Rabu, 12 Oktober 2016

Dag dig dug Menunggu

Bismillahirrahmanirrahim...

Alhamdulillah Depok hari ini mendung gerimis kecil-kecil. Hampir 3 bulan sudah, predikat istri melekat. Pengalaman datang menghampiri satu persatu. Entah pahit entah manis, mereka bertamu. Tiap hari pasti ada tamu.

Nah, berbicara soal predikat IRT, ada satu pekerjaan seni yang sangat menarik untuk dilakukan oleh Istri Rumah Tangga, yaitu menunggu. Seni menunggu ini luar biasa rasanya. Ketika kita menyalami dan mencium tangan suami sebelum berangkat bekerja, detik menunggu berjalan setelah suami menjauh dan membalikkan badan. Satu dua tiga empat lima enam. Waktu menunggu dimulai.

Rasanya ketika sudah mendekati jam makan siang dan suami menjanjikan akan pulang ke rumah, detik menunggu mengencang dengan sendiri nya. Perasaan senang, gelisah, khawatir karna makan siang belum siap, atau dandanan belum rapi, derap jantung yang berbunyi, mata dan telinga yang selalu awas ke arah pintu, adalah bentuk seni menunggu.

Menarik, sangat menarik.

Saat kau melepasnya dari pintu rumah dengan rapi di pagi hari, lalu kau lakukan banyak pekerjaan di rumah dan kau harus kembali rapi kapanpun saat ia pulang, itu adalah saat saat yang sangat menarik dan menantang.

Rasa dag dig dug.

Setiap bunyi kendaraan bermotor lewat depan rumah telinga segera bersiap. Dag dig dug apakah itu suara motor suami? Ah, hingga kita hafal mana detail suara motor tukan siomay, suara motir tukang sayur, suara motor ibu-ibu yang menjemput anaknya dari sekolah, dan suara motor yang sekedar lewat. Hingga kita pun hafal ini motor merk apa, hanya dari suara nya. Dag dig dug rasanya, memainkan adegan satu ini, menunggu.

Terimakasih telah menerimaku apa adanya,
Istri yang masih sangat perlu belajar, banyak dan banyak hal lagi. Memerankan peran taat pun ternyata tak semudah didengar di telinga. Aku belajar. Harus banyak belajar.

Sabtu, 01 Oktober 2016

Welcome to My (first) Castle

Bismillah,
Alhamdulillah, puji syukur setinggi -tinggi nya untuk Allah, yang telah menciptakan pagi sebagai gerbang rizki, dan menciptakan malam sebagai selimut tempat kita beristirahat.

Selamat datang di istana (pertama) saya. Seperti seorang gadis yang dilamar oleh seorang pangeran, maka gadis itu menjadi seorang putri. Seorang putri tak lengkap tanpa istana, maka pangeran membangunkannya sebuah istana. Ya :) inilah istana (pertama) saya.

Sebuah kontrakan petak tiga. Di Depok, dekat Jakarta. Ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan kamar mandi. Menyenangkan punya istana sendiri :D Meskipun ini adalah sebuah kontrakan (red: istana pinjaman), tapi bagi saya ini adalah istana saya, istana kami. Tempat peradaban baru akan dibangun, akan lahir putri-putri dan pangeran-pangeran kecil di istana kami (insyaAllah, mohon doanya). Setelahnya mungkin saya tak lagi bergelar putri, melainkan berganti menjadi ratu. Sang Ratu dan Sang Raja akan hidup berdampingan selama-lamanya membangun tatanan kerajaan penuh bahagia.

Istana pinjaman ini adalah istana yang nyaman. Hanya sebentar mungkin Ratu dan Raja tinggal di sini. Ratu dan Raja akan memanfaatkan waktu untuk sibuk merancang isi istana, jadi meskipun istana mereka akan berpindah, isinya tetap sama: hangat, bahagia, penuh rahmat. Di ujung menara istana, Ratu dan Raja membangun portal hubung ke kerajaan tertinggi. Kerajaan pemilik Arsy. Mereka membangunnya dengan do'a (do'a yang harap-harap cemas), dengan dzikir, sedekah, pemuliaan terhadap orang tua. Doakan, semoga istiqomah, dan bertambah.


Jumat, 15 April 2016

Baju Zhirah dan Gaun Pengantin

Hari ini, adalah hari yang di luar rencana. Aku sudah menyusun sedemikian rupa rencana untuk satu hari, ternyata berrubah semua. Musibah. Tak di sangka memang, aku harus mengganti keseluruhan rencana.

Dari pagi perjuangan sudah dimulai, memotong jam ujian tahfidz, yang seharusnya selesai 06.15 aku memutuskan pergi jam 06.00. Penting. Tapi ternyata, Allah berkehendak lain, acaranya batal tanpa konfirmasi. Hemmm. Baiklah.

Asrama sudah menanti. Tilawah yang terbengkalai, hafalan yang tak kunjung bertambah dan termurojaah, skripsi yang belum tergarap, persiapan penelitian yang belum apa-apa, belum lagi mentoring dan acara technical meeting sekolah kepemimpinan yang kugawangi. Penuh sudah pikiran. Baju zhirah kupakai sudah, siap perang! pikirku.

Lakukan setiap pekerjaan dengan sempurna, tak ada waktu untuk membuat kesalahan. Aku benar-benar siap perang. Heroik, seolah baju zhirah besi sudah menempel lekat di badan. Perjuangan dimulai.

Ternyata di tengah perjalanan aku menyelesaikan keseluruhan pekerjaan, ada kabar peserta training blm mencapai angka 15, padahal technical meeting sudah akan dilaksanakan nanti sore. Hal yang biasa, tapi bukan untuk didiamkan saja. Harus melakukan sesuatu. Lalu ditambah lagi kabar, bahwa ada sebuah tabrakan agenda di kampus, dan ini tidak bisa dibiarkan terjadi, apalagi terulang. Panas. Benar-benar panas suasananya. Bagaimana bisa terjadi tabrakan agenda di tanggal training kepemimpinan ini dilaksanakan.

Tiba-tiba meleleh air mata, berat kepala, dan tidak enak suasana hati. Aku coba tenangkan, aku coba reda kan, aku coba stabilkan. Butuh waktu yang tidak sedikit untuk memperbaiki kesemuanya. Aku lemas di dekap baju zhirah ku. Perangku terhenti. Berganti ke medan perang yang lain. Baju zhirah masih melekat, dan lanjutkan perjuangan.

Di saat semua sedang panas, ada satu pesan masuk, "Ihti, Ummi buatkan gaun pengantin ya, mau warna hijau muda, atau biru muda, atau putih?" Aku jawab singkat, "Biru muda aja Mi...." Satu pesan sejuk di antara banyak pesan yang panas. Selesai dijawab, seolah sedang berganti mengenakan gaun pengantin, tapi seketika juga berganti kembali menjadi baju Zhirah. Perjuangan belum selesai. 

Minggu, 10 April 2016

Tempat-tempat Tenang untuk Berkonsentrasi

Bismillahirrahmanirrahim...

Suasana yang biasa terjadi di tempat kuliah sangat bertolak belakang dengan suasana saat SMA, dimana di saat SMA saya terbiasa sendiri, melakukan segala aktivitas sendiri, dan tak biasa berbagi. Ya, hanya seorang diri. Setelah masuk kuliah, kamar selalu dihuni berdua, akhirnya belajar berbagi berbagai fasilitas pribadi. Sejak SMA terbiasa dengan suasana sunyi, belajar sendiri, berkonsentrasi hingga malam, sekarang? biasanya di asrama masih berisik sampai malam tiba. Hemmmm. Semua kebiasaan itu seolah menuntut dipenuhi setiap saat. Ada saatnya lelah berada dalam keramaian, meski berada dalam keramaian tetap menyenangkan. Namun rupanya ada bagian di hati dan otak ini yg lelah, ingin beristirahat.

Akhirnya, saya selalu suka berkunjung ke tempat-tempat yang tenang. Meladeni hati yang memberontak ingin dipenuhi hak pribadinya, hak untuk berkonsentrasi atas apa yang sedang dikerjakan. Ketika maumencari tempat sunyi di asrama rasanya sulit sekali, selalu ada orang lewat, selalu ada orang menyapa, begitulah jika kita harus berbagi dengan sesama. Tak apa, ada banyak tempat untuk "bersemedi" di tempat lainnya.

Ini adalah masjid di jalan Bantul,
akhirnya bisa merekam jejak di salah satu masjid di jalan Bantul. Nabung 1 lokasi.
Masjidnya kecil, tapi saaaangat bersih. Masjid ini ditemukan setelah mengisi kajian di kampus Bantul.
Ini adalah lingkungan masjid apung UGM.
Dekat pasca sarjana UGM. Masjid yang biasa digunakan untuk pertemuan, hehe.
Ini adalah masjid di jalan Palagan. Masjid kecil.
Tidak sebersih masjid-masjid sebelumnya, maklum masjid kampunng. Masjid ini adalah masjid yang saya temukan
saat pulang dari observasi di SMK Sleman, bermaksud berteduh dari hujan.
Mengapa perlu tempat-tempat tenang?

Satu-satunya alasan adalah agar dapat berkonsentrasi. Berkonsentrasi untuk banyak hal. Tidak jarang, saya lebih suka pergi dari asrama atau kampus untuk sengaja mencari "daerah jajahan baru" untuk beristirahat di sana. Mengistirahatkan pikiran, mengistirahatkan hati.

Kenapa masjid?

Iya ya, baru kepikiran juga, ternyata dari beberapa tempat yang hobi saya kunjungi ternyata masjid paling dominan. Baru sadar juga saat mau menuliskan ini. Ternyata setelah diingat-ingat, kenapa masjid yang dicari, karena dirasa pas untuk "beristirahat". Jika sudah lelah membaca buku, atau mengerjakan sesuatu, bisa sewaktu-waktu berhenti untuk beristirahat dengan membaca qur'an. Sedangkan hal yang sulit (hampir mustahil) dilakukan adalah membaca qur'an di ruang publik selain masjid, karena nanti akan terdengar suara bacaannya. Sedangkan kita tahu sendiri bacaan alqur'an itu bukan hal yang aneh terdengar di masjid sebagai tempat ibadah.

Tidak jarang saya tidur dalam posisi duduk, sambil mendekap tas ransel kesayangan, bukan, bukan tanpa sengaja, memang sengaja. Ketika istirahat dari perjalanan jauh, dan masih harus beraktivitas banyak setelah perjalanan, maka saya menyengaja qoilullah di masjid, meskipun hanya duduk, karena hal itu terbukti membuat badan kita segar, benar-benar segar setelahnya, meski hanya setengah jam. Tak ada tempat lain yang bisa digunakan untuk "numpang tidur" siang ketika di perjalanan jauh. Kan gag lucu kalau tidur sambil duduk di warung makan. Hehe. Masjid adalah sarana penolong bagi saya. Heee..

Qailullah

Pernah suatu saat, setelah observasi dari SMK, karena teringat bahwa sorenya akan memandu mentoring rutin bersama adek-adek, sedangkan siang itu adalah siang yang sangat panas, dan darah rendah sewaktu-waktu kambuh tiada permisi, termasuk pada siang itu. Mampirlah saya ke salah satu masjid di jalan magelang (masjid favorit), dan taraaaa, alhamdulillah setelah itu segar bugar. Siap berwajah cerah di hadapan adik-adik, padahal hanya tidur duduk selama setengah jam.

...

Di tempat-tempat yang tenang, rasanya sangat nyaman untuk membaca buku, meresapi setiap kata-katanya, mengambil hikmah darinya. Jika sudah bosan dengan ketenangan, bisa membuat "gaduh" dengan suara bacaan alqur'an, nyaman, mau sekeras apapun bacaan kita tak akan ada yang mendehem keras kepada kita. Hehe, Ini pengalaman unik, pernah suatu saat saya baca qur'an di IEC lantai 2, ada suara mendehem sangat keras, (husnudzon saya) sepertinya suara itu ingin mengingatkan saya supaya mengecilkan suara (lagi dan lagi) sampai tidak terdengar. Karena kesal, merasa tidak nyaman baca alqur'an di sana akhirnya saya pergi (hehe egois ya,,,). Saya segera cari tempat tenang lainnya. (Kesimpulannya IEC sama sekali tidak recomended. Ya, recomended sih buat baca buku, tapi kalau sudah capek, mau istirahat, istirahatnya ngapain? bengong? gag asik, ditambah lagi gag bisa tidur meski sebentar di sana gkgkgk)

Karena kebiasaan saya mencari tempat tenang dimana-mana, saya hampir hafal posisi masjid atau tempat-tempat tenang lainnya.

Sebenarnya ada tempat tenang lainnya yang bisa digunakan untuk konsentrasi dan istirahat, yaitu tempat makan. Saat butuh istirahat maka kita bisa makan, tidak bengong. Terbukti nyaman, tapi mahal. Pernah suatu saat saya harus mengerjakan sesuatu, dan akhirnya memilih salah satu tempat makan untuk standby di sana berlama-lama, berhari-hari, sampai petugas jaga hafal dengan saya. Tapi tempat-tempat seperti itu tetap saja harus keluar uang.

Apapun tempatnya, dan bagaimanapun, masjid adalah tempat favorit sepanjang perjalanan. Traveling dan trip (apalagi sendirian) adalah kegiatan yang membutuhkan tempat istirahat yang aman dan nyaman. Bersyukur sekali, Indonesia ini punya banyak masjid.

Kamis, 07 April 2016

Jaga Kesehatan tanpa Micin, Jaga Hati tanpa Dosa

Bismillah...

Tulisan ini meski akan berbicara perihal makanan, namun juga akan menyerempet masalah lain, karena makanan di tulisan ini akan mengantarkan kita pada sebuah analogi sederhana.

Saya adalah orang yang sangat sensitif dengan micin dan pemanis buatan. Sekali saya makan makanan bermicin, maka anggota tubuh pertama yang bereaksi adalah tenggorokan. Setelah makan makanan bermicin, tenggorokan saya akan terasa sangat gatal, akhirnya batuk2. Jika kondisi badan tidak fit, maka batuk2 akan berlangsung selama berhari2. Dan kalau abah dengar lewat telfon bahwa saya sedang mengalami batuk akut (batuk yg sangat parah) pasti akan bilang, "Diobati(!) kalau gag sembuh-sembuh pulang." Dalam hati seperti berteriak "Horeeeeee pulaaaaang". Tapi ancaman itu bukan ancaman main2, sebenarnya menyenangkan untuk pulang, tapi seluruh pekerjaan di Jogja tidak bisa ditinggal dengan alasan, "Batuk dan harus pulang." Jalan satu-satu nya adalah mencari obat yg bisa menyembuhkan.

Maka dari itu selama di Jogja, saya mencari makanan tanpa micin. Salah satu favorit saya adalah sup khas Solo di Maguwoharjo, yang juga dijadikan langganan Ustad Deden Anjar sekeluarga. Sup sayur ini adalah sup yang bumbunya murni rempah-rempah. Dan rempah-rempahnya sangat banyak, sehingga rasanya juga sangat enak untuk ukuran sup.

Biasanya, obat yg saya gunakan ada 3 macam.Pertama adalah obat batuk (apapun merknya), kedua adalah suplemen penjaga imun tubuh (saya paling suka minum habbatussauda 3 pil sekali minum atau madu beberapa sendok) dan yang ketiga adalah   istirahat.

Istirahat adalah poin yg mutlak. Ada satu kebiasaan yg saya mulai kenali pada tubuh saya, bahwa ketika saya diserang batuk atau flu hebat, saya harus minum suplemen  lalu istirahat full selama minimal 1 hari 1 malam. Bangun hanya untuk solat, bersih-bersih, dan makan. Tidak harus minum obat batuk, jadi obat nomor 1 sifatnya sunnah. Dari sana saya meyakini, bahwa batuk bukan inti penyakit yg harus saya obati, bahkan batuk bukan sebuah penyakit, melainkan alarm dari penyakit yang ada di dalam tubuh kita. Artinya, jika saya batuk karena makan makanan bermicin, ada penyakit yg sedang bereaksi di dalam tubuh saya.

Pernah suatu aaat saya makan bakso, setelah pulang, saya sakit demam flu batuk dll, terpaksa bedrest selama dua hari. Setelah itu sembuh berangsur2. Kasus terakhir adalah karena saya makan mie dokdok. wkwkwk, penyebab penyakit yg sangat tidak elit.

Ternyata tubuh kita jika sudah dibiasakan makan makanan tanpa micin lalu makan micin sedikit saja, tubuh jadi sensitif, alarm nya mudah menyala.

Lalu saya memikirkan sesuatu.
Ini tentang sensitifitas dosa.

Pasti sudah tau arah pembicaraannya kemana... hemmm iya. Betul. Jika orang terbiasa menjauhkan diri dari dosa, maka ketika terciprat dosa sedikit saja, ia akan mudah merasakannya. Kemudian secara otomatis karena mudah merasakan dosa, orang tersebut akan lebih sering meminta taubat. Berdasarkan sebuah riwayat, Rasulullah memohon ampun kepada Allah seratus (100) kali sehari, padahal Rasulullah telah dijaminkan surga oleh sang Pemilik surganya langsung, siapa lagi kalau bukan Allah SWT. Sungguh nikmat ya kalau kita bisa merasakan hal semacam itu. Hati yang mudah tersentuh dan hidup, sebentar-sebentar beristighfar, mudah menahan pandangan dari hal kecil yang menyulut dosa, mudah menahan telinga mendengar hal-hal kecil yang menghimpun dosa, dan anggota-anggota tubuh lain mudah ditahan dari perilaku penuh dosa. Hingga kita menjadi orang yang perangainya tenang dan tak tergesa. Semoga kita diberikan karunia untuk menghidupkan hati kita, bisa memiliki sensitifitas dosa sampai pada tingkat dosa terkecil jika bisa.

Kata ustad, hati yang hidup itu seperti rumah yang terrawat dengan baik, sekali ada yang bolong di salah satu bagian rumah, segera diperbaiki, selalu dibersihkan setiap hari, sehingga rumah itu menjadi rumah yang bersih dan sedap dipandang. Hati juga begitu kan? Hati yang bersih ketika kotor sedikit saja, langsung merasa sensitif kemudian segera dibersihkan. Maka hati yang mati seperti rumah yang tidak lagi dihuni. Rumah yang sudah tidak dihuni akan terdapat banyak lubang, dimana dari lubang-lubang itu akan masuk banyak hama seperti tikus, ular, serangga, dan ditumbuhi tumbuhan liar. Maka dengan kedatangan hewan-hewan tersebut, rumahpun menjadi bertambah kotor dan jorok, tidak ada yang membersihkan. Hati yang kotor ketika didatangi penyakit, penyakit sombong, ujub,iri, dengki, benci, mudah tersinggung, kasar, suka mencela, dan lain sebagainya tidak merasa risih.

Lalu bagaimana mengasah sensitifitas dosa?
Sepertinya sudah terjawab. Seperti menjaga sensitifitas tubuh dari micin, kita menjauhkan tenggorokan kita dari micin maka sekali tenggorokan menelan micin akan mudah merasa. Mengasah sensitifitas hati dari dosa adalah dengan menjauhkan diri dari dosa.

Kata ustad, untuk mendapatkan hati yang hidup dan peka terhadap dosa, kita harus menghidupkan hati dengan alqur'an. Ternyata iya, nyata nya banyak kasus dari beberapa orang yang saya temui, seperti adik mentoring saya yang dulunya tergerak hatinya untuk ikut mentoring karena sebelumnya ia dekat dengan alqur'an. Sampai pada ibu-ibu tua yang tertarik untuk datang kajian awalnya karena ia dekat dengan alqur'an, membacanya tiap hari meskipun sedikit-demi sedikit. Orang yang dekat dengan alqur'an akan sangat mudah tersentuh. Ia sangat mudah mengalun seperti alunan ayat-ayat alqur'an yang berisi ancaman dan berita gembira. Merasa terancam ketika melakukan dosa, dan gembira ketika akan mendapat pahala.

Mari kita semangat berdekat-dekat dengan alqur'an. Semangat jaga keehatan tubuh dengan makan makanan sehat, dan semangat jaga kesehatan hati dengan makan-makanan ruhani. Sesungguhnya ini adalah nasihat yang terus berlaku untuk diri saya sendiri, sepanjang hayat, sebelum mati.

Ihtisyamah Zuhaidah


Rabu, 17 Februari 2016

Asma Amanina Jalan Putar Balikku

Bismillahirrahmanirrahim,

tentang hari lamaran, sepertinya semakin mendekat ya Dii? Ya, tinggal siapa dulu yang akan melamar, jodoh, atau kematian. Alhamdulillah, Allah Maha kuasa atas segala sesuatu, yang mengatur semua itu.

Aku sedang berpikir tentang menu masakan yang akan aku sajikan esok, ketika aku harus memakan makanan sehat. Sayur pikirku. Tapi aku belum menguasai menu-menu sayuran sehat, bagaimana aku bisa memasaknya.Ya, aku harus aktif mencari resepnya. Lalu pikirku kembali mengingat tentang hal serupa. Ini baru masakan untuk diriku sendiri. Bagaimana masakan untuk anakku besok? Mau masak apa kalau gag tau resepnya dan gag menguasai caranya? Aku ini perempuan. Aku ini perempuan. Harus bisa. Koleksi yang banyak dan belajar yang banyak juga.

Ya, Asma Amanina adalah jalan putar balik dalam hidupku, setelah sekian jauh aku tersesat dalam ketidaksadaran. Dalam kekosongan. Sama seperti saat aku berpikir tentang menu sayur sehat, aku pun berpikir tentang ibu calon ulama. Bagaimana mau menjadikan anaknya calon ulama? Kalau ibunya tidak mengerti ilmunya? Asma Amanina lah lingkungan tempatku kembali kepada fitrah perempuan.

Aku terkaget ketika ada seorang adik yang berceletuk, "Mbak Ihti ini tipe murobbi siyasi ya..." Padahal ia belum aku ajari tentang konsep siyasi, dan kawan-kawannnya, namun ia bisa menilai. Aku heran tentang cara berpikirnya. Setelah aku telusuri, sepertinya ia melihat dan mengamati dari caraku bersikap dan caraku bergerak. Aku sekarang mengerti. Ada yang salah, aku tak sama dengan teman-teman perempuanku yang lain. Aku bergerak lebih mirip dengan laki-laki. Cara berpikirku, tingkah lakuku, tak selayaknya ibunda calon ulama. Aku tak berada pada fitrah.

Kajian Masjid Mujahidin kemarin membuatku sadar, bahwa aku kosong.
Ustad membahas tentang hati, faidha fasadat fasadal jasadu kulluhu, waidha solahat, solahal jasadu kulluhu. fa hiya qolbun. Ada hati yang sedang tidak beres, yang membuat semuanya tidak beres pula. Ada hati yang jauh dari tuhannya. Ia yang menyebabkan semua kesalahan dalam diri ini terjadi. Lalu aku menemukan Asma Amanina sebagai jalan putar balikku. Menyadarkanku tentang peran seorang ibu yang penuh kelembutan, dan terutama peran seorang ibu yang punya banyak ilmu, ilmu kalam dan ilmu alam.

Allah, tanpa sadar selama ini aku menuhankan usahaku, bergerak dan terus bergerak, lincah, meledak-ledak, dan mudah kecewa mengutuki kegagalan, aku melupakan ada yang jauh lebih berperan terhadap keberhasilan, yaitu Tuhan. Siapa lagi jika bukan Allah SWT. Rasanya tenang setelah mengakui bahwa semua kesombongan ini adalah kebodohan, dan mengakui semua kegagalan berasal dari lemahnya diri sebagai makhluq (sesuatu yang tercipta) dan mengakui segala sesuatu telah diatur dan dikuasai oleh Khaliq (sesuatu yang mencipta).

Asma Amanina mengubah cara pandang hidupku. Memutar balik langkahku, setelah sekian lama. Aku belajar untuk menjadi seorang penghafal alqur'an yang tidak meributkan jabatan. Mengikat dan terus mengikat hafalan, modal mahkota untuk ketiga orang tua, aku belajar untuk menjadi seorang pencari ilmu yang jauh dari debat dan adu, atau tepuk tangan yang saling berpaut.

Kembali meluruskan niat, agar tak kembali masuk ke jalan yang salah, agar tak kembali kepada kesombongan semu, lillah, karena Allah akan memasukkan 3 orang pencari ilmu ke dalam neraka, yaitu yang meniatkan mencari ilmu karena ingin membodohi orang-orang bodoh, yang meniatkan mencari ilmu untuk dianggap pintar dan membanggakan diri di hadapan ulama, dan satu lagi, yang meniatkan mencari ilmu agar orang-orang menoleh kepadanya (ingin menarik perhatian orang banyak) karena pengetahuan yang dimiilkinya. Na'udhubillah min dzalik. La hawla wa laa quwwata illa billahil'aliyyil 'adzim.......

Persiapkan generasi dengan sebaik-baik persiapan. 

Jumat, 05 Februari 2016

Bersiap Menjemput Rezeki

Bismillahirrahmanirrahim,

Ya Allah, lalu hanya ucap syukur yang bisa mengalir, ya, tak lain karena Kau secara ajaib telah mengatur segala permasalahan dalam hidupku dengan sangat baik, dan rapi. Kau aturkan semuanya. Bahkan aku tak habis pikir dengan beberapa hal yang mustahil, tapi bagi Mu itu adalah hal yang kecil.

Aku masih ingat dengan do'aku saat itu, ketika aku benar-benar sangat membutuhkan rezeki berupa uang untuk menutup beberapa kebutuhanku yang datang tiba-tiba, tak terencana, dalam jumlah besar pula. Aku membutuhkan sangat banyak uang, dan aku berdo'a. Aku berdo'a meminta dibukakan pintu rezeki. Aku berdo'a di siang hari seusai solat, lalu di sore harinya Allah benar-benar mendatangkan rezeki yang aku minta. Sore itu ada sms masuk, mengabarkan bahwa ada seorang siswa yang membutuhkan les matematika selama satu bulan penuh. MasyaAllah, Allah itu luar biasa. Siang aku meminta, malam diijabah dan ditunjukkan jalannya. Malam harinya aku ditelefon untuk diberitahu perihal tempat, biaya, dan kebutuhan les si anak. Akhirnya selama satu bulan itu aku bekerja menjadi seorang tentor matematika bagi adek kelas VIII SMP, dan uang hasil les privat tersebut dapat mencukupi kebutuhanku, meski harus mengorbankan hal-hal lain.

Aku ingat sekali, saat itu adalah saat-saat mendekati akhir kepengurusan BEM FT UNY 2014, dimana tanggungan proker departemenku sudah tidak ada, dan proker-proker yang tersisa adalah proker departemen lain. Secara egois aku memutuskan untuk tidak mengikuti proker-proker yang tersisa tersebut, karena harus berjibaku dengan les privat yang berjalan selama satu bulan. Ya, itu pilihan yang kuambil, agar aku bisa menutup kebutuhanku yang mendesak itu.

Aku telah meminta, coba saja saat itu aku tidak siap menerima tawaran les tersebut, maka rezeki itu hanya akan menghilang tanpa makna. Namun karena aku telah siap mengajar matematika SMP, maka aku sangat siap menjemput rezeki ku saat itu.

Pun, begitu dengan jodoh. Jangan sampai aku berdo'a meminta dibukakan pintu jodoh, namun aku belum siap dan semua rezeki dari do'a tersebut menguap. Tak apa, itu adalah pelajaran yang sangat berharga bagiku.
Bersiap menjemput rezeki.

Senin, 11 Januari 2016

Allah, ingatkan aku jika aku masih sempat berkeluh

Ya Allah,
tegur, tegur, tegur saja jika aku masih sempat berkeluh.

Aku akan bekerja keras sampai aku tak bisa lagi bekerja keras, aku akan terus bergerak sampai aku tak bisa lagi bergerak. Aku tak boleh punya waktu untuk berkeluh. Aku tak boleh lakukan itu.

Allah, tegur saja, tegur saja aku.
Satu hal yang sangat aku harapkan, semoga amalanku mampu berdiri tegak menjadi saksi di hari akhir besok, bahwa aku tak menganggur, bahwa aku bekerja keras, hamba mohon ya Allah. Hamba mohon. Jadikan hamba orang yang selalu ingat untuk bekerja keras.

I am doing. In the name of Allah.
Bismillah.


Rabu, 06 Januari 2016

Ternyata menjadi Murobbiyah itu Menyenangkan

Bismillahirrahmanirrahim,
Catatan ini ditulis agar suatu saat nanti, jika sedang merasa loyo untuk membina, catatan ini bisa dibuka, agar kembali bersemangat.

Dii, awalnya aku merasa bahwa membina itu mustahil bagiku. Pernah suatu saat aku membina satu lingkaran kecil angkatan 2013, hasil follow up sebuah kegiatan. Tapi hilang setelah satu tahun pembinaan. Pertama karena kelompok tersebut dirombak, entahlah, adik-adik yang sudah kurawat lama sepertinya memang bukan lagi rejekiku saat itu. Kedua kebetulan saat itu aku harus memegang amanah sebagai kepala departemen PSDM BEM FT UNY 2014, kesibukan serasa tidak bisa lepas dari kaki dan tanganku, keduanya seolah harus terus bergerak, dan aku pesimis aku bisa memegang kelompok binaan lagi.

Takdir Allah itu selalu indah, jika kita mensyukuri. Setelah satu tahun vacum membina (hanya membina 1 kelompok tutorial) akhirnya aku disadarkan pada rasa butuh dan kepepet. Kepepet karena tidak ada yang lain lagi. Dari rasa kepepet itu akhirnya aku memforsir diri untuk membina langsung 3 kelompok. Ya, aku adalah mahasiswa tahun terakhir Dii, mahasiswa tahun keempat, dan sekarang sudah masuk hampir tahun ke-lima. Mahasiswa paling tua di kampus, masa tidak membina? Adik-adik banyak yang terlantar haus akan ilmu keislaman, maka aku harus bisa membina, berapapun kelompoknya, begitu pikirku.

Binaan.

Awalnya hanya 2 kelompok. Dan ini unik, kenapa pada akhirnya kelompok binaanku menjadi 3 kelompok. Melelahkan? Iya. Banyak kejutan juga iya. Akhirnya, diriku mengalami konflik internal. Tarik ulur perasaan untuk melepas salah satu kelompok menjadi tarik ulur yang alot.

Ini uniknya. Beberapa pekan ini aku sempat vacum. Dan yang paling lama vacum adalah lingkaran angkatan 2012. Lingkaran paling unik yang pernah kupunya.

Aku punya 3 kelompok binaan, apabila dilihat dari angkatannya dan tingkat kepahaman pada islamnya justru saling berkebalikan. Lingkaran angkatan 2015 adalah lingkaran yang personilnya sudah ngaji sejak SMA. Mereka sangat disiplin dan berkomitmen dengan jadwal melingkar. Selalu mengupayakan melingkar setiap pekan. Aku sangat bersemangat membina mereka Dii, bagaimana tidak? aku tak perlu bersusah payah untuk membina mereka, karena pada dasarnya mereka sudah paham tentang islam, tinggal dipoles sedikit lagi saja. Selanjutnya angkatan 2014, lingkaran ini adalah lingkaran dengan kepahaman islam nya ada di tengah antara 2015 dan 2012. Jika ingin dibuat prioritas membina, maka mereka adalah prioritas kedua setelah angkatan 2015. Nah, angkatan 2012 ini angkatan yang paling unik. Aku bahkan tidak menyangka akan memiliki lingkaran yang semacam ini Dii. Entah bagaimana Allah mengatur alur ceritanya. Jika dibuat rangking semangat membina, maka angkatan 2012 ini adalah lingkaran dengan semangat paling rendah di antara yang lain Dii (dulunya), karena mereka masih sangat baru mengenal islam, aku harus susah payah jungkir balik menyusun kurikulum lingkarannya. Mereka lah yang paling sering menjadi korban "libur" dariku.

Sekitar 4 kali pertemuan dengan angkatan 2012 kubatalkan. Ada banyak alasan pembatalan, dari pulang kampung, sakit, dan kegiatan lain, dan aku tak begitu menyesal dengan itu. Sampai akhirnya hari kemarin datang....

Mereka, angkatan 2012 serentak (satu per satu di waktu yang sama) tanpa diskenario meminta melingkar lagi. "Lama tak melingkar," kata masing-masing dari mereka. Aku kira lingkaran ini akan bubar. Aku sudah pasrah. 4 kali libur itu adalah kabar buruk bagi sebuah kehidupan mentoring. Itu seperti keadaan kritis. Ternyata tidak untuk kelompok ini. Justru kelompok dengan grade paling rendah ini adalah kelompok yang paling merindukan melingkar. Mereka bilang rindu.

Allahuakbar. Aku telah sangat bersalah menyepelekan mereka. Tidak memprioritaskan waktu untuk mereka. Padahal mereka menganggapku baik di hadapan mereka, aku tega menomortigakan mereka. Aku malu. Aku menyesal. Aku ingin merevisi seluruh pola pikirku. Aku ingin kembali bersemangat membina. Membina siapa saja.

Mereka angaktan 2012.

Seperti sudah kubilang Dii, mereka adalah angkatan yang paling unik. Bayangkan saja, awalnya mereka adalah manusia-manusia yang tadinya terserak. Tapi akhirnya terkumpul dalam satu lingkaran, yang kami namai Lingkaran Cinta. Tiba-tiba aku menjadi melow...heuheu

Personil awalnya adalah 2 orang. 2 Diiiiii! 2!!!! Mereka berdua meminta aku untuk rutin membina mereka sepekan sekali. Lama, berjalan mentoring yang isinya hanya bertiga dengan aku ada di dalamnya, namun alhamdulillah dapat berjalan rutin. Mereka bahkan berawal dari tempat start yang berbeda. Pertama, ia adalah anak BEM yang dulu dekat denganku, dan kebetulan ia mengikuti tutorial lanjut, dan mbak tutornya terpaksa pergi lama dari kampus karena sakit parah. Aku menawarkan diri untuk "memungutnya" dan ia bersedia. Dapat satu orang. Selanjutnya, tak selang lama, ada satu orang perempuan yang sangat ingin bertemu denganku, ia rela menunggu lama, dan ia sangat antusias. Cerita singkatnya ia sedang galau dan ingin sekali memperbaiki diri, dan ia mendapatkan rekomendasi dari salah satu adik laki-lakiku di Fakultas Teknik. Kebetulan ia pernah menjadi panitia OSPEK fakultas teknik ketika aku menjadi Steering Committe. Kata adik laki-laki itu, "Ngaji aja sama mbak Ihti." Kemudian ia -perempuan penuh semangat ini- menemuiku sesuai rekomendasi yang didapatkan dan menceritakan segala hal. Mengagumkan, sekarang dapat dua orang.

Jumlah (yang hanya) dua orang bukan hal yang menyedihkan. Justru membahagiakan dan membanggakan. Dua kelompokku yang lain kudapatkan dari "pemberian" kegiatan. Itu bukan hal yang terlalu istimewa. Dua orang ini justru istimewa, karena mereka datang menghampiri dan kuhampiri, katakanlah ini adalah hasil dakwah personal, dua orang adalah pencapaian yang cukup.Tak apalah dua orang, dapat dua unta merah, seperti hadits Nabi, insyaAllah. Hadits tersebutlah yang membuatku terus bersemangat membina satu kelompok yang isinya adalah dua orang.

Lalu, ada satu temanku, dulu kami sama-sama mengemban amanah di BEM, kebetulan, ia mengambil mata kulian KKN (Kuliah Kerja Nyata) bersama adik-adik angkatan 2012. Kemudian, setelah lama tak ada kontak, ia tiba-tiba mengabari, bahwa ada satu anak angkatan 2012 yang mau "ngaji" denganku. Ia meminta agar aku membinanya dalam lingkaranku. Waaaah, ini nih....refleks aku suudzon Dii, biasa, beliau ini bukan tipe yang mudah tersinggung, jadi aku blak-blakan menanyakan, "Itu siapa?" Jangan-jangan pacar. Wkwkwkwk. ternyata adik perempuan itu adalah teman kelompok KKN nya. Dengan cerdas ia mempromosikanku di depan adik perempuan ini. Wah, wah, ternyata promosinya berhasil. Sekarang bertambah 1 jadi 3 orang Diiii!!!!! Hihihihi. Luar biasa. Satu orang ini adalah mahasiswi angkatan 2012 fakultas MIPA. Kau bisa bayangkan Diii? Bagaimana caranya aku bisa membina anak fakultas lain? Kalau bukan Allah yang mengatur alurnya, maka tak bisa terjadi seperti ini Diii. Luar biasa.

Kemudian hal yang lebih mengejutkan lagi, ternyata saat anggota baru dari FMIPA ini hadir di pertemuan pertamanya, ia membawa 1 teman kost nya. Sekarang jadi 4 Diiii! Alhamdulillah, Ya Allah, rasanya senang bercampur haru. Belum sampai di sana, ternyata, 2 orang yang kost nya sama ini masih memiliki 2 orang teman lagi di kompleks kost nya yang akan diajak melingkar, dan benar. Akhirnya bertambah 2 orang lagi di pertemuan selanjutnya. Sekarang jumlah nya jadi berapa Diii? Subhanallah, 6 orang sekarang Diii! Aku bahagia luar biasa. Dan ternyata mereka sangat antusias ketika belajar Islam bersamaku. Termasuk hari ini. Tiba-tiba aku sangat menyayangi mereka.

Secara umur, angaktan 2012 adalah angkatan yang paling dekat umur nya denganku. Awalnya aku khawatir akan ada sekat psikologis yang besar, antara aku dan mereka, karena dekatnya usia kami. Ternyata justru faktor umur itu yang mendekatkan psikologis kami.

Tidak henti aku mengucap syukur untuk semua nikmat ini Dii, aku semakin tak percaya terhadap kepercayaan yang menganggap bahwa teori kebetulan adalah teori yang benar dan nyata. Karena dari semua yang telah aku alami, aku sangat yakin bahwa setiap pertemuan pasti sudah diatur, oleh Allah SWT.

Skripsiku akan aku jalani mengalir. Karena nyata nya aku sangat sulit meninggalkan mereka, tak sampai hati meninggalkan  3 kelompok terlantar. Walaupun dengan begitu 3 dari 5 hari efektifku yang harus terkuras. Bismillah. Semoga Allah Ridho, dan semoga semangat ini terus terjaga.


Sabtu, 02 Januari 2016

Saatnya Berpetualang

Bismillahirrahmanirrahim,
saatnya berpetualang di hari-hari ke depan.

Saatnya kembali memacu adrenalin dengan segudang kesibukan. Program magang akan segera dimulai. Tidak terbayang seperti apa jadinya bercengkerama bersama keluarga orang. Tidak terbayang berkutat dengan rumah baru. Tidak terbayang berkumpul dengan orang-orang baru. Awal tahun yang menantang! Magang di tempat ummahat. Hwa speechless.

Make the best preparation 'ammah! :D

Skripsi harus segera selesai. Di pesantren harus dapet ilmu banyak. Segera laksanakan plan A atau plan B. Dan menabung untuk mendirikan yayasan pendidikan anak! Jalani satu persatu, ada Allah. :)

Manusia yang paling baik adalah yang belajar Al Qur'an dan mengajarkannya, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Hari pertama di tahun 2016.
Selamat berpetualang 'ammah! Reach your dream! Happy find your partner! :D

Bismillah. :)




 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons