Sabtu, 27 Oktober 2012

Kisah Pisau Kecil (MasyaAllah, Ramahnya Orang Jawa)


Bismillah, siapa lagi yang berhak dipuji atas semua ini, selain Allah.

Hari Idul Qurban tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Lebih merasakan bagaimana menjadi mahasiswa, yang ternyata tak bisa apa-apa. Main komputer? OK. Presentasi? OK. Diskusi? OK. Klak klik sana-sini? hidup mahasiswa banget. Giliran suruh bantu-bantu di lapangan? Apa yang mau di klik? kagag ada! ini kenapa butuh politik praktis, gag cuma politik moralis (lho?). Ya bener, harus belajar praktisnya juga, gag hanya teori formalis.

Di Idul Qurban kali ini, solat Ied nya ikutan yang di KulonProgo, daerah mBulu, subhanallah, pemandangannya keren banget. Nah, di saat mau bantu-bantu di momen pemotongan dan pembagian daging Qurban, pengennya si sebagai mahasiswa kreatif dikit lah, pinjem pisau ke rumah warga terdekat (nyatanya jarak rumah satu ke rumah lain jauhnya, pake nanjak nurun pula). Kenapa harus pinjam pisau? Karena gag ada anak Tata Boga di sana yang biasanya bawa-bawa pisau berbagai bentuk kemanapun mereka pergi. Dan juga, karena pisau yang ada di TKP sudah terpakai semua.

Yap, pengennya kreatif, tapi bisa dibilang itu cukup kreatif kan? Ya anggap saja cukup.
Percakapan saat pinjam pisau:

Saya: "Nuwun sewu buuu (dengan suara keras dari kejauhan niru kebiasaan aseli orang Jawa, bersapa meski jarak begitu jauh, emm!)"

Ibuknya: "Oh nggih mbak" (dengan sopannya aseli orang Jawa, tak lupa senyum simpulnya)"--> Sambil menangguhkan waktu untuk menjemur pakaiannya untuk menemuiku

Saya: "Ngapunten Bu, emmm, anu ajeng ngampil peso (aku kagak tau bahasa lain selain peso) kagem ngiris-iris daging teng ngandap (masjid), enten boten geh Bu?" (dengan kemampuan bahasa seadanya)

Ibuknya: "Oh nggih sekedap mbak, tak tilikane" masuk sebentar kemudian, "NIKI MBAK, WONTENE NAMUNG SAKTUNGGAL NIKI, tur nggeh boten pati landep (aduh susah nginget redaksi aseli nya :D halus banget pokoknya)

**************************************************************
CATATAN: Ibuknya bilang hanya ada satu pisau, kita lihat cerita lanjutnya.
**************************************************************

Saya: "Oh boten nopo Buk, kersane mangke diasah wonten mriko." (sambil mikir, ini bahasa ku bener kagag)

Ibuknya: "Oh nggih mbak"

Saya: "Nuwun nggeh Buk."

Ibuknya: "Nggih, nggih."

Saya: ngeloyor pergi dengan hati gembira mendapatkan sebuah pisau dengan penanda karet gelang. Lalalala

=========================================================
KEGIATAN BERLANGSUNG SEHARIAN PENUH KEASIKAN, dan SEMOGA MEMBAWA BERKAH. Lalalala
=========================================================

Sorenya dengan panik mencari pisau yang kupinjam, dan tidak kutemukan,  lalu segera naik ke jalan untuk menuju rumah ibuknya tempat aku pinjem pisau.
*dagdigdug*

Saya: "Assalamualaikum," *toktoktok*

Ibuknya: *terdengar suara berlari, dan terlihat sesosok ibuk tua dari pintu belakang.

Saya: "Ngapunten ibuk, wau pesone pun wangsul dereng nggeh buk?" (sambil mikir, emang itu peso bisa pulang sendiri? Jalan? Ih ngeri! Aduh salah prolog nih, efek degdegan)

Ibuknya: "Oh dereng mbak."

Saya: *haduh! bener kan tu peso gag bisa pulang sendiri!

Ibuknya: *Belom sempat aku menimpali, ibuknya bilang, "Nek misale boten kepanggih boten nopo mbak,"

Saya: *W A W --> berharap si, tapi tetep merasa bersalah
"Niki wau ketlisut buk,"

Ibuknya: "Nggih boten nopo-nopo mbak (dengan nada penekanan yang lebih, seperti seorang bisnisman menyenangkan hati kliennya).Teng mriko kan kentunan tiyang kathah.
Boten nopo, boten sah dipadosi, NAMUNG PESO ALIT MEN, TENG MRIKI TASIH KATHAH (nah lo!)

Saya: *Haduh ???

=========================================================
CATATAN: Ibuknya bilang kalo pisau di rumahnya masih banyak
=========================================================

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$
Nah, dari sekilas percakapan dengan banyak seleksi dan koreksi serta edit di atas, maksud yang ingin saya sampaikan adalah:Orang Jawa itu terkenal sekali dengan M E T O D E basa basinya, mereka itu luar biasa! Itulah kenapa orang Jawa terkenal sekali dengan keramahannya. Dimana mereka memiliki rasa itsar (mendahulukan orang lain) yang sangat tinggi. Mereka sangat sosialis lah pokoknya. Bisa merasakannya sendiri.

Dan dengan kisah pisau kecil (yang sebenarnya gag kecil, nah ini juga metode orang Jawa ni, merendahkan diri), dengan kisah ini ketika di awal ibuknya mengatakan bahwa pisau yang ada di rumahnya tinggal yang satu itu, itu adalah sebuah kerendahan hati yang luar biasa, kenapa? karena ibuknya bilang bahwa, "Niki mbak, wontene namung satunggal niki" kalimat itu menandakan penyesalan dari ibuknya bahwa ia hanya memiliki satu pisau, ia tidak bisa meminjamlan pisau yang lebih banyak lagi.

Dari kisah itu, ketika di awal merendahkan diri dengan kalimat di atas, kemudian setelah saya menghilangkan pisaunya, ibuknya menolak untuk saya mencari pisaunya, dengan kalimat, "boten sah dipadosi". Saya tersentak dengan jawaban itu, Ya Allah, ini orang kelewatan baiknya. Dan kalimatnya dilanjutkan dengan kalimat, namung peso alit men, boten nopo mriki tesih wonten kathah". Ibuknya bilang pisaunya masih banyak di rumah! Ya Allah, ibuknya tuh ya, tulusnya minta ampun. Saya tau persis, ketika orang jawa mengatakan sesuatu itu ada atau ia punya, itu sebenarnya mengada-adakan. Entah sebenarnya di rumah ada banyak pisau atau gag, tapi pasti diada-adakan. Bukan! Bukan sebuah bentuk upaya berbohong. Bukan. Tapi itu adalah upaya menyenangkan hati orang yang diajak bicara.

Seperti halnya ketika seorang Jawa menawarkan makanan, "Ayok makan di tempatku" (versi Indonesia), sebenarnya kalimat itu tidak serta merta berarti di rumah ada makanan. Tapi ketika benar yang diajak itu mau makan, maka akan dicarikan makanan agar bisa makan ditempatnya. Jadi itu bukan sebuah kebohongan.

Subhanallah, mereka itu luar biasa, ramah, itsar, srawung, dan selalu menyenangkan untuk diajak berbicara.

Rabu, 24 Oktober 2012

Pasar Dibenci Allah? Kenapa ya?

Maha Suci Allah,

Yang telah menciptakan bermacam-macam tempat indah di dunia. Dan kemudian ada sebuah tempat yang muncul (dimunculkan oleh manusia) yang biasa kita sebut sebagai P A S A R. Baiklah, pembahasan pasar kali ini jangan dipersempit ya, karena yang dimaksud sebagai pasar kali ini bukan hanya pasar tradisional yang ada di tengah-tengah masyarakat pedesaan dan perkotaan. Tapi  pasar di sini adalah tempat-tempat dilaksanakannya transaksi jual beli, tak luput kita sebut MALL. SUPERMARKET, MART, hingga WARUNG dan PUSATPUSAT PERBELANJAAN juga dinamakan pasar, karena itu semua adalah tempat berlangsungnya jual beli.

Emmm, ehem, saya sebenarnya menulis ini karena saya baru saja menemukan jawaban dari pertanyaan, "Mengapa Allah membenci pasar?" seperti apa yang ada dalam hadits riwayat Ibnu Hibban berikut,
"Tempat-tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjid, dan tempat-tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasar."
Sebenarnya pertanyaan itu timbul sudah sejak lama, kenapa sih, pasar itu dibenci? Apa yang salah dengan pasar? Haghaghag, ternyata saya mendapatkan jawabannya dari sebuah buku aneh yang saya dapati di sebuah perpustakaan yang iseng saya baca, judulnya, "Potret Ikhwan Sejati" karya Fauzun Izmi, bagian "Suka Duka Ikhwan" (LOL). Mungkin bukan buku yang direkomendasikan sama sekali, tapi menarik (emmm LOL). Menilik sebuah masalah dari sudut pandang lain itu: sangat saya sarankan. Itulah mengapa saya baca buku itu.

Baiklah kembali kepada buku, emmm guys pasar itu tempat yang menarik bukan? Ya. Banyak barang-barang keperluan kita bahkan yang bukan menjadi keperluan kita di jual di sana. Pasar tidak hanya menarik untuk melakukan transaksi jual beli, tapi bahkan untuk hanya sekedar jalan-jalan melihat keadaan pun pasar adalah tempat yang menarik.

Fine-fine aja kalau ke pasar (buat aku sih) haghaghag, ternyata fine bagi kita para cewek belum tentu fine bagi para cowok. Mulai nih kita akan tahu kenapa pasar itu tempat yang paling dibenci Allah.

Jadi begini, baik wanita maupun pria, perempuan maupun laki-laki, ikhwan maupun akhwat, cewek maupun cowo, semuanya diperintahkan untuk menjaga pandangannya, agar tidak diumbar. Mengapa menjaga pandangan? karena dengan begitu hati akan terjaga, hati tidak mudah terkotori. Iangtkan dengan perintah menjaga pandangan itu?
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (Q.S. An nur: 30)
 "Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang  nampak dari padanya. ..." (Q.S. An Nuur: 31)
Sekilas aja sih tentang perintah itu, pasti sudah semua tahu tentang perintah itu. Kamudian, sekarang kaitannya dengan pasar, di buku itu dijelaskan bahwa menjaga pandangan menjadi perkara yang sangat sulit bagi ikhwan ketika berada di pasar. Bagaimana tidak?! Ketika berada di pasar, banyak perempuan yang memperlihatkan auratnya dengan terang-terangan (ingat: pasar itu tidak hanya pasar, tapi juga MALL dan kawan-kawannya) di sana seperti aurat wanita tidak ada harganya saja. Dengan kondisi yang seperti itu, pasar adalah tempat yang melalaikan. Tidak hanya itu, bahaya melalaikan itu tidak hanya serta merta menghantui yang ikhwan saja, tapi juga bagi para akhwat (wanita muslim), karena pasar adalah tempat bercampur baur wanita dan laki-laki (bayangkan saja, di tempat seramai itu banyak wanita dan laki-laki yang bercampur baur, tertawa terbahak-bahak, berinteraksi tak berbatas), dan juga pasar adalah tempat obrolan-obrolan tak karuan (banyak orang, baik pedagang maupun pembeli yang berkata-kata yang sia-sia saat berada di sana).

Imam Nawawipun menjelaskan alasannya kenapa pasar menjadi tempat terburuk di dunia, karena pasar adalah tempat penipuan, kebohongan, riba, sumpah palsu, ingkar janji, dan berpaling dari dzikrullah.

Maka hal yang seharusnya dilakukan ketika memasuki pasar adalah berdo'a saat akan memasukinya, datang apabila ada kebutuhan mendesak dan syar'i (jadi saat mau beli, fokuslah pada apa yang akan dibeli, jangan mudah tergoda dengan hal-hal lain :)), juga  menjaga pandangan jangan lupa, memilih waktu yang tepat, dan berhemat.

Jadi ternyata pasar dibenci oleh Allah karena dengan berkumpulnya orang di sana, sumber-sumber masalah dan maksiat pun dengan segera menghampiri, dari yang ngobrol ngalor ngidul, bertransaksi dengan kecurangan-kecurangan, dan interaksi yang sangat mengerikan, bebas sekali antara laki-laki dan perempuan. Maka apabila terpaksa kita berada di sana karena sebuah keperluan, diperbolehkan kog, asal tetap memperhatikan hal-hal di atas, dan senantiasa dzikrullah, itu adalah jalan terbaik.

Semangat perbaikan, kembali niatkan yang baik untuk segala urusan.

_Diana Azhar Al Rasyid_

Minggu, 21 Oktober 2012

Pendidikan dari Kacamata Mahasiswa Semester Tiga

Bismillah, semoga Allah memberi ridho Nya di setiap gores tinta (eh sekarang dah gag pake tinta)
di setiap tik-tik tuts kesayanganku ini :)

Ternyata setelah mendapat gelar mahasiswa, baru terasa seperti apa siswa yang sebenarnya, merasa selama ini sistem pendidikan di Indonesia agak aneh, mau mengatakan bahwa sistemnya buruk atau gagal, saya gag punya parameter yang empiris (dapat dibuktikan), karena Pemerintah memiliki politik data, tak bisa sembarangan kita mengatakan pemerintah itu gagal. Ya, ini hanya subjektivitas seorang mahasiswi semester 3.

Selama SD-SMP-SMA, banyak sekali ilmu yang masuk ke otak saya, saya bersyukur paling tidak, ada banyak pengetahuan yang bisa saya pelajari untuk mengasah segalanya. Tapi kemudian, lepas dari SMA, dididik di luar rumah (bahkan sangat jauh dari rumah) untuk bertahan hidup tanpa orang tua. Dan tak ada ilmu di SD, SMP, atau bahkan SMA yang mengajari saya tentang semua itu, jadi apalah artinya ketika kepandaian yang saya miliki tentang ilmu fisika, matematika, bahkan kemampuan Bahasa, tidak diimbangi dengan ilmu bertahan hidup dan ilmu kemasyarakatan. Betapa terlihat bahwa sistem pendidikan di Indonesia sangat mengejar ketercapaian IQ dan tidak disertai target ketercapaian Social ataupun Emotional Quation.

Hingga akhirnya, banyak Mahasiswa baru yang kemudian menyesuaikan dengan cepat di lingkungan kampus yang jauh dari orang tua karena tuntutan, namun kecepatan tuntutan itu tidak diimbangi kecepatan ilmu. Banyak mahasiswa yang hanya berkutat dengan kampus dan kost. Selain itu, waktu selebihnya digunakan sekedar untuk: menghabiskan uang kiriman di mall, pusat perbelanjaan, pusat pariwisata, atau pusat jajanan alias makanan.

Banyak sikap materialisme dan sikap hedonisme yang muncul di kepribadian mahasiswa Indonesia tak lepas dari didikan yang tidak tepat pada jenjang-jenjang sebelumnya. Katakanlah, pendidikan yang sedang kita bahas adalah pendidikan dalam arti sempit, yaitu pendidikan yang terdapat di instansi resmi pemerintah yaitu: sekolah.

Pada jenjang sebelum jenjang Pendidikan Tinggi, siswa terus 'dicekoki' dengan ilmu-ilmu eksak, kemudian 'ditandingkan' kemampuannya melalui tes yang menjadi momok bagi tiap siswa yaitu: Ujian Nasional. Karena kemampuan EQ dan SSQ yang tidak ditanamkan dengan serius sejak awal, maka wajar saja para siswa menganggap bahwa ujian nasional adalah momok yang menakutkan dan kecurangan-kecurangan dari yang kecil hingga yang besar tak segan untuk dilakukan, untuk mendapatkan selembar ijazah. Itu yang mereka pikirkan, selembar ijazah bukan lembaran ilmu.

Setelah masuk di pendidikan tinggi, banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil. Saya menyadari bahwa pendidikan di kelas itu sangat sempit, dan sedangkan dunia sangat luas. Banyak ilmu yang saya dapatkan di luar kelas, dengan tidak mengesampingkan ilmu yang didapat di dalam kelas. Penanaman dan pengajaran tentang SSQ, EQ, itu sangat terasa di luar kelas. Meski pengajaran tentang softskills itu terbilang terlambat, namun tidak dapat dipungkiri bahwa semua itu sangat bermanfaat. Tentang hal kecil saja, tentang bagaimana berinteraksi dengan masyarakat berbagai lapisan, dari mulai pemulung hingga pelobi ulung. Dari mulai pedagang asongan sampai pihak birokrasi perkuliahan, semua didapatkan di luar kelas. Juga ilmu yang berkaitan dengan survival, dimana diri sendiri diajari untuk dapat bertahan hidup jauh dari orang tua, tidak hanya dari segi finansial, namun dari segi mitivasi, segi keagamaan, bagaimana mempertahankan apa yang sudah diajarkan orang tua agar tetap dapat dijunjung tinggi meski sudah jauh dari mereka.

Namun dunia luar kelas yang seperti apa yang bisa memberikan pelajaran seperti itu?

Dunia yang memiliki lingkungan yang baik. Dimana setiap waktunya diisi dengan hal-hal manfaat. Banyak wadah, seperti kegiatan intra kampus, maupun ekstra kampus, yang bisa memenuhi kebutuhan yang tidak diajarkan di dalam kelas.


Pendidikan semacam itu yang belum saya temukan di dalam kelas, dalam artian dalam kurikulum yang dirancang pemerintah.

Semoga bisa menjadi koreksi kita bersama sebagai praktisi pendidikan di kampus pendidikan dan dimanapun. Amin

_Diana Azhar Al Rasyid_

Sabtu, 20 Oktober 2012

Tipe Orang Keren

Bismillah

Perhatian, membaca ini jangan kayak orang mau nglamar kerja, harus dengan semangat yang tinggi, dan gaya baca bebas kayak komentator gosip papan atas.

Kalian anak muda? Ya. Saya suka anak muda. Kalian suka gosip? (Sepertinya iya). Jangan menyebarkan gosip bahwa tulisan ini membuat kalian jadi penasaran sama orang keren, dan ngaca mencari segi ke-keren-nan kalian. Jadilah generasi muda yang bijak dengan tetap menyimpan rahasia kalian yang sedang bertanya, "Gua udah sesuai belom ya?" tengok kanan kiri dulu kalo mau baca, biar leluasa ngaca ;)

Sebenarnya ada beberapa tipe orang keren

  • Pertama : Orang yang sebenernya gag keren tapi menganggap dan men-sugesti dirinya bahwa dirinya keren
  • Kedua : Orang yang dianggap keren dan menyadarinya, hingga sering ketagihan menampakkan ke-kerenannya
  •  Ketiga : Orang yang gag sadar bahwa dirinya itu keren.
  • Keempat : Orang yang sadar dirinya keren, tapi cuek bebek (sok cool)
  • Kelima : Orang yang sadar dirinya keren, tapi menundukkan pandangan
Dari kelima kategori itu, masing-masing kita bisa menyimpulkan dengan kesimpulan masing-masing sesuai dengan pengalaman yang sudah pernah ditemui. Dan mungkin langsung tergambar seperti apa gaya masing-masing tipe.

Karena pengalaman seseorang dengan orang yang lain berbeda sama sekali, akan sangat mungkin bahwa kriteria di atas belum menyamakan frame satu dengan yang lainnya.

Orang keren itu relatif. Ya. Orang keren itu tergantung perspektif. Ya.

Tapi kita di sini akan membahas 5 bahasan di atas, di luar itu, diskusikan di tempat lain ^^

Orang pertama, dia adalah orang yang sering sekali muncul (dan berusaha memunculkan diri alias mekso) di setiap kesempatan yang ada. Dan biasanya, telinganya bebal, semakin orang bersorak, seolah semakin orang mendukungnya, padahal orang-orang memintanya untuk yaaaa sekedar pura-pura mati boleh saja laaah, asal bisa hening sejenak dari tingkahnya. Ya, biarlah orang tipe ini tetep masuk kategori, ya sebagai nominator sudah cukup membahagiakan sepertinya.

Orang kedua,  mungkin orang-orang sepakat bahwa dirinya keren, mungkin dari fisik, dari kapasitas, atau dari yang lainnya (biasanya parameter paling gampang sih: fisik) dan ternyata kabar berita itu sudah berresonansi hingga ke telinganya, alhasil ia semakin PD saja untuk tampil di khalayak umum. Levelnya lebih tinggi dari orang pertama (ya anggap saja begitu).Tipe ini biasanya adalah tipe orang pembelajar yang ekstra cepat, karena dia punya parameter jelas, yaitu: gosip tentang dirinya yang beredar. Sedikit saja ada berita miring tentang dirinya, dia akan mencoba sesegera mungkin memperbaiki diri, memperbaiki citra, karena dia senang tampil di hadapan orang. Kelemahannya adalah: motivasinya semu! Hanya penilaian orang.

Orang ketiga, tipe orang kayak gini nih yang langka, orang keren tapi gag sadar dirinya keren, tapi jarang pemirsa, sangat jarang. Tipe orang seperti ini biasanya adalah anak-anak polos yang tidak sering bergaul dengan teman-temannya, kutu buku....? bisa jadi..... (hanya salah satu contoh). Sebenarnya orang ini adalah orang yang potensial menjadi orang keren terdepan dan terpercaya. Tapi masalahnya, dia tidak berkutat dengan omongan dan standar gaya orang lain, jadi dia berhasil meng-inkubasi dirinya sendiri dari pengaruh orang, alhasil jadilah dirinya yang apa adanya (keren), tapi reaksi orang biasanya: "Andaikan dia mau dandan begini," atau "Andaikan dia gini, " "Andaikan dia gitu pasti keren abis." Yah, beginilah orang yang berhasil menjadi dirinya sendiri, Hold on guys! (Pasti banyak orang yang menyayangkan sikapmu yang your self banget, tapi i think it will be great)

Orang keempat, tipe orang ini adalah tipe orang yang mungkin mirip-mirip lah dengan yang ada di tivi-tivi, orang cool yang kalau lewat sekali aja di depan banyak orang seakan-akan dunia sedang berada pada tingkat gravitasi yang rendah sehingga slow motion pun tak dapat dihindarkan. Untuk tipe ini, tak ada penilaian pasti, karena ya biarlah orang tipe ini keren dari sononya. Siapa yang kalian bayangkan? (wiuw). Diri kalian sendiri? W A W

Handsome. Cool.


Orang kelima, dahsyat pokoknya! Kalau orang ketiga jarang karena itu adalah sifat alami, kalau yang ini jarang karena ini faktor dari dalam diri. Orang keren tipe ini sangat susah dicari. Mana? Mana? Mana? Nih ya, tipe orang kayak gini nih, pertama keren, kedua sadar, ketiga tunduk. Sebenernya yang bikin keren bukan apa-apa, tapi namanya aura apa boleh dikata, aura itu mungkin tidak terlihat, tapi tertanam kuat. Dia sebagai orang keren sadar kalau fansnya banyak, dia berada pada puncak kejayaan (seolah-olah aja sih), dan dikagum-kagumi banyak orang, dipuji-puji, sampai di lem-lem (baca: dalem) banyak orang karena kekerenannya. Tapi dia tunduk. Tunduk pandangan, tunduk pikiran, tunduk pendengaran, tunduk perkataan, dan tunduk hati. Ah susah kalau ngomongin aura mah, gag bisa digambarin, beda kog auranya. Kelima jenis tunduk yang udah disebut diartikan secara terang-terangan (lugas) dan secara sembunyi-sembunyi (eh maksudnya lawannya lugas, alias eksplisit). Tunduk pandangan: Dia jalan gag banyak meleng kanan kiri, dia menjaga pandangannya dari pemandangan-pemandangan yang sia-sia, apalagi pemandangan yang gag bener adanya. Kerennya lagi, dia melakukan itu karena satu: zat yang dia sebut sebagai tuhannya. Dia melakukan itu karena itu! Dia mengamalkan perintah tuhan yang disebut-sebut sebagai pencipta ke-keren-annya. Beuhhh! Orang cool yang beriman fullllll!

Mana? Mana? Mana?

Tiba-tiba terlihat sosok di depan layar menarik  napas, membulatkan mata, dan mengatupkan bibir, dan emmmmmmmmm bisik dalam hati, "Itu gua!" "Kalau pun certita tipe itu bukan gua so, gua yang bakal jadi kayak gitu."

hupt! Allah sedang memproses orang-orang keren tipe 5, insyaAllah.

Kelima tipe di atas benar-benar terbukti berdasarkan analisis SWOT: Subyektifitas, Wacana, Oooo manifestasi pribadi......., Teliuss!

Kamis, 18 Oktober 2012

Ya Allah, Cantiknya...

Bismillah

Akun Facebook  adalah akun yang sangat sering diugunakan para muda-mudi untuk berkomunikasi berbasis teks (eiits ini bukan kuliah, ngomongnya biasa aja), maksudnya, FB itu mirip dengan sms, hanya saja sms hanya komunikasi dua arah, sedangkan komunikasi yang sering dijalin sekarang adalah komunikasi beramai-ramai yang tidak hanya dua arah. Sms masih sering digunakan, penting juga, tapi FB rupanya sudah banyak mengambil alih peran sms dengan segala kelebihannya.

FB banyak yang menggunakan salah satunya karena saat kita pasang status di FB, yang melihat status kita adalah banyak orang, beda dengan sms, hanya satu orang, dan interaksinya sudah mirip dengan interaksi langsung. Sedangkan sms, memiliki banyak kelemahan. Sekian bahas sms, kita lanjut FB...

 Di FB, banyak sekali yang bisa kita post, mulai dari Teks, Gambar, Video, dan lain-lain. Nah, dari postingan yang macamnya banyak itu, mungkin postingan yang paling menarik adalah postingan berupa foto. Ya Foto! Karena foto adalah gambar yang dapat bercerita, bercerita indahnya pemandangan, dan bercerita betapa CANTIKNYA DIA... Kalau saya laki-laki, saya sepertinya ditagih untuk istighfar sama malaikat di samping saya, biar kelebat kekaguman itu itu tidak mengerak menjadi dosa permanen.

Seringkali, banyak perempuan yang mem-post gambar-gambar pribadinya dengan pose close-up. Cantik sekali, wajah yang manis, putih, dan berkerudung rapi, luar biasa cantiknya. Saya yang perempuan jujur: kagum. Sangat kagum, karena benar-benar cantik, dan saya yakin, foto yang di-upload  itu adalah foto terbaik yang dimilikinya, Subhanallah. Sense of berbaginya luar biasa. hmmm

Sedddddihhhhhhhhhhh! (tersaingi, #lho?) Sedih sekali melihat semua wajah-wajah itu terpampang di dunia maya ini, Ya Allah, apa daya, Saya harap yang laki-laki tutup mata. Tapi apa daya. Saya harap data bit posting nya gag lenkap, jadi fotonya gag sempurna terlihat. Tapi apa daya. Ya Allah, ingin men-sensor itu. Tapi apa daya.

Semoga yang perempuan bisa men-sensor gambar-gambarnya dengan lebih hati-hati, doa itulah daya yang bisa dilakukan sekarang ini.

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang  nampak dari padanya.

Semoga bisa diambil pelajaran darinya. Amin.

Rabu, 17 Oktober 2012

Mengajak Kawan pada Kebaikan

Bismillahirrahmanirrahim,
Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih

Mengajak pada kebaikan adalah salah satu hakikat berdakwah. Dahulu, saya belum begitu mengerti apa dakwah itu, taunya mengajak pada kebaikan, ngajakin orang, dan sudah,selesai. Saya pikir simpel saja saat itu, dan ternyata seiring dengan perkembangan wilayah dakwah, perkembangan peran sosial yang diemban, dan pendewasaan pemahaman, saya merasa ada banyak hal tentang dakwah yang harus diseriusi tidak sekedar mengajak.

Dari mengajak itu pula, ada banyak permasalahan dari yang simpel sampai yang rumit dan kompleks. Sedikit bercerita saat dulu saya SMA. Di kegiatan ekstra kurikuler SMA tepatnya ROHIS (Kerohaniasn Islam). Saya merasa geram kepada teman-teman saya, ketika saya mengajak mereka untuk mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah yang berkaitan dengan keagamaan, mereka tidak merespon dengan baik. Sebenarnya lebih tepatnya saya itu merasa bingung: "Kog ya, ada fasilitas segitu bagus dan mudah untuk akses ilmu agama, mereka gag respon juga, apa sih yang mereka mau. Padahal jelas, ilmu agama itu urgent banget," begitu pikir saya. Bahkan terkadang saya jengkel dengan sikap mereka. Mungkin saking sayangnya saya ke mereka :))

Hingga akhirnya, perasaan-perasaan seperti itu terus saya olah (pendam lebih tepatnya) hingga tiba waktunya saya kembali nyebur dalam karantina dakwah, dakwah kampus, yang iklimnya jauh berbeda dengan dakwah sekolah. Kalau saat SMA saya merasa bingung, sekarang, di dakwah kampus saya merasa heran tapi saya lebih bisa menahan keheranan saya, karena saya memahami bahwa kami (saya dan teman-teman) berasal dari lingkungan yang jauh berbeda, baik di kelas, di organisasi, maupun di lingkungan besar seperti prodi, jurusan, fakultas, apalagi universitas, sehingga saya paham kalau tidak semua orang bisa dengan cepat merespon ajakan kita.

Mengajak mereka yang berasal dari latar yang berbeda, terkadang membuat saya sungkan, sehingga ketika saya mengajak teman-teman saya, tidak jarang saya menyeleksi siapa saja yang akan saya ajak. Berbeda dengan di SMA, saya cenderung mengajak ke semua, karena anak SMA kebanyakan adalah anak-anak yang penurut (pada aturan sekolah, lumayan bisa dimanfaatkan). Di kampus ini, terlihat sekali, mana orang-orang yang masih peduli pada kebaikan (mau bergerak dan digerakkan), mana yang setengah-setengah (hanya diam dan mengamati), dan mana yang apatis (tidak tau menau soal kebaikan, lebih tertarik pada dunia selain dunia yang baik, katakanlah begitu, lebih sopan).

Biasanya saya lebih suka dan cenderung mengajak pada tipe yang pertama, pada mereka yang masih peduli pada kebaikan, dimana mereka akan selalu terbuka pada kebaikan yang ditawarkan. Nah kalau posisinya seperti itu mudah bagi kita untuk berdakwah, karena mereka dengan sukarela membuka diri dengan tawaran-tawaran kebaikan, tinggal kita yang berperan menjadi orang-orang yang membawa tawaran-tawaran kebaikan itu.

Saya merasa nyaman dengan itu (jelas!), ibarat menanam di tanah yang subur. Berbeda dengan menanam di tanah yang tandus, perlu usaha lebih, tapi bukan berarti tanah yang tandus tidak bisa ditanami. Seiring waktu, sekarang saya bisa mengerti bahwa kami (saya dan teman-teman) sudah dewasa, bagaimana menyikapi kebaikan itu bukan lagi masalah paksaan, tapi masalah pilihan.

Jadi, sekarang saya memberanikan diri untuk mengajak ke semua orang, tidak hanya pada orang-orang tertentu saja, karena menyampaikan ajakan itu: tugas saya. Dan menerima atau menolak ajakan itu: hak mereka, dan kewenangan Allah.

Seperti halnya saya berusaha untuk memupuk tanah, kalau saya terus menyeimbangkan kadar hara di tanah subur, itu hal yang mudah. Tapi tanah tandus juga perlu diurus, usaha memupuk dan mengurus tanah tandus itu: tugas saya (kita) dan kemudian tanahnya jadi subur atau tandus itu: kewenangan Allah.




_Diana AzharAl Rasyid_

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons