Senin, 03 Desember 2012

Ajaibnya Orang Jawa

Bismillah,

Sungguh segala puji hanyalah milik Allah, apalagi yang bisa dilakukan manusia jika tak ada rahmat dari-Nya.

Di catatan sebelumnya, saya pernah mencatat soal kisah pisau kecil yang menceritakan betapa luar biasanya orang Jawa, dengan keramahannya, dengan kecerdasannya berinteraksi, dengan kerendahan hatinya, yang terefleksikan dari pola interaksi di daerah Kulonprogo.
Lalu apalagi yang harus saya katakan dalam catatan kali ini tentang orang Jawa? Kembali saya menemukan perbendaharaan bahasa untuk menggambarkan orang Jawa: MEREKA AJAIB!

Banyak sekali keajaiban yang saya temukan ketika saya berada di tengah-tengah mereka.
Ok, saya ceritakan saja, segala cerita yang ada dalam catatan saya kali ini bukan merupakan bentuk ke-lebay-an, tapi semata-mata adalah bentuk kekaguman. Bukan juga sebagai bentuk melebih-lebihkan melainkan itu ungkapan kekaguman (lhoh kog kekaguman lagi). Ya karena itu semua keren! Membuat saya terkagum-kagum, intinya kekaguman yang luar biasa, kekaguman yang belum bisa saya hentikan.


Awal cerita, saya dan Mbak Putri (pegiat Sekolah Pintar Merapi) merencanakan pergi ke Salatiga minggu ini survei sebuah tempat pengelolaan pendidikan anak yang banyak direkomendasikan: QORIYAH TOYIBAH, namun singkat cerita rencana itu tinggallah wacana. Saya dikabari bahwa Simbah kakung sakit, dan saya harus segera ke Wonogiri untuk menjenguknya.
Hari Sabtu pagi berangkat, naik travel. Badan saya berada di dalam travel, tapi pikiran saya terpecah antara Jogja dan Wonogiri, rumit. Setibanya di Wonogiri, perumahan Giri Asri, kerumitan mulai terurai dan mulai tergambar indahnya benang yang lurus.

Bertemu dengan keluarga, dengan  Simbah Kakung, Abah, dan keluarga lainnya. Bercengkerama dan bercerita. Cerita mengenai keajaiban orang Jawa belum bisa saya mulai dari sini, karena saat itu hari sudah sore, pikiran masih terasa kusut, dan badan terasa lemas, tak ada cerita yang bisa saya nikmati.

===*.*.*===
Keajaiban itu dimulai!
Perjalanan menuju ke Kecamatan mBanyak Prodo, mennggunakan mobil yang kapasitasnya hanya untuk 5 orang, baiklah, itu hanya cukup untuk om Didik (nyetir), Mbah Guru (bapaknya om Didik), saya, Budhe, dan Simbah yang masih sakit. Lalu Abah mau naik apa? OK! Bus. Sudah diniatkan naik bus.
Perjalanan menuju mBanyak Prodo berliku-liku, dan indah (mungkin) tapi tak bisa menikmati (pusing). Sampailah di depan rumah. Keluar dari mobil, ternyata ada mobil lagi di belakang, yang sama-sama menghentikan lajunya. Siapa? Keajaiban dimulai! Abah dan satu rombongan keluarga, entah siapa. Inilah hebatnya orang Jawa.
Ternyata, satu keluarga yang ada dalam mobil belakang itu adalah teman Abah kala dulu, sang ayah dan ibu dalam keluarga itu mulai menceritakan kronologisnya, (mereka menggunakan bahasa Jawa yang saking halusnya saya hanya bisa meresponnya dengan cengar-cengir). Kenapa saya mengatakan itu adalah sebuah keajaiban? Ya! Dalam cerita mereka (yang sedikit-sedikit saya bisa mengerti, dikiiiit), diceritakan bahwa mereka kebetulan lewat di tempat nyegat bis, kemudian mereka memperhatikan ada Abah dan paklik di sana, namun mereka hanya lewat, tapi dasar orang Jawa, pasti mikir berkali-kali kalau liyat saudaranya tapi gag disapa, akhirnya mereka putar balik dan membawa Abah hingga sampai ke mBanyak Prodo bersama mobil mereka.
Subhanallah...

Keajaiban-keajaiban selanjutnya berdesakan dalam pikiran saya untuk mulai saya ceritakan:
Begitu rombongan kami sampai di rumah di mBanyak Prodo, seperti ada undangan saja (padahal sama sekali enggak ada), para tetangga berbondong-bondong berdatangan ke rumah, ada yang laki-laki ada yang perempuan, lebih dari 20 orang yang datang ke rumah.

Mereka hendak mengetahui keadaan simbah Kakung dan mendoakan kesehatannya. Bayangkan! Sekitar 20 orang berkunjung untuk menjenguk simbah yang baru pulang dari rumah sakit. Saya ingin tanya, kira-kira kalau ada 20 orang gitu, mereka mau ditaruh dimana di rumahmu? Cukupkah? Di rumahku? Siapa yang sakit ya sudah, keluarganya saja yang mengurus. Memang sih, terkadang kalo di rumah ada yang datang, tapi hanya satu atau dua orang.
Inilah mengapa orang Jawa menggunakan rumah Joglo sebagai rumah mereka, konsep rumah Joglo dimana ruang tamu dan ruang keluarga pasti di set sangat lebar, saaaangat lebar. Beda dengan rumah-rumah minimalis jaman sekarang, ruang tamu hanya 2x2 meter. Orang Jawa selalu menekankan bahwa rumah mereka harus lebar, supaya saudara-saidara mereka dapat leluasa berkunjung.

Sabtu, 03 November 2012

Dan Kuteringat Sahabatku

Bismillah, hari ini, hari yang super sekali, begitulah adanya. Bertemu dengan orang-orang hebat, bercengkerama dalam suasana luar biasa. Dan Olia, kau hanya berjarak beberapa bangku dariku.

Olia Fiamay, yah kuharap kau membaca tulisanku kali ini, tapi bahkan entah kau pernah buka-buka tulisanku di blog atau tidak, atau jangan-jangan kau tidak tau alamat blog ku... Saat sore ini mengikuti materi di kelas, ada sesi untuk menuliskan apa saja pahala yang kira-kira kita dapet hari ini, dan dosa apa saja yang kita lakukan. Aku teringat satu dosa, yaitu membuat Olia marah, ya afwan Olia, aku gag bermaksud. Seharusnya aku katakan, aku naik sepeda, sehingga kau tak perlu marah, jadi tak mungkin aku mengajakmu dengan sepeda itu, perjalanan kita akan sangat panjang, jadi aku memilih untuk tidak memberitahukanmu bahwa aku akan mengendarai sepeda, afwan.

Dan saat aku sudah sampai, dan kau bersama eneng belum, aku jujur khawatir, aku meminta mba Mif sms, tapi katanya tak ada balasan sms kalian sudah sampai mana. Saat kutuliskan dosa itu, tanganku sudah tak bisa diam, dan tak bisa aku membiarkan lengan bajuku tetap kering, karena benar-benar air mataku tak bisa kutahan, terus mengalir, walau materi di kelas sudah berakhir. Tapi di samping itu aku terus mencari bagaimana cara aku meminta maaf, akankah aku segera mendekat ke bangkumu dan memelukmu dengan bercucuran air mata seperti yang kau lakukan saat dulu, atau aku akan menyenggolmu dan tertawa dan kemudian mengatakan, "Tadi aku bikin Oli marah ya?",  atau aku akan membiarkanmu membisu seribu kata hingga nanti aku kembali tiba di Jogja? tapi itu akan melebihi tiga hari. Sampai sekarangpun belum ada jalan yang kutemukan dan belum ada satupun cara yang kuusahakan, hanya membiarkanmu diam.

Ya, aku tak ingin mengulangi hal ini untuk kedua kalinya.

Hanya catatan kecil untuk sahabat, yang mungkin gag akan membaca ini, semoga saat ia bisa membacanya, ia bisa tertawa, seperti biasa.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Kisah Pisau Kecil (MasyaAllah, Ramahnya Orang Jawa)


Bismillah, siapa lagi yang berhak dipuji atas semua ini, selain Allah.

Hari Idul Qurban tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Lebih merasakan bagaimana menjadi mahasiswa, yang ternyata tak bisa apa-apa. Main komputer? OK. Presentasi? OK. Diskusi? OK. Klak klik sana-sini? hidup mahasiswa banget. Giliran suruh bantu-bantu di lapangan? Apa yang mau di klik? kagag ada! ini kenapa butuh politik praktis, gag cuma politik moralis (lho?). Ya bener, harus belajar praktisnya juga, gag hanya teori formalis.

Di Idul Qurban kali ini, solat Ied nya ikutan yang di KulonProgo, daerah mBulu, subhanallah, pemandangannya keren banget. Nah, di saat mau bantu-bantu di momen pemotongan dan pembagian daging Qurban, pengennya si sebagai mahasiswa kreatif dikit lah, pinjem pisau ke rumah warga terdekat (nyatanya jarak rumah satu ke rumah lain jauhnya, pake nanjak nurun pula). Kenapa harus pinjam pisau? Karena gag ada anak Tata Boga di sana yang biasanya bawa-bawa pisau berbagai bentuk kemanapun mereka pergi. Dan juga, karena pisau yang ada di TKP sudah terpakai semua.

Yap, pengennya kreatif, tapi bisa dibilang itu cukup kreatif kan? Ya anggap saja cukup.
Percakapan saat pinjam pisau:

Saya: "Nuwun sewu buuu (dengan suara keras dari kejauhan niru kebiasaan aseli orang Jawa, bersapa meski jarak begitu jauh, emm!)"

Ibuknya: "Oh nggih mbak" (dengan sopannya aseli orang Jawa, tak lupa senyum simpulnya)"--> Sambil menangguhkan waktu untuk menjemur pakaiannya untuk menemuiku

Saya: "Ngapunten Bu, emmm, anu ajeng ngampil peso (aku kagak tau bahasa lain selain peso) kagem ngiris-iris daging teng ngandap (masjid), enten boten geh Bu?" (dengan kemampuan bahasa seadanya)

Ibuknya: "Oh nggih sekedap mbak, tak tilikane" masuk sebentar kemudian, "NIKI MBAK, WONTENE NAMUNG SAKTUNGGAL NIKI, tur nggeh boten pati landep (aduh susah nginget redaksi aseli nya :D halus banget pokoknya)

**************************************************************
CATATAN: Ibuknya bilang hanya ada satu pisau, kita lihat cerita lanjutnya.
**************************************************************

Saya: "Oh boten nopo Buk, kersane mangke diasah wonten mriko." (sambil mikir, ini bahasa ku bener kagag)

Ibuknya: "Oh nggih mbak"

Saya: "Nuwun nggeh Buk."

Ibuknya: "Nggih, nggih."

Saya: ngeloyor pergi dengan hati gembira mendapatkan sebuah pisau dengan penanda karet gelang. Lalalala

=========================================================
KEGIATAN BERLANGSUNG SEHARIAN PENUH KEASIKAN, dan SEMOGA MEMBAWA BERKAH. Lalalala
=========================================================

Sorenya dengan panik mencari pisau yang kupinjam, dan tidak kutemukan,  lalu segera naik ke jalan untuk menuju rumah ibuknya tempat aku pinjem pisau.
*dagdigdug*

Saya: "Assalamualaikum," *toktoktok*

Ibuknya: *terdengar suara berlari, dan terlihat sesosok ibuk tua dari pintu belakang.

Saya: "Ngapunten ibuk, wau pesone pun wangsul dereng nggeh buk?" (sambil mikir, emang itu peso bisa pulang sendiri? Jalan? Ih ngeri! Aduh salah prolog nih, efek degdegan)

Ibuknya: "Oh dereng mbak."

Saya: *haduh! bener kan tu peso gag bisa pulang sendiri!

Ibuknya: *Belom sempat aku menimpali, ibuknya bilang, "Nek misale boten kepanggih boten nopo mbak,"

Saya: *W A W --> berharap si, tapi tetep merasa bersalah
"Niki wau ketlisut buk,"

Ibuknya: "Nggih boten nopo-nopo mbak (dengan nada penekanan yang lebih, seperti seorang bisnisman menyenangkan hati kliennya).Teng mriko kan kentunan tiyang kathah.
Boten nopo, boten sah dipadosi, NAMUNG PESO ALIT MEN, TENG MRIKI TASIH KATHAH (nah lo!)

Saya: *Haduh ???

=========================================================
CATATAN: Ibuknya bilang kalo pisau di rumahnya masih banyak
=========================================================

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$
Nah, dari sekilas percakapan dengan banyak seleksi dan koreksi serta edit di atas, maksud yang ingin saya sampaikan adalah:Orang Jawa itu terkenal sekali dengan M E T O D E basa basinya, mereka itu luar biasa! Itulah kenapa orang Jawa terkenal sekali dengan keramahannya. Dimana mereka memiliki rasa itsar (mendahulukan orang lain) yang sangat tinggi. Mereka sangat sosialis lah pokoknya. Bisa merasakannya sendiri.

Dan dengan kisah pisau kecil (yang sebenarnya gag kecil, nah ini juga metode orang Jawa ni, merendahkan diri), dengan kisah ini ketika di awal ibuknya mengatakan bahwa pisau yang ada di rumahnya tinggal yang satu itu, itu adalah sebuah kerendahan hati yang luar biasa, kenapa? karena ibuknya bilang bahwa, "Niki mbak, wontene namung satunggal niki" kalimat itu menandakan penyesalan dari ibuknya bahwa ia hanya memiliki satu pisau, ia tidak bisa meminjamlan pisau yang lebih banyak lagi.

Dari kisah itu, ketika di awal merendahkan diri dengan kalimat di atas, kemudian setelah saya menghilangkan pisaunya, ibuknya menolak untuk saya mencari pisaunya, dengan kalimat, "boten sah dipadosi". Saya tersentak dengan jawaban itu, Ya Allah, ini orang kelewatan baiknya. Dan kalimatnya dilanjutkan dengan kalimat, namung peso alit men, boten nopo mriki tesih wonten kathah". Ibuknya bilang pisaunya masih banyak di rumah! Ya Allah, ibuknya tuh ya, tulusnya minta ampun. Saya tau persis, ketika orang jawa mengatakan sesuatu itu ada atau ia punya, itu sebenarnya mengada-adakan. Entah sebenarnya di rumah ada banyak pisau atau gag, tapi pasti diada-adakan. Bukan! Bukan sebuah bentuk upaya berbohong. Bukan. Tapi itu adalah upaya menyenangkan hati orang yang diajak bicara.

Seperti halnya ketika seorang Jawa menawarkan makanan, "Ayok makan di tempatku" (versi Indonesia), sebenarnya kalimat itu tidak serta merta berarti di rumah ada makanan. Tapi ketika benar yang diajak itu mau makan, maka akan dicarikan makanan agar bisa makan ditempatnya. Jadi itu bukan sebuah kebohongan.

Subhanallah, mereka itu luar biasa, ramah, itsar, srawung, dan selalu menyenangkan untuk diajak berbicara.

Rabu, 24 Oktober 2012

Pasar Dibenci Allah? Kenapa ya?

Maha Suci Allah,

Yang telah menciptakan bermacam-macam tempat indah di dunia. Dan kemudian ada sebuah tempat yang muncul (dimunculkan oleh manusia) yang biasa kita sebut sebagai P A S A R. Baiklah, pembahasan pasar kali ini jangan dipersempit ya, karena yang dimaksud sebagai pasar kali ini bukan hanya pasar tradisional yang ada di tengah-tengah masyarakat pedesaan dan perkotaan. Tapi  pasar di sini adalah tempat-tempat dilaksanakannya transaksi jual beli, tak luput kita sebut MALL. SUPERMARKET, MART, hingga WARUNG dan PUSATPUSAT PERBELANJAAN juga dinamakan pasar, karena itu semua adalah tempat berlangsungnya jual beli.

Emmm, ehem, saya sebenarnya menulis ini karena saya baru saja menemukan jawaban dari pertanyaan, "Mengapa Allah membenci pasar?" seperti apa yang ada dalam hadits riwayat Ibnu Hibban berikut,
"Tempat-tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjid, dan tempat-tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasar."
Sebenarnya pertanyaan itu timbul sudah sejak lama, kenapa sih, pasar itu dibenci? Apa yang salah dengan pasar? Haghaghag, ternyata saya mendapatkan jawabannya dari sebuah buku aneh yang saya dapati di sebuah perpustakaan yang iseng saya baca, judulnya, "Potret Ikhwan Sejati" karya Fauzun Izmi, bagian "Suka Duka Ikhwan" (LOL). Mungkin bukan buku yang direkomendasikan sama sekali, tapi menarik (emmm LOL). Menilik sebuah masalah dari sudut pandang lain itu: sangat saya sarankan. Itulah mengapa saya baca buku itu.

Baiklah kembali kepada buku, emmm guys pasar itu tempat yang menarik bukan? Ya. Banyak barang-barang keperluan kita bahkan yang bukan menjadi keperluan kita di jual di sana. Pasar tidak hanya menarik untuk melakukan transaksi jual beli, tapi bahkan untuk hanya sekedar jalan-jalan melihat keadaan pun pasar adalah tempat yang menarik.

Fine-fine aja kalau ke pasar (buat aku sih) haghaghag, ternyata fine bagi kita para cewek belum tentu fine bagi para cowok. Mulai nih kita akan tahu kenapa pasar itu tempat yang paling dibenci Allah.

Jadi begini, baik wanita maupun pria, perempuan maupun laki-laki, ikhwan maupun akhwat, cewek maupun cowo, semuanya diperintahkan untuk menjaga pandangannya, agar tidak diumbar. Mengapa menjaga pandangan? karena dengan begitu hati akan terjaga, hati tidak mudah terkotori. Iangtkan dengan perintah menjaga pandangan itu?
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (Q.S. An nur: 30)
 "Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang  nampak dari padanya. ..." (Q.S. An Nuur: 31)
Sekilas aja sih tentang perintah itu, pasti sudah semua tahu tentang perintah itu. Kamudian, sekarang kaitannya dengan pasar, di buku itu dijelaskan bahwa menjaga pandangan menjadi perkara yang sangat sulit bagi ikhwan ketika berada di pasar. Bagaimana tidak?! Ketika berada di pasar, banyak perempuan yang memperlihatkan auratnya dengan terang-terangan (ingat: pasar itu tidak hanya pasar, tapi juga MALL dan kawan-kawannya) di sana seperti aurat wanita tidak ada harganya saja. Dengan kondisi yang seperti itu, pasar adalah tempat yang melalaikan. Tidak hanya itu, bahaya melalaikan itu tidak hanya serta merta menghantui yang ikhwan saja, tapi juga bagi para akhwat (wanita muslim), karena pasar adalah tempat bercampur baur wanita dan laki-laki (bayangkan saja, di tempat seramai itu banyak wanita dan laki-laki yang bercampur baur, tertawa terbahak-bahak, berinteraksi tak berbatas), dan juga pasar adalah tempat obrolan-obrolan tak karuan (banyak orang, baik pedagang maupun pembeli yang berkata-kata yang sia-sia saat berada di sana).

Imam Nawawipun menjelaskan alasannya kenapa pasar menjadi tempat terburuk di dunia, karena pasar adalah tempat penipuan, kebohongan, riba, sumpah palsu, ingkar janji, dan berpaling dari dzikrullah.

Maka hal yang seharusnya dilakukan ketika memasuki pasar adalah berdo'a saat akan memasukinya, datang apabila ada kebutuhan mendesak dan syar'i (jadi saat mau beli, fokuslah pada apa yang akan dibeli, jangan mudah tergoda dengan hal-hal lain :)), juga  menjaga pandangan jangan lupa, memilih waktu yang tepat, dan berhemat.

Jadi ternyata pasar dibenci oleh Allah karena dengan berkumpulnya orang di sana, sumber-sumber masalah dan maksiat pun dengan segera menghampiri, dari yang ngobrol ngalor ngidul, bertransaksi dengan kecurangan-kecurangan, dan interaksi yang sangat mengerikan, bebas sekali antara laki-laki dan perempuan. Maka apabila terpaksa kita berada di sana karena sebuah keperluan, diperbolehkan kog, asal tetap memperhatikan hal-hal di atas, dan senantiasa dzikrullah, itu adalah jalan terbaik.

Semangat perbaikan, kembali niatkan yang baik untuk segala urusan.

_Diana Azhar Al Rasyid_

Minggu, 21 Oktober 2012

Pendidikan dari Kacamata Mahasiswa Semester Tiga

Bismillah, semoga Allah memberi ridho Nya di setiap gores tinta (eh sekarang dah gag pake tinta)
di setiap tik-tik tuts kesayanganku ini :)

Ternyata setelah mendapat gelar mahasiswa, baru terasa seperti apa siswa yang sebenarnya, merasa selama ini sistem pendidikan di Indonesia agak aneh, mau mengatakan bahwa sistemnya buruk atau gagal, saya gag punya parameter yang empiris (dapat dibuktikan), karena Pemerintah memiliki politik data, tak bisa sembarangan kita mengatakan pemerintah itu gagal. Ya, ini hanya subjektivitas seorang mahasiswi semester 3.

Selama SD-SMP-SMA, banyak sekali ilmu yang masuk ke otak saya, saya bersyukur paling tidak, ada banyak pengetahuan yang bisa saya pelajari untuk mengasah segalanya. Tapi kemudian, lepas dari SMA, dididik di luar rumah (bahkan sangat jauh dari rumah) untuk bertahan hidup tanpa orang tua. Dan tak ada ilmu di SD, SMP, atau bahkan SMA yang mengajari saya tentang semua itu, jadi apalah artinya ketika kepandaian yang saya miliki tentang ilmu fisika, matematika, bahkan kemampuan Bahasa, tidak diimbangi dengan ilmu bertahan hidup dan ilmu kemasyarakatan. Betapa terlihat bahwa sistem pendidikan di Indonesia sangat mengejar ketercapaian IQ dan tidak disertai target ketercapaian Social ataupun Emotional Quation.

Hingga akhirnya, banyak Mahasiswa baru yang kemudian menyesuaikan dengan cepat di lingkungan kampus yang jauh dari orang tua karena tuntutan, namun kecepatan tuntutan itu tidak diimbangi kecepatan ilmu. Banyak mahasiswa yang hanya berkutat dengan kampus dan kost. Selain itu, waktu selebihnya digunakan sekedar untuk: menghabiskan uang kiriman di mall, pusat perbelanjaan, pusat pariwisata, atau pusat jajanan alias makanan.

Banyak sikap materialisme dan sikap hedonisme yang muncul di kepribadian mahasiswa Indonesia tak lepas dari didikan yang tidak tepat pada jenjang-jenjang sebelumnya. Katakanlah, pendidikan yang sedang kita bahas adalah pendidikan dalam arti sempit, yaitu pendidikan yang terdapat di instansi resmi pemerintah yaitu: sekolah.

Pada jenjang sebelum jenjang Pendidikan Tinggi, siswa terus 'dicekoki' dengan ilmu-ilmu eksak, kemudian 'ditandingkan' kemampuannya melalui tes yang menjadi momok bagi tiap siswa yaitu: Ujian Nasional. Karena kemampuan EQ dan SSQ yang tidak ditanamkan dengan serius sejak awal, maka wajar saja para siswa menganggap bahwa ujian nasional adalah momok yang menakutkan dan kecurangan-kecurangan dari yang kecil hingga yang besar tak segan untuk dilakukan, untuk mendapatkan selembar ijazah. Itu yang mereka pikirkan, selembar ijazah bukan lembaran ilmu.

Setelah masuk di pendidikan tinggi, banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil. Saya menyadari bahwa pendidikan di kelas itu sangat sempit, dan sedangkan dunia sangat luas. Banyak ilmu yang saya dapatkan di luar kelas, dengan tidak mengesampingkan ilmu yang didapat di dalam kelas. Penanaman dan pengajaran tentang SSQ, EQ, itu sangat terasa di luar kelas. Meski pengajaran tentang softskills itu terbilang terlambat, namun tidak dapat dipungkiri bahwa semua itu sangat bermanfaat. Tentang hal kecil saja, tentang bagaimana berinteraksi dengan masyarakat berbagai lapisan, dari mulai pemulung hingga pelobi ulung. Dari mulai pedagang asongan sampai pihak birokrasi perkuliahan, semua didapatkan di luar kelas. Juga ilmu yang berkaitan dengan survival, dimana diri sendiri diajari untuk dapat bertahan hidup jauh dari orang tua, tidak hanya dari segi finansial, namun dari segi mitivasi, segi keagamaan, bagaimana mempertahankan apa yang sudah diajarkan orang tua agar tetap dapat dijunjung tinggi meski sudah jauh dari mereka.

Namun dunia luar kelas yang seperti apa yang bisa memberikan pelajaran seperti itu?

Dunia yang memiliki lingkungan yang baik. Dimana setiap waktunya diisi dengan hal-hal manfaat. Banyak wadah, seperti kegiatan intra kampus, maupun ekstra kampus, yang bisa memenuhi kebutuhan yang tidak diajarkan di dalam kelas.


Pendidikan semacam itu yang belum saya temukan di dalam kelas, dalam artian dalam kurikulum yang dirancang pemerintah.

Semoga bisa menjadi koreksi kita bersama sebagai praktisi pendidikan di kampus pendidikan dan dimanapun. Amin

_Diana Azhar Al Rasyid_

Sabtu, 20 Oktober 2012

Tipe Orang Keren

Bismillah

Perhatian, membaca ini jangan kayak orang mau nglamar kerja, harus dengan semangat yang tinggi, dan gaya baca bebas kayak komentator gosip papan atas.

Kalian anak muda? Ya. Saya suka anak muda. Kalian suka gosip? (Sepertinya iya). Jangan menyebarkan gosip bahwa tulisan ini membuat kalian jadi penasaran sama orang keren, dan ngaca mencari segi ke-keren-nan kalian. Jadilah generasi muda yang bijak dengan tetap menyimpan rahasia kalian yang sedang bertanya, "Gua udah sesuai belom ya?" tengok kanan kiri dulu kalo mau baca, biar leluasa ngaca ;)

Sebenarnya ada beberapa tipe orang keren

  • Pertama : Orang yang sebenernya gag keren tapi menganggap dan men-sugesti dirinya bahwa dirinya keren
  • Kedua : Orang yang dianggap keren dan menyadarinya, hingga sering ketagihan menampakkan ke-kerenannya
  •  Ketiga : Orang yang gag sadar bahwa dirinya itu keren.
  • Keempat : Orang yang sadar dirinya keren, tapi cuek bebek (sok cool)
  • Kelima : Orang yang sadar dirinya keren, tapi menundukkan pandangan
Dari kelima kategori itu, masing-masing kita bisa menyimpulkan dengan kesimpulan masing-masing sesuai dengan pengalaman yang sudah pernah ditemui. Dan mungkin langsung tergambar seperti apa gaya masing-masing tipe.

Karena pengalaman seseorang dengan orang yang lain berbeda sama sekali, akan sangat mungkin bahwa kriteria di atas belum menyamakan frame satu dengan yang lainnya.

Orang keren itu relatif. Ya. Orang keren itu tergantung perspektif. Ya.

Tapi kita di sini akan membahas 5 bahasan di atas, di luar itu, diskusikan di tempat lain ^^

Orang pertama, dia adalah orang yang sering sekali muncul (dan berusaha memunculkan diri alias mekso) di setiap kesempatan yang ada. Dan biasanya, telinganya bebal, semakin orang bersorak, seolah semakin orang mendukungnya, padahal orang-orang memintanya untuk yaaaa sekedar pura-pura mati boleh saja laaah, asal bisa hening sejenak dari tingkahnya. Ya, biarlah orang tipe ini tetep masuk kategori, ya sebagai nominator sudah cukup membahagiakan sepertinya.

Orang kedua,  mungkin orang-orang sepakat bahwa dirinya keren, mungkin dari fisik, dari kapasitas, atau dari yang lainnya (biasanya parameter paling gampang sih: fisik) dan ternyata kabar berita itu sudah berresonansi hingga ke telinganya, alhasil ia semakin PD saja untuk tampil di khalayak umum. Levelnya lebih tinggi dari orang pertama (ya anggap saja begitu).Tipe ini biasanya adalah tipe orang pembelajar yang ekstra cepat, karena dia punya parameter jelas, yaitu: gosip tentang dirinya yang beredar. Sedikit saja ada berita miring tentang dirinya, dia akan mencoba sesegera mungkin memperbaiki diri, memperbaiki citra, karena dia senang tampil di hadapan orang. Kelemahannya adalah: motivasinya semu! Hanya penilaian orang.

Orang ketiga, tipe orang kayak gini nih yang langka, orang keren tapi gag sadar dirinya keren, tapi jarang pemirsa, sangat jarang. Tipe orang seperti ini biasanya adalah anak-anak polos yang tidak sering bergaul dengan teman-temannya, kutu buku....? bisa jadi..... (hanya salah satu contoh). Sebenarnya orang ini adalah orang yang potensial menjadi orang keren terdepan dan terpercaya. Tapi masalahnya, dia tidak berkutat dengan omongan dan standar gaya orang lain, jadi dia berhasil meng-inkubasi dirinya sendiri dari pengaruh orang, alhasil jadilah dirinya yang apa adanya (keren), tapi reaksi orang biasanya: "Andaikan dia mau dandan begini," atau "Andaikan dia gini, " "Andaikan dia gitu pasti keren abis." Yah, beginilah orang yang berhasil menjadi dirinya sendiri, Hold on guys! (Pasti banyak orang yang menyayangkan sikapmu yang your self banget, tapi i think it will be great)

Orang keempat, tipe orang ini adalah tipe orang yang mungkin mirip-mirip lah dengan yang ada di tivi-tivi, orang cool yang kalau lewat sekali aja di depan banyak orang seakan-akan dunia sedang berada pada tingkat gravitasi yang rendah sehingga slow motion pun tak dapat dihindarkan. Untuk tipe ini, tak ada penilaian pasti, karena ya biarlah orang tipe ini keren dari sononya. Siapa yang kalian bayangkan? (wiuw). Diri kalian sendiri? W A W

Handsome. Cool.


Orang kelima, dahsyat pokoknya! Kalau orang ketiga jarang karena itu adalah sifat alami, kalau yang ini jarang karena ini faktor dari dalam diri. Orang keren tipe ini sangat susah dicari. Mana? Mana? Mana? Nih ya, tipe orang kayak gini nih, pertama keren, kedua sadar, ketiga tunduk. Sebenernya yang bikin keren bukan apa-apa, tapi namanya aura apa boleh dikata, aura itu mungkin tidak terlihat, tapi tertanam kuat. Dia sebagai orang keren sadar kalau fansnya banyak, dia berada pada puncak kejayaan (seolah-olah aja sih), dan dikagum-kagumi banyak orang, dipuji-puji, sampai di lem-lem (baca: dalem) banyak orang karena kekerenannya. Tapi dia tunduk. Tunduk pandangan, tunduk pikiran, tunduk pendengaran, tunduk perkataan, dan tunduk hati. Ah susah kalau ngomongin aura mah, gag bisa digambarin, beda kog auranya. Kelima jenis tunduk yang udah disebut diartikan secara terang-terangan (lugas) dan secara sembunyi-sembunyi (eh maksudnya lawannya lugas, alias eksplisit). Tunduk pandangan: Dia jalan gag banyak meleng kanan kiri, dia menjaga pandangannya dari pemandangan-pemandangan yang sia-sia, apalagi pemandangan yang gag bener adanya. Kerennya lagi, dia melakukan itu karena satu: zat yang dia sebut sebagai tuhannya. Dia melakukan itu karena itu! Dia mengamalkan perintah tuhan yang disebut-sebut sebagai pencipta ke-keren-annya. Beuhhh! Orang cool yang beriman fullllll!

Mana? Mana? Mana?

Tiba-tiba terlihat sosok di depan layar menarik  napas, membulatkan mata, dan mengatupkan bibir, dan emmmmmmmmm bisik dalam hati, "Itu gua!" "Kalau pun certita tipe itu bukan gua so, gua yang bakal jadi kayak gitu."

hupt! Allah sedang memproses orang-orang keren tipe 5, insyaAllah.

Kelima tipe di atas benar-benar terbukti berdasarkan analisis SWOT: Subyektifitas, Wacana, Oooo manifestasi pribadi......., Teliuss!

Kamis, 18 Oktober 2012

Ya Allah, Cantiknya...

Bismillah

Akun Facebook  adalah akun yang sangat sering diugunakan para muda-mudi untuk berkomunikasi berbasis teks (eiits ini bukan kuliah, ngomongnya biasa aja), maksudnya, FB itu mirip dengan sms, hanya saja sms hanya komunikasi dua arah, sedangkan komunikasi yang sering dijalin sekarang adalah komunikasi beramai-ramai yang tidak hanya dua arah. Sms masih sering digunakan, penting juga, tapi FB rupanya sudah banyak mengambil alih peran sms dengan segala kelebihannya.

FB banyak yang menggunakan salah satunya karena saat kita pasang status di FB, yang melihat status kita adalah banyak orang, beda dengan sms, hanya satu orang, dan interaksinya sudah mirip dengan interaksi langsung. Sedangkan sms, memiliki banyak kelemahan. Sekian bahas sms, kita lanjut FB...

 Di FB, banyak sekali yang bisa kita post, mulai dari Teks, Gambar, Video, dan lain-lain. Nah, dari postingan yang macamnya banyak itu, mungkin postingan yang paling menarik adalah postingan berupa foto. Ya Foto! Karena foto adalah gambar yang dapat bercerita, bercerita indahnya pemandangan, dan bercerita betapa CANTIKNYA DIA... Kalau saya laki-laki, saya sepertinya ditagih untuk istighfar sama malaikat di samping saya, biar kelebat kekaguman itu itu tidak mengerak menjadi dosa permanen.

Seringkali, banyak perempuan yang mem-post gambar-gambar pribadinya dengan pose close-up. Cantik sekali, wajah yang manis, putih, dan berkerudung rapi, luar biasa cantiknya. Saya yang perempuan jujur: kagum. Sangat kagum, karena benar-benar cantik, dan saya yakin, foto yang di-upload  itu adalah foto terbaik yang dimilikinya, Subhanallah. Sense of berbaginya luar biasa. hmmm

Sedddddihhhhhhhhhhh! (tersaingi, #lho?) Sedih sekali melihat semua wajah-wajah itu terpampang di dunia maya ini, Ya Allah, apa daya, Saya harap yang laki-laki tutup mata. Tapi apa daya. Saya harap data bit posting nya gag lenkap, jadi fotonya gag sempurna terlihat. Tapi apa daya. Ya Allah, ingin men-sensor itu. Tapi apa daya.

Semoga yang perempuan bisa men-sensor gambar-gambarnya dengan lebih hati-hati, doa itulah daya yang bisa dilakukan sekarang ini.

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang  nampak dari padanya.

Semoga bisa diambil pelajaran darinya. Amin.

Rabu, 17 Oktober 2012

Mengajak Kawan pada Kebaikan

Bismillahirrahmanirrahim,
Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih

Mengajak pada kebaikan adalah salah satu hakikat berdakwah. Dahulu, saya belum begitu mengerti apa dakwah itu, taunya mengajak pada kebaikan, ngajakin orang, dan sudah,selesai. Saya pikir simpel saja saat itu, dan ternyata seiring dengan perkembangan wilayah dakwah, perkembangan peran sosial yang diemban, dan pendewasaan pemahaman, saya merasa ada banyak hal tentang dakwah yang harus diseriusi tidak sekedar mengajak.

Dari mengajak itu pula, ada banyak permasalahan dari yang simpel sampai yang rumit dan kompleks. Sedikit bercerita saat dulu saya SMA. Di kegiatan ekstra kurikuler SMA tepatnya ROHIS (Kerohaniasn Islam). Saya merasa geram kepada teman-teman saya, ketika saya mengajak mereka untuk mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah yang berkaitan dengan keagamaan, mereka tidak merespon dengan baik. Sebenarnya lebih tepatnya saya itu merasa bingung: "Kog ya, ada fasilitas segitu bagus dan mudah untuk akses ilmu agama, mereka gag respon juga, apa sih yang mereka mau. Padahal jelas, ilmu agama itu urgent banget," begitu pikir saya. Bahkan terkadang saya jengkel dengan sikap mereka. Mungkin saking sayangnya saya ke mereka :))

Hingga akhirnya, perasaan-perasaan seperti itu terus saya olah (pendam lebih tepatnya) hingga tiba waktunya saya kembali nyebur dalam karantina dakwah, dakwah kampus, yang iklimnya jauh berbeda dengan dakwah sekolah. Kalau saat SMA saya merasa bingung, sekarang, di dakwah kampus saya merasa heran tapi saya lebih bisa menahan keheranan saya, karena saya memahami bahwa kami (saya dan teman-teman) berasal dari lingkungan yang jauh berbeda, baik di kelas, di organisasi, maupun di lingkungan besar seperti prodi, jurusan, fakultas, apalagi universitas, sehingga saya paham kalau tidak semua orang bisa dengan cepat merespon ajakan kita.

Mengajak mereka yang berasal dari latar yang berbeda, terkadang membuat saya sungkan, sehingga ketika saya mengajak teman-teman saya, tidak jarang saya menyeleksi siapa saja yang akan saya ajak. Berbeda dengan di SMA, saya cenderung mengajak ke semua, karena anak SMA kebanyakan adalah anak-anak yang penurut (pada aturan sekolah, lumayan bisa dimanfaatkan). Di kampus ini, terlihat sekali, mana orang-orang yang masih peduli pada kebaikan (mau bergerak dan digerakkan), mana yang setengah-setengah (hanya diam dan mengamati), dan mana yang apatis (tidak tau menau soal kebaikan, lebih tertarik pada dunia selain dunia yang baik, katakanlah begitu, lebih sopan).

Biasanya saya lebih suka dan cenderung mengajak pada tipe yang pertama, pada mereka yang masih peduli pada kebaikan, dimana mereka akan selalu terbuka pada kebaikan yang ditawarkan. Nah kalau posisinya seperti itu mudah bagi kita untuk berdakwah, karena mereka dengan sukarela membuka diri dengan tawaran-tawaran kebaikan, tinggal kita yang berperan menjadi orang-orang yang membawa tawaran-tawaran kebaikan itu.

Saya merasa nyaman dengan itu (jelas!), ibarat menanam di tanah yang subur. Berbeda dengan menanam di tanah yang tandus, perlu usaha lebih, tapi bukan berarti tanah yang tandus tidak bisa ditanami. Seiring waktu, sekarang saya bisa mengerti bahwa kami (saya dan teman-teman) sudah dewasa, bagaimana menyikapi kebaikan itu bukan lagi masalah paksaan, tapi masalah pilihan.

Jadi, sekarang saya memberanikan diri untuk mengajak ke semua orang, tidak hanya pada orang-orang tertentu saja, karena menyampaikan ajakan itu: tugas saya. Dan menerima atau menolak ajakan itu: hak mereka, dan kewenangan Allah.

Seperti halnya saya berusaha untuk memupuk tanah, kalau saya terus menyeimbangkan kadar hara di tanah subur, itu hal yang mudah. Tapi tanah tandus juga perlu diurus, usaha memupuk dan mengurus tanah tandus itu: tugas saya (kita) dan kemudian tanahnya jadi subur atau tandus itu: kewenangan Allah.




_Diana AzharAl Rasyid_

Selasa, 25 September 2012

Dua Sejoli Siang dan Malam

Saat Mata Kuliah Matematika Diskrit... Kutemukan banyak lembaran kertas kosong di tasku
apa daya, aku tergoda, sambil menuliskan angka-angka berjajar yang dituliskan oleh bapak dosen, aku goreskan tinta, namun yang keluar
bukan angka
tapi kata...
Ya, beginilah kalau jemari tak pandai menari secara eksak, akhirnya banyak kata terangkum dan menyatu dalam erat gaya puisi lama...

Dua Sejoli, Siang dan Malam

indah Siang kelam Malam
Dua Sejoli yang berpasangan dalam diam
cerah siang hitam malam
dua sepasang berjalan beriringan

Dunia dibuat berwarna oleh siang
Dunia dibuat sederhana oleh malam
Bintang gemintang tak terlihat kala siang
Tak berarti hilang pesona bintang
Mentari tak berani mengusik malam
Tak berarti lenyap pesona terang yang terpancar

Adakah malam bertemu siang
Adakah siang menemukan malam
tidak,
mereka tak pernah berpapasan
mereka hanya beriringan
bercinta dalam ketaatan pada Tuhan

Senin, 24 September 2012

Bersikap

Kebijakan tak menuntut usia
kedewasaan tak berbicara umur muda atau tua
kekerdilan adalah dimana ia mengutuk diri tak berguna
keputusasaan bukan jalan, melainkan ungkapan setan yang melenakan
mana yang akan menjadi pilihan...


Allah membiarkanku terpapah

kini berada dalam gundah dan lelah
pada dunia yang tak berujung sudah
tak apalah
jika buahnya adalah aku kembali berserah
pada satu-satunya Illah

Mana yang akan jadi sikap?
Menjadi bijak; atau

menjadi dewasa; atau
menjadi kerdil; atau
berputus asa?

Allah adalah sebaik-baik tempat kembali seorang hamba

keputusan tak bisa menunggu lama
jadilah dewasa pada tubuh yang muda!

Minggu, 22 Juli 2012

Cita-cita di Masa Tua

Aku bersyukur diberi umur yang lebih panjang dari umur daun. Daun hijau, warnanya akan menguning, ia akan jatuh saat tangkainya merelakannya. Begitulah daun akhirnya menjalani masa tuanya, terhampar di tanah dengan sebelumnya bermesraan dengan angin. Begitulah ia ditakdirkan di masa tua, tapi sebuah kehormatan baginya untuk menaati perintah Rajanya untuk membantu tanah menjadi subur dan kemudian melahirkan daun-daun baru nantinya.
Sekarang, di masa muda ini, di kala umur masih belasan banyak sekali teman yang umurnya tak jauh berbeda, di jalan, di kost, di kampus, di masjid, di toko, dimanapun, tempat-tempat itu didominasi oleh para pemuda. Jarang sekali bisa melihat kakek dan nenek tua di sana.
Tapi masih dapat tersaji di suatu tempat apabila kita beruntung dapat melihat, ada pasangan kakek dan nenek yang masih berlaku mesra. Mereka menjalani masa tua dengan kegembiraan bersyukur dapat berboncengan di atas sepeda. Kemesraan semakin terlihat ketika jalan menanjak, sang nenek harap-harap cemas di belakang dengan merangkul erat punggung sang kakek, dan terlihat di wajah kakek usaha kerasnya, seolah ingin mengatakan pada nenek bahwa ia berusaha dan terus berusaha. Keprihatinan tidak membuat mereka berputus asa.
Begitulah masa-masa tua dijalani dengan cinta. Cinta yang tidak diusung dalam hati para pemuda, namun baru bisa mengakar di masa tua.
Ketika ditanya soal cita-cita, yang banyak keluar dari mulut kita adalah keinginan di masa depan sebatas profesi. Namun, kali ini bukan profesi, bukan cita-cita bergaji, mari sama-sama membangun cita-cita sederhana di hari tua nanti.
Mau pilih yang mana? Jadi nenek-nenek (karena aku cewek, jadi pakeknya nenek aja ya) yang kerjaannya tiap hari ngisi TTS, atau nenek-nenek yang tiap hari duduk di teras liyatin orang lalu lalang, atau nenek-nenek yang tiap hari berbaring di kasur, atau nenek-nenek yang dandanannya keremajaan?
Atau jadi nenek-nenek yang super aktif, atau nenek-nenek yang cerewet komentar segala macam hal?
Jagalah masa mudamu maka Allah akan menjaga masa tuamu untukmu.
Begitulah Allah menjanjikan penjagaan eksklusif bagi orang-orang di masa tua, dengan prasyarat saat mudapun menjaga diri dengan menganggap bahwa diri kita adalah raja yang harus dilayani dengan baik (tapi beda dengan memanjakan diri). Lalu apa hubungannya dengan cita-cita di masa tua? Kita bisa bercita-cita, namun Allahlah yang memisahkan daun dengan tangkainya, Allah lah yang mempertemukan daun dengan tanah, Allah lah yang mengatur segalanya. Tak ada guna kita memiliki cita-cita setinggi awan, seidah pelangi, kalau masa muda kita tidak dijaga, yang nantinya pun akan berefek pada masa tua yang tak tertata.
OK. Cita-cita di masa tuaku nanti: menanam tanaman kacang hijau di samping rumah, membuat teh dan menikmatinya di depan rumah dengan pemandangan di depan adalah hamparan sawah dan pepohonan tinggi dan rindang, melihat halaman rumah dipenuhi anak-anak di sore hari, mendengar lantunan ayat suci di tiap waktu di rumah yang udara dan cahaya bisa masuk dengan leluasa, tersenyum dengan kerut di wajah yang membuatku jadi nenek yang cantik, mendongeng di depan banyak anak-anak dan melihat mereka tertawa terhibur olehku saat bercerita, intinya: mengelola lembaga pengembangan potensi anak-anak generasi penopang kemajuan bangsa, di tempat yang dekat dengan alam semesta :) bersama orang-orang di sampingku yang memiliki visi sama: mencari penghidupan dunia berinvestasi surga.
Apa cita-citamu di masa tua? :)

_Diana Azhar Al Rasyid_

Jumat, 20 Juli 2012

Mencoba Menjadi Meja

Bismillah

Terkadang manusia seringkali tidak puas dengan keadaan dirinya sendiri, seringkali merasa iri dengan yang dimiliki oleh orang lain. Begitupun aku. Iri? Dilihat dari sisi positifnya: Alhamdulillah, aku masih tergolong manusia (hoho). Dilihat dari sisi negatifnya: haduh banyak sekali. Tentu menjadi hal yang negatif ketika kita selalu merasa kekurangan dan rasa kekurangan itu tidaklah menimbulkan usaha yang lebih namun malah menimbulkan keluh dan kesah.

Setiap dari kita sudah mendapat 'jatah' hidup masing-masing, dan timbangan Allah adalah timbangan yang paling adil, tidak seperti timbangan yang dibuat oleh manusia, atau tokoh sekelas Harry Potter sekalipun.

(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar.
Kali ini, karena sedang merasa bosan menjadi seorang Diana Azhar, jadilah aku berfikir ingin menjadi sebuah meja (beginilah manusia mengalihkan hidupnya, mencari makna dari setiap peristiwa, dan setiap benda, mungkin malaikatpun tidak pernah merasakan betapa nikmat perenunganseperti ini, karena mereka terlalu sempurna).

Memiliki empat kaki tak lantas ia bisa berdiri tegak menopang mangkuk di atasnya. Terkadang ada yang tidak seimbang antara kanan dan kiri, antara depan dan belakang. Ketimpangan itu tak lantas dihujat oleh pemakainya, namun segera dicarikan pengganjal sebagai solusinya.

Meja oh meja. Ingin rasanya aku bisa sepertimu, memberikan kemanfaatan tiada henti, ketika kau ada kekurangan, segera ada yang menimpali dan membantu mencarikan solusi.

Meja, bermacam rupa, meragam warna dan jenisnya, tapi fungsinya tetap sama: menopang. Bahkan hanya itu yang kau tau, menopang dan menopang, terus memberi kemanfaatan.

Meja, tak harus kau memiliki empat kaki, terkadang bentukmu tak seperti rupa biasanya, aneh, artistik, daaaan yaaa emmm, nyentrik, tapi keanehan itu tak lantas membuat fungsimu berubah, terkadang kau hanya berkaki satu, itu aneh, tapi kau tetap meja, yang terus memberi kemanfaatan.

Kursi adalah pasanganmu, orang jadi lebih nyaman bersamamu ketika kau bersama si kursi. Orang senang menghampiri kalian. Betapa senangnya menjadi kalian, selalu ada saja yang datang membutuhkan bantuan kalian, kalianpun selalu menawarkan pelayanan terbaik hingga orang merasa nyaman.

hmmm, kalian beruntung ya.

Sebentar, kalian begitu banyak memberi kemanfaatan, dan aku iri pada kalian? Siapa aku ini? Manusia! Hei! Apa aku lupa, bahwa yang membuat kalian menjadi sedemikian bermanfaat adalah manusia?! Aku sebagai manusia telah iri pada kalian?! Betapa tidak bersyukur.

Sungguh hidup ini sangat sempit dan penuh dengan keluh, ketika dunia menjauh, tapi sepertinya kita lupa, dunia boleh menjauh, serasa hilang dan sia-sia semua peluh, seolah tak ada yang peduli dengan kita, kita lupa bahwa dunia masih punya banyak sisa. Kita mungkin kehilangan sesuatu, teman, kepercayaan, semangat, namun apapun itu, sisanya masih terlalu banyak, keluarga kita sehat, itu sebuah kabar gembira! pakaian kita masih bersih dan bagus, itu nikmat luar biasa! Di depan kita masih makanan masih tersedia, tak ada ruang untuk kita tak bersyukur.

Aku tak ingin lagi menjadi meja, ataupun kursi, aku kehilangan temanku.... tapi mungkin aku masih bisa membujuknya untuk menjadi temanku lagi, menjadi meja mungkin tak bisa memilih kursi sebagai temannya, terkadang ia diletakkan sendiri, ia tak bisa mencari, dan aku? masih bisa mencari banyak teman baru, ah! aku akan memubujuk temanku untuk bersahabat kembali denganku.

Aku tak ingin lagi menjadi meja, ataupun kursi, aku kehilangan semangatku... tapi mungkin ada yang salah dengan pola hidupku, kalau aku jadi meja, aku harus menunggu lama untuk bisa tegak berdiri hingga ada yang benar-benar peduli memberiku solusi, tapi aku manusia, aku harus bisa mendatangkan solusi untuk diriku sendiri, semangatku hilang, mungkin karena aku jauh dari Tuhan! Padahal hidupku adalah permainan semata, karna kehidupan yang sebenarnya
bukan di dunia, lalu pantaskah dunia menjadi sebab hilangnya semangatku? Ah! Tuhan, izinkan aku mendekat lagi pada Mu.

Aku tak ingin lagi menjadi meja dan kursi, aku kehilangan kepercayaan...tapi mungkin aku masih bisa memperbaikinya! Allah Maha membolak-balikkan hati manusia, lalu siapa yang bisa menjamin usahaku memperbaiki kepercayaan orang padaku akan sia-sia? Ah! pesimisme, buang saja. Aku bukan meja, aku bisa menegakkan sendiri punggungku dan melecut kembali ikhlasku, dan akan aku dapatkan kembali kepercayaan semua orang kepadaku.

Karna aku ditakdirkan sebagai manusia!
pilihanku kini adalah hidup mulia! bukan hidup bagai meja! Terimakasih banyak meja :)

Rabu, 11 Juli 2012

La Tahzan "Yang Lalu Biar Berlalu"


Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu sama arinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi.
Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dikihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam ‘ruang’ penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam ‘penjara’ pengacuhan selamanya. Atau diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.
Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu! Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata k eke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sanagt naïf, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan.
Membaca kembali lembaran-lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Dalam Al-Qur’an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaumdan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, “Itu adalah umat yang dulu.” Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah.
Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang mengergaji serbuk kayu.
Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu ,mengingatkan orang yang meratapi masa lalunya demikian: “Dan konon, kata orang yang mngerti bahasa binatang, sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini,”Mengapa enkau tidak menarik gerobak?”
“Aku benci khayalan,” jawab keledai.
Adalah bencana besar manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk. Padahal,betapapun seluruh masnusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya.
Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan!
Dikutip dari buku La Tahzan, Jangan bersedih, oleh dr. Aidh Al-Qrni

Selasa, 07 Februari 2012

MARI MENIRU CARA NABI MENGHARGAI

Berbicara Organisasi, Tak Kan Lepas dari bahasan “SALING MENGHARGAI”

MARI MENIRU CARA NABI MENGHARGAI

Bismillah, in the Name of Allah...
Ehmmm, guyz, benar, Maha Suci Allah yang memberikan ‘sumber tauladan’ yang sangat mulia kepada seluruh umat manusia, Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah orang yang paling tahu caranya menghargai orang lain dengan cara-cara yang luar biasa. Yuk belajar dari kisah-kisah beliau dalam menghargai para sahabatnya ^^

Reward atau penghargaan. Pada dasarnya setiap manusia ingin mendapatkannya bahkan seringkali berlomba-lomba untuknya dengan beragam motivasi. Nah berbicara organisasi, entah kedudukan kita sebagai pemimpin atau apapun itu, perlu adanya saling menghargai satu sama lain. Menghargai tidak sekedar ‘memberikan harga’ pada jasa orang lain, tetapi sesuai ajaran Rasulullah, menghargai memiliki makna yang lebih dari itu, di sana terdapat makna persaudaraan (bahasa kerennya: ukhuwah) yang mendalam, dan pernghargaan antar sesama juga menunjukakan rasa cinta dan peduli. So show up your love guyz! Eeeeits cinta dalam persaudaraan islam yaaaa, bukan yang lain.

Dengan pernghargaan yang diberikan pada para sahabatnya, Rasulullah Muhammad SAW berhasil membuat para sahabatnya itu merasa Ge Er bahwa ialah yang paling dicintai oleh Rasulullah, padahal, Rasulullah memberlakukan hal yang sama kepada sahabat-sahabat yang lain, namun mereka tidak mengetahuinya, seolah penghargaan itu hanya diberikan pada dirinya saja, itulah pandainya Rasul Allah satu ini. Seperti dalam cerita unik ini, bahwa suatu saat dalam forum rutin, ada seorang sahabat yang tidak hadir karena berhalangan, dan Rasulullah pun menanyakan namanya di hadapan forum, para sahabat seisi forum tentu merasa iri atas kecintaan Rasulullah pada sahabat yang tidak hadir tersebut sampai-sampai Rasulullah menyebut namanya di hadapan forum karena perasaan khawatir Rasulullah. Padahal Rasulullah memberlakukan hal yang sama atas sahabat yang lain.

Subhanallah, hal sekecil itu bahkan dilakukan Rasulullah sebagai bentuk penghargaan dan perhatiannya pada para sahabat. Akan jadi luar biasa apabila hal kecil itu tertanam dan terlaksana oleh para pemimpin di organisasi yang kita ikuti. Mungkin hanya berawal dari sebuah hal kecil seperti itu ya guyz, tapi efeknya luar biasa, bisa bikin para sahabat Ge Er coba, haduh gimana ya kalau itu terjadi pada kita? Nama kita ditanyakan di depan forum ketika kita tidak hadir? Tapi jangan dijadiin motivasi buat sering bolos rapat yaaaa, hayooo… Ohya, ‘Ge Er’ nya para sahabat di sini bukan berarti terus menyombongkan diri, tapi mereka terus memacu kinerja mereka, baik dilihat atau tidak dilihat oleh Rasulullah.


Rupanya, pemimpin-pemimpin kita (dan kita juga) sudah sering melupakan hal kecil ini. Padahal Rasulullah yang merupakan peng-kader umat terbaik, pimpinan perang terhebat, dan penyusun skenario perang terdahsyat sekalipun, masih menyempatkan diri memberikan penghargaan pada para sahabatnya, seperti pada cerita Julaibib, bagaimana Rasulullah begitu menghargai tentara perangnya yang gagah satu ini. Faktanya, Julaibib bukanlah seorang sahabat yang terkenal dan memiliki banyak harta, bahkan ia adalah sahabat Nabi yang papa (miskin), namun ia rajin berdzikir dan tak pernah absen dari shaf pertama salat jamaah dan aktif dalam berbagai pertempuran, kita???


Ah agan semua pasti sudah mengetahui tentang kisah Julaibib ini, sedikit kita ingat lagi yuk. Nah, singkat cerita Nabi kerap kali bertanya tentang pem-bujang-annya. Namun ia selalu menjawabnya dengan jawaban yang sama, dengan nada keraguan ia mengatakan bahwa mana ada seorang perempuan yang mau menikah dengannya yang serba kekurangan harta dan tak berkedudukan itu. Dan Rasulullahpun mengutusnya datang ke sebuah keluarga kaya raya dan menikah dengan anak gadis dalam keluarga tersebut. Benarlah bahwa orang tua si gadis meragukannya, namun si gadis tak kuasa menolak jodoh yang dipilihkan langsung oleh Rasulullah. Meskipun Julaibib miskin, namun si gadis yakin dengan pilihan Rasulullah. Akhirnya terbangunlah sebuah ikatan suci berlandaskan taqwa dan ridha-Nya.


Seruan Jihad berkumandang, dan Julaibib turut serta dalam peperangan hingga akhirnya syahid. Ini nih cerita intinya, tentang penghargaan Nabi terhadap Julaibib, cerita cinta Julaibib semoga bisa jadi selingan bermakna ya guyz! Ahihi!

Saat Nabi mengabsen nama-nama sahabat yang gugur, dan para sahabat memberikan sederetan nama, namun rupanya mereka lupa akan Julaibib sehingga namanya tidak ada dalam daftar. Namun tidak dengan Nabi, Nabi tak sekalipun melupakannya, tidak sekalipun! (PENTING untuk para pemimpin dan calon-calon pemimpin). Beliau Nabi Yang Mulia berkata, “Tapi aku merasa kehilangan Julaibib.” Dan setelah mencarinya, Rasulullah menemukan jenazah Julaibib tertutup pasir, dan Rasul nan mulia ini membersihkan pasir di wajah prajurit perangnya itu (so sweet…sungguh pemimpin yang rendah hati) dan ia berkata, “Ternyata engkau telah membunuh tujuh orang musuh, kemudian engkau sendiri terbunuh. Engkau termasuk golonganku dan akupun termasuk golonganmu. Engkau termasuk golonganku dan akupun termasuk golonganmu. Engkau termasuk golonganku dan akupun termasuk golonganmu.”

Begitulah cara Nabi menghargai jasa dan prestasi. Bukan pada harta dan KEDUDUKAN. Mantep guyz, Nabi sampai ngucapin kalimat kedua terhitung tiga kali, berarti tak ada keraguan sedikitpun atas jasa Julaibib ini. Penghargaan tiada tara dari Rasul langsung!


Tapi bukan berarti kita menghargai jasa rekan dalam organisasi dengan mengatakan, “Engkau termasuk golonganku dan akupun termasuk golonganmu,” seperti yang dikatakan Nabi. Bukannya merasa dihargai malah terkesan sombong, nah mari belajar menghargai ala Rasulullah.

Yupz, pelajaran apa yang bisa kita ambil dari keteladanan Rasulullah SAW? Benar sekali! Reward atau penghargaan dalam sebuah organisasi yang berbasis kerjasama, menjadi sebuah hal penting bagi keharmonisan intern organisasi tersebut. Penghargaan tak harus berupa materi. Namun ‘perhatian’ yang kita berikan pada rekan kita adalah penghargaan besar, lebih besar dari sekedar materi.

Lalu lihat diri kita, seberapa besarkah perhatian kita pada rekan kita dalam organisasi, jangan-jangan kita malah sering suudzon pada mereka, saat mereka ngantuk dalam rapat,,,,, “…ini pasti kebanyakan nonton pelm waktu malem ni, malah tidur pas rapat.” Eiiiits seperti itukah? Barangkali ia semalaman kerja lembur jadi kuli bangunan buat bayar SPP (Subhanallah), jadi ngantuk pas rapat. Naaaaah ketauan kan kalau perhatian sebagai bentuk penghargaan kita sangat kurang. Ayo berlomba-lomba memberi perhatian pada rekan kita.


Ini nih tips memberikan pernghargaan sederhana pada rekan kita: biasakan mulut kita dengan 3 kata berikut terucap untuk rekan kita, yaitu kata “Selamat” (atas kerja maksimalnya), “Terimakasih” (karena jasanya) dan “Maaf” (tiap kita berbuat salah), nah jangan gengsi ya…. dan jangan lupa untuk tidak bermuka masam ketika di hadapan rekan kita alias senyum setulus kita bisa, Nabi saja sampai ditegur Allah karena pernah bermuka masam (check this story out!). Subhanallah… INGAT! 3 kata 1 aksi: Selamat, Terimakasih, Maaf, dan Senyum 

Selamat meneladani Rasulullah. Semangat!

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons