Rabu, 12 Oktober 2016

Dag dig dug Menunggu

Bismillahirrahmanirrahim...

Alhamdulillah Depok hari ini mendung gerimis kecil-kecil. Hampir 3 bulan sudah, predikat istri melekat. Pengalaman datang menghampiri satu persatu. Entah pahit entah manis, mereka bertamu. Tiap hari pasti ada tamu.

Nah, berbicara soal predikat IRT, ada satu pekerjaan seni yang sangat menarik untuk dilakukan oleh Istri Rumah Tangga, yaitu menunggu. Seni menunggu ini luar biasa rasanya. Ketika kita menyalami dan mencium tangan suami sebelum berangkat bekerja, detik menunggu berjalan setelah suami menjauh dan membalikkan badan. Satu dua tiga empat lima enam. Waktu menunggu dimulai.

Rasanya ketika sudah mendekati jam makan siang dan suami menjanjikan akan pulang ke rumah, detik menunggu mengencang dengan sendiri nya. Perasaan senang, gelisah, khawatir karna makan siang belum siap, atau dandanan belum rapi, derap jantung yang berbunyi, mata dan telinga yang selalu awas ke arah pintu, adalah bentuk seni menunggu.

Menarik, sangat menarik.

Saat kau melepasnya dari pintu rumah dengan rapi di pagi hari, lalu kau lakukan banyak pekerjaan di rumah dan kau harus kembali rapi kapanpun saat ia pulang, itu adalah saat saat yang sangat menarik dan menantang.

Rasa dag dig dug.

Setiap bunyi kendaraan bermotor lewat depan rumah telinga segera bersiap. Dag dig dug apakah itu suara motor suami? Ah, hingga kita hafal mana detail suara motor tukan siomay, suara motir tukang sayur, suara motor ibu-ibu yang menjemput anaknya dari sekolah, dan suara motor yang sekedar lewat. Hingga kita pun hafal ini motor merk apa, hanya dari suara nya. Dag dig dug rasanya, memainkan adegan satu ini, menunggu.

Terimakasih telah menerimaku apa adanya,
Istri yang masih sangat perlu belajar, banyak dan banyak hal lagi. Memerankan peran taat pun ternyata tak semudah didengar di telinga. Aku belajar. Harus banyak belajar.

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons