Rabu, 26 November 2014

Karena Hujan Menyuburkan Tumbuhan...

Pernah mencintai sesuatu? Kemudian berbalik sangat membencinya?

Saya adalah orang yang sangat benci hujan, dimana sebelumnya saya orang yang paling mencinta. Saya membenci setelah sekian lama suka. Ada sebuah titik yang membuat rasa ini terbolak balik.

Prolog saya tentang hujan adalah analogi bertabir, yang bisa saya lepaskan tabir nya setelah datang waktunya. Jadi hujan hanyalah analogi, namun ini analogi yang sarat makna.

Jika Allah mengizinkan ingin sekali saya menuliskan analogi hujan ini ke dalam sebuah buku. Ya, nanti jika sudah waktunya.

::::

Ketika saya sangat suka dengan hujan, saya menikmati banyak hal dari hujan yang turun, bermesra dengan hujan, saya bisa menjadi diri saya sendiri ketika hujan datang. Tanpa ada kepura-puraan. Riang, senang, gembira saat hujan mengguyur. Tak peduli kena marah, tak peduli jatuh sakit, setelahnya, bermain-main dengan hujan sangat lah menyenangkan.

Lalu datanglah titik balik, dimana rasa suka saya terhadap hujan berbalik menjadi benci. Benci yang sangat. Saya tak ingin lagi menyentuh hujan, saya ingin menghindar dari hujan, dan saya menghujat hujan habis-habisan.

Titik balik itu adalah saat dimana saya sangat senang bersama dengan hujan, saya menganggap hujan adalah teman terbaik, dan ia yang akan setia bersama. Seolah saya dan hujan adalah sepasang sejoli yang tak dapat dipisahkan. Hingga saya meng-klaim, bahwa hujan adalah milik saya. Tak ada orang lain yang bisa merebut hujan dari saya. Namun  nyatanya, saat saya membuka mata lebar-lebar, ada banyak orang pula bermain-main dengan hujan, dan sama senangnya dengan saya. Seketika itu juga saya membenci langit. Mengapa ia menurunkan hujan dimana-mana. Saya kira ia hanya menurunkan hujan di halaman rumah saya. Saat itu kecewa yang sangat terhadap langit datang seketika.

Kemarahan dan kekecewaan saya kepada langit coba saya redam, bukan langit yang saya benci, Tak seharusnya saya membenci langit, siapa langit hingga saya merasa berhak membencinya.  Akhirnya saya berusaha untuk tak membenci langit, hanya membenci hujan yang diturunkannya.

Tapi segala sesuatu ada puncak ada lembahnya. Saya tahu bahwa tak boleh ada rasa benci pada apapun. Maka saya mencoba mencari alasan bagaimana caranya agar rasa benci hilang.

::::

Saya mencari alasan supaya saya tak membenci hujan, namun juga tak kembali menyukainya. Me netralkan rasa...

Karena hujan menyuburkan tumbuhan.
Karena hujan membuat banyak orang senang.
Karena hujan membawa banyak kemanfaatan.
Karena turunnya hujan memberitahu kita tentang sejauh mana kebijaksanaan langit...

::::

Ketika kita membenci sesuatu, dan kita tahu bahwa hal itu tak baik, maka kita harus berusaha menghilangkan rasa itu. :) Menghilangkan rasa benci itu menenangkan. Menjadi kan kita lebih dewasa. Karena dengan menepis benci kita mampu tersenyum, dan tersenyum hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang dewasa hatinya.

Lihat saja orang-orang yang tersenyum tenang itu, tidakkah terlihat kedewasaannya menghadapi pahit di depan wajahnya? Lihat saja dua sudut bibir yang melengkung dan garis mata yang merendah, ketulusan tak dapat dihadirkan oleh orang-orang yang masih suka bermain-main seperti anak kecil. Ia hanya dapat dihadirkan oleh orang-orang yang telah dewasa.

Menjadi dewasa bukan lah kebanggaan, tapi seperti banyak orang bilang, tua itu pasti, dewasa adalah pilihan. Umur yang semakin menua mengharuskan kita untuk dewasa, bukan lagi kekanak-kanakan dengan mudah membenci sesuatu.

Ayo kita cari alasan, kita cari alasan agar kita tak lagi membenci. Ayo kita cari alasan.

Karena jika kita tetap bertahan dengan kebencian kita, sama halnya dengan membuang-buang waktu kita. Sedangkan usaha kita untuk menghilangkan rasa benci adalah sebaik-baik waktu latihan kita untuk menjadi dewasa.

Untuk menghilangkan rasa benci akan sesuatu, cari sejumlah kebaikan, dan ikhlaskan.

Hingga kita sudah benar-benar kehilangan rasa benci terhadap apa yang seharusnya tak kita benci.

Qs. Al-Baqarah : 216
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”

Tersenyum :)

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons