerombolan mbak-mbak dan mas-mas yang ada di kampus, ketika berkunjung ke kantin. Membedakannya dengan kami yang baru semester 2

Ketika gerombolan kami tertawa terbahak-bahak, berbicara keras keras, mereka tertawaa seadanya, berbicara dengan gerak gerik senaturalnya alias seperlunya.

Saya heran. Padahalm style berbicara yang paling asyik menurut kami ya yang seperti itu. Seperti yang kami lakukan

Tapi sekarang beranjak dewasa. Saya sendiri yang mengalaminya. Entah karen ahormon yang ada dalam tubuh, yang membuat gerak kami menyusut, atau karena nilai kedewasaan yang kami miliki sekarang bertambah... Menjadi sekumpulan orang yang "perhitungan" dengan segala sesuatu. Kamitidak pernah merasa mengurangi gerak kami, tapi secara sendirinya kami mengurangi tawa kami, suara-suara keras kami. Mengurangi gerak kami yang lincah, dan lainnya. Kami mulai menanyakan hal-hal yang serius baik di kuliah, maupun di antara perbincangan kecil kami sendiri. Bukan lagi pertanyaan-pertanyaan ecek-ecek yang biasa dilontarkan tanpa guna.

Ah entah, mungkin beginilah rasanya dewasa. Tidak ada keasyikan yang berkurang menurut saya. Tidak ada. Gaya kami berbicara dengan berkurang nada tingginya tidak mengurangi keasyikan sesungguhnya.

Mungkin beginilah bahasa dan cara bicara orang dewasa: tak banyak bicara.

Rabu, 25 September 2013

Kami, Es Teh, dan Solidaritas Sampai Tuntas!

Ngomong-ngomong soal solidaritas, ada cerita menarik dalam keseharian yang diam-diam membangun solidaritas di antara kami. Jadi cerita ini adalah antara kami, solidaritas, dan...

es teh!

Apa sih menariknya es teh? Dulu ketika aku menjadi anak rumahan, jarang banget minum es teh. Ada juga minum teh panas kalau dibuatin sama ummi.

Tapi sekarang begitu move ke Jogja, tepatnya di kampus UNY, rasanya minum air putih itu males. Yang enak itu minum es teh. Soalnya, gag ada warung di sini yang gag jualan es teh. Tiap kali beli makanan, es teh selalu menjadi tawaran, "Minumnya apa mbak? Es Teh? Es Jeruk?"

Seolah es teh adalah minuman rakyat yang tersedia dimanapun kita berada, di Jogja.

Aktivitas di kampus, baik itu aktivitas kuliah dari kuliah teori hingga kuliah praktikum, ataupun aktivitas di Organisasi kampus banyak menguras tenaga. Dengan iklim Jogja yang lebih panas dibandingkan iklim di rumah yang sejuk, seolah menjadi alasan tambahan kenapa kami sangat menggandrungi es teh.

Biasanya, kalau kami sudah lelah dengan kegiatan kampus, kami akan merebahkan badan di kamar, dan memencet tombol ON pada kipas angin yang setia menemani hari-hari panas kami.

Biasanya, ketika kami sudah merebahkan badan di kamar, kami menyeruput bungkusan es teh kami masing-masing. Tapi siang ini, hanya ada satu es teh dan ada tiga orang. Temanku si pemilik es teh mempersilakan kami mencicip es teh miliknya. Ah sungguh temanku satu ini, jiwa dermawan dan solidaritasnya sangat luar biasa.

Kami pun menyeruput es teh yang hanya satu bungkus itu untuk bertiga :D meski masing-masing kami hanya mendapat sedikit, tapi nilai persaudaraan dan solidaritas yang tinggi membuat es teh itu serasa bergalon-galon banyaknya :D

Dan setelah selesai meminum es teh nya, kami akan mengatakan, "Apapun amanah nya, minumnya: es teh!" dengan suka cita dan tawa yang melebur di antara kami :D

Kami berbagi satu sama lain, berbagi tempat merebahkan badan, berbagi bahu kami untuk saling bersandar, dan tak terkecuali berbagi sekedar es teh untuk melebur kehausan :) Bagi kami solidaritas yang kami bangun bukan terjadi sebagai sebuah hal yang kebetulan, bukan sebagai suatu hal yang tiba-tiba saja terjadi, tetapi menjadi penguat bagi kami, bahwa kami: tidak pernah sendiri. :)

Akan selalu ada bahu yang bisa disandari, akan selalu ada space untuk merebahkan badan kami, ada senyum yang selalu mendampingi saat sedih, dan pastinya akan selalu ada es teh yang siap dibagi :D

Sampai-sampai suatu saat kami kehausan, dan beli es teh di sebuah kawasan wisata, kami tidak menyangka harga es teh yang dijual sangat mahal, tapi apa daya :D dengan porsi es teh yang hanya ada 3 cup kecil, yang harganya selangit untuk ukuran es teh, Rp.6000,-! Bayangpun tiga bahkan empat kali lipat dari harga es teh biasa :D Rasanya pun jauh lebih baik es teh angkringan :D Meski begitu, "Apapun amanahnya, minumnya: es teh!"

Kami, Es Teh, dan Solidaritas Sampai Tuntas! Tuntas sampai persahabatan kami berakhir karena waktu...

Senin, 23 September 2013

Mbak Wanodya (Dio) dan mbak Anistika Retno (Anis)


Tragedi Kerudung Kaos.

Siang ini, rasanya kepalaku di ubun-ubun terasa panas, pusing. Kemudian, aku mendapat sms untuk datang ke sebuah tempat, katakanlah janjian. Janjian di masjid.

Awalnya aku menolak untuk datang, karena dengan keadaan kepalaku yang seperti ini aku tak bisa membayangkan bagaimana caranya aku bisa berjalan jauh sampai ke masjid. Tapi aku tengok di luar, ternyata ada mbak Dio. Mbak Dio kan punya motor, barangkali saja aku bisa memintanya mengantarkanku sampai ke masjid.

Set-set-set... (ganti pakaian)

+“Mbak, aku boleh minta tolong gag?”
-“Apa dhek?”
+”Mbak Dio bisa nganterin aku ke masjid Mujahidin gag?”
-“Mau ngapain emang?”
+”Mau ketemu seseorang mbak.”
-“Kamu mau ke masjid Mujahidin pake kerudung gituan? (Red: kerudung kaos warna coklat muda)”
+”Iya mbak (dengan muka heran)”

Sontak terdengar tawa seluruh penghuni kost kamar depan.

-“Ganti! Ganti! Ganti! Gag rela aku liyat akhwat pake kerudung gituan >_<” jawab mbak Dio dengan ekspresi marah dan dengan muka herannya menatapku.
+Aku hanya tertawa, “Ya gag papa kan mbak.”

Eh dengan senang hatinya mbak Anis langsung menimpali... “Haha rupamu ih! (dengan nada girang) Ra sah diterke Dio, nek ra gelem ganti (dengan aseli logat jogja nya)”

-“Iyo ra tak ter ke nek ngono kui...”
+Aku hanya menutup muka dengan jaket yang menempel di badanku. Dan segera berbalik arah dan mengganti kerudungku. Begitu aku keluar dengan kerudung lain, “Naaaaaaaaah (serasa ada paduan suara dari dalam) gitu lho.”

Baiklah-baiklah, ternyata selidik punya selidik, aku diminta berganti kaos karena, “Lha koyo wong tuwo koe nganggo koyo ngono dhek...” (sebenarnya bukan itu alasan utamanya)



Menjaga penampilan ketika keluar rumah itu ternyata perlu lho J selain menghormati orang yang akan kita temui, sebagai perempuan muslim, pakaian yang rapi dan enak dipandang itu sangat disarankan. Seperti halnya menjaga ada bertemu dengan orang lain. Kerudung kaos itu bisa dikatakan tidak sopan ketika digunakan di luar rumah, karena terlihat sangat tidak resmi atau bahasa kasarnya umbrush. Karena ruang pertemuannya masih di area kampus, maka perlu adanya adab menjaga penampilan, apalagi perempuan. 

Dengan catatan tidak berdandan atau berhias berlebihan...

Jumat, 20 September 2013

Senyum

Ternyata senyum itu sesederhana menawarkan minum :) di sana ada senyum... tulus pula. Mau coba?

Tersenyum sepertinya adalah hal sepele. Walau sudah sering menjadi bahasan dalam hadits, bahwa senyum itu ibadah, namun nyatanya banyak orang yang memiliki permasalahan dengan senyum. Banyak dari kita yang sulit untuk menemukan alasan untuk tersenyum. Katanya, nanti jadi senyum-senyum sendiri. Atau alasan lain tak mau tersenyum biasanya adalah merasa tidak menjadi diri sendiri.

Senyum itu menentramkan hati, senyum itu menyejukkan hati yang melihatnya. :)

Senyum itu mempererat hubungan. Senyum itu melanggengkan persahabatan dan persaudaraan. :)

Kita uji coba saja dalam sehari.

Tidak perlu senyum yang berlebihan, cukup senyum sekadarnya, agar tidak terlihat masam di hadapan orang yang sedang berinteraksi dengan kita. Pelajari cara-cara tersenyum, jika kita kesulitan untuk memulainya.

Dan jika sudah memulainya, kau akan bisa merasakan manfaatnya. Manfaat untuk tubuhmu sendiri, atau bahkan manfaat untuk orang-orang yang kau temui, yang nantinya manfaat itu akan kembali ke diri kita lagi. Tanpa ada pengurangan dari Allah atas nikmat tersenyum itu :)

Yuk senyum, supaya terlihat berseri di hadapan saudara kita, karena kita tak boleh terlihat masam di hadapannya :) Agar ia bahagia. Agar ia mendapatkan motivasi dari kita, ketika ia sedih.

Ayolah :)

Rabu, 18 September 2013

Apa Yang Seharusnya Dilakukan Akhwat di Facebook?

Bismillahirrahmanirrahim...

Kali ini, kita akan membahas hal yang ringan-ringan saja dulu. Kali ini Facebook dan akhwat.

Facebook sebagai media sosial(isasi) dan akhwat sebagai 'sosialita' dakwah. Dakwah islam itu mengajarkan kita untuk membicarakan dakwah dimana saja. Maka hal itu berakibat da'i sebagai pengusung dakwah adalah cerminan dari dakwah itu sendiri.

Bisa jadi, seseorang kawan tertarik mendalami islam karena mendapat hidayah dari keteladanan yang kita bawa. Namun juga sebaliknya. Bisa jadi orang terdekat kita illfeel dengan islam, dakwah, dan akhwat karena contoh yang kita bawa.

Hal sepele saja, Facebook. Tren yang sedang beredar adalah update status. Sampai sedang aktivitas apapun bisa jadi bahan update-an. Di kelas, ketika kuliah, ketika di warung bakso, atau ketika berfoto dengan teman. ^_^

Sudah seharusnya kita melakukan perubahan. Bagi yang masih suka update-update yang bermanfaat, sekarang bisa beralih update apapun yang bermanfaat bagi yang melihat dan membacanya. :)

Tren yang sedang beredar tidak harus selalu kita follow dengan mentah-mentah.

Ya siapa sih yang tidak suka menceritakan kejadian menarik yang kita alami dengan teman-teman dekat kita, kita berfoto bersama, ngobrol bersama, dan memunculkan semua kejadian tersebut menjadi sebuah status pemuas dan penenang 'monster keinginan' manusia. Monster keinginan manusia adalah monster yang selalu menghantui manusia dengan beribu keinginan dunia.

Senang lho kalau bisa update dapet boneka baru yang dikasih dari temen. Difoto, diupload, ditambahi beberapa kata-kata manis tanda ucapan terimakasih.

Dilihatlah itu oleh semua.

Kumpul dalam satu forum, dengan orang-orang yang dekat dengan kita. Ambil fotonya, upload, dan tag semua nama orang-orang yang ada dalam foto. Tersebarlah di beranda, hingga semua orang tau, kita ada dimana, sedang beraktivitas dengan siapa saja, ada kedekatan apa, ada hubungan apa, ada pembicaraan apa. Dan semua pembicaraan, aktivitas, dan obrolan yang ada dalam update-an hanya kita dan orang-orang yang ditag yang tau. Sedangkan yang lain dipersilakan menonton.

Seolah ingin memperlihatkan semua itu di depan orang yang tidak memiliki aktivitas serupa. Memperlihatkan bahwa beruntungnya ia, atau sedihnya ia, atau bahagianya ia.

Sebagai akhwat, perempuan yang sadar akan perannya dalam islam sebagai da'i. maka yang perlu dilakukan adalah MENGONTROL DIRI. Mengontrol diri artinya adalah menjaga diri.

Status facebook sekarang sudah seperti bukan dunia maya lagi.tapi sudah seperti kehidupan nyata. Kehidupan yang kita alami selama ini, Menulis update-an

Kamis, 05 September 2013

Komunikasi ala Film Life Of Pi

Malam tadi... tiba-tiba terhenti pada pintu kamar cinta Alhida nomor 1. Di sana ada mbak Desiana dan Atika, dengan posisi PW menonton film berjudul Life Of Pi. Sudah setengah perjalanan film, terlihat seorang berambut ikal, mirip orang India, dengan seekor harimau Benggala berada di sebuah perahu mengapung di lautan luas dan buas.
Sumber gambar:
http://2.bp.blogspot.com/-4tCx4NfPYAQ/ULE7r7ZNZNI/
AAAAAAAAAks/hR_YBvcNW5g/s640/Life+of+Pi+3D+poster.jpg

Aku tertarik untuk bergabung :D Edisi belum banyak tugas kuliah :D
Lama-kelamaan keduanya menjadi kurus, dan badannya tak terurus. Bayangkan saja, lama mengapung di lautan tanpa ada pertolongan, yang akhirnya membuat rambut si manusia ini menjadi gondrong, kulitnya menghitam... ah kasihan.

Ia tak tega untuk membunuh si harimau, ia memilih untuk tetap bertahan bersama si Benggala.

Ada satu percakapan yang menurut ku menarik. "Kalau kita ingin terus hidup bersama, maka kita harus belajar berkomunikasi."

Ya, kalimat itu sangat berkesan untukku. Adegan dalam film itu menggambarkan suasana ketika seorang manusia harus bertahan di tengah laut dengan  harimau yang sejatinya bisa memangsanya kapan saja. Namun sepertinya sebagai manusia, ia terus berusaha menaklukan si Benggala, bagaimanapun ia berpikir keduanya harus bertahan, baik dirinya, maupun Benggala berbadan kekar itu.

Sumber gambar:
http://2.bp.blogspot.com/-hEsUz6bULgE/UOGrwHW6HQI/
AAAAAAAAJS4/JjEsps7B3h8/s200/Life-of-Pi-2.jpg
K O M U N I K A S I adalah suatu bentuk pemecahan masalah baginya. Dengan belajar berkomunikasi keduanya bisa bertahan lebih lama, karena adanya proses timbal balik dan pengertian bersama, namun jelas, komunikasi antara keduanya adalah komunikasi dengan bahasa hewan, manusia lah yang memiliki otak yang pada akhirnya harus menyesuaikan. Ia mencari cara berkomunikasi dengan harimau, dengan tongkat dan peluitnya. Ia melakukan banyak pelatihan dan penyesuaian. Dan terjalinlah komunikasi.

Ya, jika direfleksikan ke kehidupan kita sebagai manusia, kita sebagai sesama manusia pun harus bisa belajar berkomunikasi satu sama lain. Belajar, ya belajar. Karena bisa jadi ada di antara kita yang memiliki masalah komunikasi dengan orang di sekitar kita. Bagaimanapun kita akan hidup bersama manusia yang lain, teman yang lain, saudara, sahabat, partner, dan orang-orang di sekitar kita. Jika kita memiliki masalah dan tak mau berkomunikasi, tak mau belajar membangun komunikasi, itu sama halnya kita membiarkan salah satu di antara kita tenggelam di lautan :D eh salah, maksudnya kalau tidak ada komunikasi, itu artinya kita membiarkan satu di antara kita atau bahkan keduanya masuk dalam prasangka. Dan sebagian prasangka adalah dosa. Iya masih beruntung kalau kita hanya berhenti pada prasangka, kalau sampai masalah yang kita pendam tanpa ada komunikasi menjadi gosip, apa daya. Maka komunikasi itu penting.

Bayangkan, jika komunikasi itu tidak terjalin di antara kita ketika kita memiliki masalah dengan seseorang, padahal kita memiliki tugas yang harus diselesaikan bersama. Dan tugas itu adalah tugas yang menyangkut sebuah sistem, namanya juga sistem, kalau satu tugas tidak dikerjakan dengan baik, maka bagian sistem yang lain akan terganggu. Itu contoh jika kita tidak belajar berkomunikasi dengan partner kerja. Maka sistem akan terganggu. Miss komunikasi akhirnya. Sistem hancur, kepentingan orang banyak jadi hancur.

Contoh lain jika kita gagal berkomunikasi dengan bapak ibu. Ada sebuah masalah yang sejatinya harus dikomunikasikan kepada bapak dan ibu. Namun tidak kita komunikasikan. Akhirnya masalah itu mencuat juga sampai ke telinga orang tua kita dari mulut orang lain. Parah sekali nantinya. Padahal jika kita mau belajar berkomunikasi, memilih jalan komunikasi yang baik, seperti si manusia belajar berkomunikasi dengan harimau, dengan terus mencari cara yang pas, masalah bisa teratasi, minimal tidak menjadi lebih buruk.

Komunikasi dibutuhkan tokoh utama film Life of Pi untuk mempertahankan dua nyawa. Komunikasi dibutuhkan kita bersama, untuk mempertahankan kita dari buruknya efek tidak berkomunikasi :D

ah artikan sendiri ya :D

Saran saya, apapun permasalahan kita dengan orang lain maka komunikasi adalah jalannya, meski bukan jalan satu-satunya, namun komunikasi adalah jalan yang melegakan, jalan penuh berkah karena kita bisa menjalin ukhuwah (persaudaraan), jalan yang baik, insyaAllah.

Tetap dengan batasan yang sudah ditentukan syariat islam. Misal antara laki-laki dan perempuan harus diperhatikan batasannya, antara anak dan orang tua diperhatikan tata kramanya, dengan sesama teman diperhatikan perasaannya, Rasulullah selalu memiliki gaya berkomunikasi yang berbeda jika harus berhadapan dengan orang yang berbeda. Beda ketika Rasul berkomunikasi dengan Abu Bakar yang lemah lembut dan sensitif, beda pula ketika harus berkomunikasi dengan Umar yang gahar :D Atau ketika berbicara/ berkomunikasi dengan 'aisyah yang pintar. Bagaimanapun masalahnya, kaomunikasi harus tetap berlangsung, dan aturan pun tetap melekat.

Anda punya masalah dengan saya? :) komunikasikan :P Jika kita ingin tetap hidup bersama :D

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons