Rabu, 19 Agustus 2015

Memulai Tarbiyah dari Awal

Ketika banyak orang bilang bahwa tarbiyah itu soal proses....

Aku teringat dengan kisah Ka’ab, teringat juga dengan kisah Khalid bin Walid.

Ini seperti memulai tarbiyah sedari awal. Aku seolah harus membangun diri dari 0, aku harus menegakkan bangunan yang roboh agar kembali tegak. Sedikit demi sedikit. Ya, aku menyebutnya dengan memulai tarbiyah dari awal.

Sebuah momentum besar ini, menjadi lompatan bagiku menuju dunia yang selanjutnya. Dunia dengan Ihti yang baru. Dunia dengan orang-orang baru. Dunia dengan sudut pandang baru. Aku seperti baru terlahir ke dunia.

Hal yang kemudian paling penting diperhatikan adalah hati.

Yang lain boleh dimulai dari awal, tapi hati, tidak. Ia harus pandai mengambil pelajaran, ia harus memanage semua perasaan yang telah dan pernah terjadi agar kesalahan-kesalahan sebelumnya tidak terulang. Ia harus lebih rendah dari sebelum-sebelumnya, ia harus mengurangi maksiat, ia harus menjauhi hal-hal yang mudah merangsang penyakit.

Ia pernah jatuh sebelumnya, maka ia harus stabil dalam waktu-waktu ke depan. Seharusnya ia mengambil pelajaran. Ia pernah membuat kesalahan sebelumnya, lepas kontrol, tak tertahan, maka ia harus lebih stabil ke depan. Seharusnya ia mengambil pelajaran.

Ia pun pernah sakit dan menyakiti, seharusnya ia mengambil pelajaran. Ia harus lebih rendah, rendah, dan lebih rendah dari sebelumnya. Meski segala sesuatu nya harus meninggi, ia tetap harus merendah, tugasnya adalah merendah. Kapasitas, kesehatan, pola hidup, kebahagiaan, kesemuanya harus meninggi, ayo segera kejar target, tapi hati, ia harus tetap rendah.

Aku rasa, hari-hari yang dilewati oleh Khalid dan Ka’ab bukan hari-hari yang mudah setelah momentum itu datang. Aku rasa, hari mereka adalah hari yang luar biasa, mereka pasti memiliki hati yang luar biasa rendah dan iman yang begitu tinggi.

Memulai tarbiyah dari awal, dan kuucapkan selamat datang dunia baru. Selagi aku punya Allah, segalanya telah cukup.

Selasa, 18 Agustus 2015

GURU BANGSA: Menjawab Permasalahan Dasar Indonesia



Bismillahirrahmanirrahim.

Ketika ada banyak lokus diskusi digelar, mendiskusikan apa permasalahan dasar Indonesia, banyak yang bersepakat dengan pendapat bahwa permasalahan dasar di Indonesia adalah PENDIDIKAN.





Membincangkan pendidikan adalah hal yang sangat menarik. Permasalahan ekonomi masyarakat Indonesia yang tidak merata, permasalahan moral anak bangsa yang tidak seharusnya, permasalahan gaya hidup yang berlebihan, permasalah korupsi di kalangan pejabat, permasalahan kesehatan masyarakat yang rendah, dan permasalahan daerah-daerah tertinggal, semua permasalahan tersebut berakar dari permasalahan pendidikan di Indonesia. Pun, permasalahan pendidikan itu sendiri bermacam-macam bentuk nya. Mulai dari permasalahan tidak meratanya kualitas pendidikan di tiap daerah, sumber daya pendidik yang belum sesuai, pendidikan yang berbatas pada pengetahuan kognitif (saja), dan permasalahan lainnya.

Namun sebelum melangkah lebih dalam, hal yang harus jauh-jauh dibuang adalah anggapan bahwa pendidikan hanya dapat dilakukan oleh badan atau lembaha formal. Jadi pendidikan yang sedang kita bincangkan sekarang bukanlah pendidikan di lembaga formal, namun pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang menjadi tanggung jawab setiap orang, pendidikan ibu ke anaknya, pendidikan ayah ke anaknya, pendidikan kakak ke adiknya, pendidikan orang dewasa ke yang lebih muda, pendidikan guru ke murid nya, pendidikan dari pemilik ilmu ke pencari ilmu. Ya...setiap orang mengemban tugas pendidikan, sesuai dengan peran masing-masing.


Ada beberapa orang tua yang “nekat” tidak menyekolahkan putera puteri nya di sekolah formal (SD, SMP, SMA) namun mendidiknya secara pribadi, dan memberikan treatment khusus, atau juga memberikan pendidikan di sekolah-sekolah non formal. Nyatanya hal-hal tersebut tidak membatasi putera-puteri mereka menjadi lebih sukses, bermoral, dan beragama dengan baik. Lembaga formal hanyalah FORMULA khusus yang menjadi upaya pemerintah Indonesia dalam menangani permasalahan pendidikan di Indonesia. Saya rasa wajar, dalam pemerintahan memang tidak mudah menangani suatu permasalahan tanpa menggunakan hal-hal yang memiliki landasan yuridis yang kuat, seperti halnya menangani permasalahan pendidikan, pemerintah memerlukan LEMBAGA fomal, berupa sekolah. Namun kembali lagi, bahwa kita akan mengembalikan pendidikan ke dalam makna yang seluas-luasnya.

Maka dari itu, anggapan bahwa GURU BANGSA hanya ditujukan kepada orang-orang yang berpofesi sebagai guru di sekolah (saja) harus kita singkirkan juga.
Menjadi guru bangsa adalah persoal jiwa. Menjadi guru bangsa adalah persoal menjadi solusi bagi permasalahan bangsa. Menjadi guru bangsa, bisa dilakukan oleh siapa saja. Itu mengapa menjadi guru bangsa adalah menjadi jawaban bagi permasalahan dasar Indonesia, pendidikan. Mulai sekarang kita harus menjadi pelopor perbaikan pendidikan di Indonesia, dengan menanamkan jiwa guru bangsa dalam diri kita.


Guru bangsa, ia adalah orang yang menjadi teladan bagi siapapun yang ada di samping kanan kiri dan depan belakangnya. Tiap tuturnya enak didengar dan dapat dipercaya oleh siapapun yang mendengar. Sederhananya, di sanalah poin pendidikan yang masih menjadi masalah dasar kita bisa kita selesaikan, apabila masing-masing bisa menyadari betapa penting kita memiliki karakter seorang guru bangsa. Jika masing-masing kita telah mampu menyelesaikan permasalahan dalam diri kita, lalu kita mampu menularkan ilmunya, saling belajar, kita benahi pendidikan bangsa kita bersama-sama.  Mari kita perbaiki Indonesia bersama-sama, dengan mengemban tagline GURU BANGSA, dimulai dari diri pribadi, ditularkan ke orang di kanan kiri, dan bangkit bersama, bergerak bersama, perbaiki Indonesia.

best regards, Ihtisyamah.  






sumber gambar:
1.http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.sman2-padangpanjang.sch.id/images/Nelson-Mandela.jpg&imgrefurl=http://www.sman2-padangpanjang.sch.id/?p%3Ddetberita%26id%3D90&h=498&w=996&tbnid=y4T-p5ZljdkvnM:&docid=8MN8rA-nfdP_GM&ei=go3SVceFGIijugSuwIOYBw&tbm=isch&ved=0CE4QMygUMBRqFQoTCMfOi77AsccCFYiRjgodLuAAcw
2.http://www.google.co.id/imgres?imgurl=https://pbs.twimg.com/media/CD-Y5iIUIAAkWf8.jpg&imgrefurl=http://www.kaskus.co.id/thread/55455dbcd675d4f74d8b456a/6-fakta-menyedihkan-mengenai-pendidikan-di-indonesia&h=375&w=600&tbnid=Yw1KyLh7pCg0lM:&docid=iwDBeZ8LGCnMWM&ei=qY3SVea5BM6gugSSwYKYAw&tbm=isch&ved=0CGgQMyhGMEZqFQoTCKayxNDAsccCFU6QjgodkqAAMw

Senin, 17 Agustus 2015

Aku Melihat Keistimewaan dalam Diri Setiap Orang



Dulu, aku beranggapan bahwa setiap orang harus hidup dengan caraku. Aku sekarang sadar, bahwa anggapanku salah besar. Aku seharusnya melihat dunia yang lebih besar dari dunia tempatku tinggal.

Dan...
Allah mengabulkan permintaanku itu. Akhirnya aku melihat dunia yang lebih besar. Allah memperkenalkanku pada dunia-dunia yang luar, di luar yang biasa kulihat. Akhir-akhir ini Allah memperkenalkanku pada orang-orang baru, pada suasana-suasana baru, pada hal-hal baru, pada tempat-tempat baru. Aku berusaha mencerna apa yang sedang Allah rencanakan untukku? Tapi dunia yang Allah miliki terlalu besar untuk sekedar aku terka, sedang pengetahuanku sangat kecil. Semakin aku mengetahui dunia Nya yang begitu luas, terasalah bahwa aku terlalu kerdil.

Beberapa waktu lalu Allah memberiku kesempatan untuk bicara. Dari kesempatan itu, aku mengerahkan seluruh tenaga. Dan sampai pada puncaknya, aku membuat kesalahan yang begitu besar dari kesempatan bicara yang aku punya. Aku bicara namun menyakiti banyak orang, menyakiti banyak pihak, bahkan hingga merusak tatanan yang sudah ada sebelumnya, itu adalah kesalahan besar. Baru kali ini aku menyadari bahwa kekuatan bicara dapat menimbulkan kerusakan yang luar biasa jika tak dilakukan pada tempat dan waktu yang tepat. Aku mengalami penyesalan yang dalam. Ya,,,, Allah sedang ingin menunjukkan bahwa Ia lah satu-satu nya Yang Berkuasa, Ia lah satu-satu nya pemilik kesempatan, Ia lah satu-satu nya yang berhak memberi kesempatan, dan juga yang berhak mencabut kesempatan, tidak ada satu makhluk pun yang bisa menandingi Nya.

Hal itu terjadi persis seperti bunga Mawar Kuning di depan kamarku. Mawar itu memiliki 7 kuncup yang cantik luar biasa. Semua orang yang lewat di depan kamarku meng-elu-elu-kannya. Saat aku pulang dari menginap selama dua hari, 3 kuncup sekaligus patah dari tangkainya. Ya, Allah lah yang benar-benar memiliki kekuatan atas hidup dan mati makhluk Nya, hanya Ia lah satu-satu nya. Mawar yang kukira akan tumbuh dan berkembang cantik kesemuanya, secara tiba-tiba tanpa bisa aku mengira/menerka nya, mereka patah dan mati.

Satu hal yang sangat aku syukuri adalah ketika aku masih memiliki mulut untuk bicara, dan aku harus mempergunakannya sebaik mungkin agar tidak mengulangi kesalahan sebelumnya. Sama halnya dengan kesyukuranku atas mawar kuning yang masih tersisa. Aku harus merawatnya dengan baik, agar mawar yang tersisa itu bisa bertumbuh lebih baik.

Sampai pada tahap itu....

...aku mengalami dunia yang membalik. Aku takut untuk bicara. Pada akhirnya, aku memilih untuk lebih banyak diam. Lalu saat-saat seperti inilah, Allah menunjukkan kuasa Nya yang jauh lebih dahsyat. Saat diamku, aku mengenal lebih banyak orang, karena aku lebih banyak diam maka aku menjadi orang yang lebih banyak mendengarkan, dari sanalah aku mengenali banyak orang.
Aku mendengarkan mereka bicara, aku melihat mereka bertingkah, aku memperhatikan mereka berpolah. Aku senang mengenal mereka. Lucu rasanya. Bisa melihat mereka dengan keistimewaan dan keunikan mereka masing-masing. Allah mengaruniakanku dunia yang penuh kebahagiaan dengan mengenal mereka.

Ternyata mereka semua luar biasa.

Dari ia yang aku kenal sebagai orang yang sangat tegas, berubah menjadi orang yang sangat humoris dan jahil. Bukan, itu bukan perubahan, aku yakin itu adalah sifat asli. Inilah isteimewa nya orang satu ini, ia dapat menempatkan diri nya dengan baik sesuai setting lingkungan dan suasana, ia luar biasa.

Ada pula, ia yang aku kenal sebagai orang yang kekanak-kanakan, rupanya ia adalah orang yang benar-benar kekanak-kanakan. Aku ingin tertawa memperhatikannya. Namun ia adalah orang yang ahli di bidangnya, sangat tidak mudah menyerah, dan sedikit sekali mengeluh. Inilah istimewa nya ia, ia adalah orang yang selalu berpandangan positif bagaimanapun orang lain memandangnya, ia luar biasa. 

Ada pula, ia yang sangat sabar, belum pernah aku jumpai yang lebih sabar daripadanya. Bahkan aku tak bisa menebak jalan pikirannya yang sangat mudah memaafkan orang lain yang berbuat buruk padanya. 

Setiap orang memiliki keistimewaan masing-masing, dan kini aku menjadi orang yang sangat percaya, bahwa setiap orang di samping, kanan, kiri, depan, belakang ku, adalah orang istimewa. 

Mereka adalah orang-orang yang memiliki proses nya masing-masing, yang menginspirasi proses kehidupan yang akan aku jalani ke depan. Proses kehidupan mereka istimewa. Aku memperhatikannaya dengan seksama, senang mengenal mereka, sangat senang. Mungkin ke depan, Allah akan mempertemukanku dengan orang-orang lain yang luar biasa lagi, atau Allah akan membukakan mataku akan orang-orang lama yang tidak kalah luar biasa. Aku menikmati proses ini. Aku menikmati proses ku. 

Terimakasih Ya Allah, memperkenalkanku pada mereka, yang luar biasa. Terimakasih telah menunjukkan kuasa Mu, lewat pembelajaran yang luar biasa. Seakan Allah dengan sengaja membuatku jatuh, agar aku bisa mengambil pelajaran berharga, dan memulai untuk bangkit dan berdiri dengan lebih hati-hati.


Allahummanfa’na... 

Rabu, 12 Agustus 2015

Menyikapi Tema OSPEK UNY 2015: Guru Bangsa

Guru Bangsa, saya sumringah mendengar frasa tersebut. Terdengar elegan, dan penuh heroisme. Dulu, saat saya sedang surfing di internet, mencari tahu tentang OSPEK di beberapa universitas, untuk membandingkan OSPEK yang ada di UNY dan OSPEK yang ada di luar UNY, saya mengalami kebingungan.

Kebingungan itu terjadi karena saya merasa bahwa OSPEK yang ada di UNY sama saja dengan OSPEK yang ada di universitas lain. Seperti tidak memiliki keistimewaan. Saat surfing tersebut, saya menemukan bahwa di salah satu kampus besar di Indonesia bagian barat, euforia nya sangat tinggi. Dan kebanggaan para mahasiswa barunya di universitas tersebut meletup-letup, banner terpasang menyambut mereka, "Selamat datang mahasiswa baru, di kampus terbaik"

Mengapa hal itu tidak juga dilakukan di UNY? Membuat mahasiswa barunya merasa memiliki rasa kepemilikan yang besar terhadap kampusnya, bangga terhadap kampusnya. Inilah UNY, kampus nya para guru, kampus nya para pendidik, kampus istimewa, maka dibutuhkan suplemen khusus bagi mahasiswa baru untuk bangga terhadap kampusnya, kampus biru. Tapi suplemen yang bagaimana? Sampai saat itu saya hanya bisa bertanya dan bertanya.

Akhirnya, tahun ini, kabar gembira terdengar di telinga, frasa hebat, frasa penuh makna, frasa yang sangat menggambarkan kampus kami tercinta, GURU BANGSA. Frasa itu langsung membius saya, ya ini kampus saya, kampus para GURU BANGSA! Saya menemukan keistimewaan UNY di OSPEK tahun ini. Meski sayang, saya tidak terlibat lagi di kepanitiaan OSPEK, tapi buat saya ini adalah kabar gembira bagi para maba UNY, suplemen awal bagi mereka untuk merasakan atmosfer kampus pendidikan ini sejak awal mereka menginjakkan kaki di kampus, sejak OSPEK. Kalian beruntung, Dik.

Selamat datang di kampus tercinta, UNY! Selamat datang para pemimpin masa depan! Selamat datang pewaris peradaban!

Dilihat dari susunan frasa "GURU BANGSA" seperti nya panitia penyelenggara memiliki maksud dan tujuan untuk OSPEK tahun 2015 ini, namun terlepas dari maksud yang mereka tuju, saya menyatakan bangga dengan frasa yang dipilih oleh panitia dan saya punya argumen tersendiri tentang susunan dua kata tersebut.

Meskipun kami berkuliah di universitas yang dulunya adalah IKIP yang kental dengan ilmu kependidikan atau ilmu keguruannya, bukan berarti seluruh yang ada di universitas kami adalah calon guru (secara profesi), karena terdapat beberapa jurusan yang notabene adalah jurusan ilmu murni (non keguruan). Untuk itu, frasa GURU BANGSA ini tidaklah bisa dimaknai secara denotasi (atau pemaknaan apa adanya). Guru di dalam frasa ini bukan menunjukkan guru sebagai profesi, namun GURU dalam frasa ini adalah GURU SEBAGAI JIWA. Setiap mahasiswa di UNY haruslah memiliki jiwa seorang GURU, seorang PENDIDIK, meskipun ia bukan berprofesi sebagai guru.

Inilah hal yang harus digaris bawahi dengan tebal oleh semua orang, makna guru sebagai jiwa, bukan sebagai profesi. Lalu bagaimana cara memaknai kata guru sebagai jiwa?

...bersambung ke: 
http://ihtisyamah.blogspot.com/2015/08/guru-bangsa-menjawab-permasalahan-dasar.html

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons