Jumat, 20 Juli 2012

Mencoba Menjadi Meja

Bismillah

Terkadang manusia seringkali tidak puas dengan keadaan dirinya sendiri, seringkali merasa iri dengan yang dimiliki oleh orang lain. Begitupun aku. Iri? Dilihat dari sisi positifnya: Alhamdulillah, aku masih tergolong manusia (hoho). Dilihat dari sisi negatifnya: haduh banyak sekali. Tentu menjadi hal yang negatif ketika kita selalu merasa kekurangan dan rasa kekurangan itu tidaklah menimbulkan usaha yang lebih namun malah menimbulkan keluh dan kesah.

Setiap dari kita sudah mendapat 'jatah' hidup masing-masing, dan timbangan Allah adalah timbangan yang paling adil, tidak seperti timbangan yang dibuat oleh manusia, atau tokoh sekelas Harry Potter sekalipun.

(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar.
Kali ini, karena sedang merasa bosan menjadi seorang Diana Azhar, jadilah aku berfikir ingin menjadi sebuah meja (beginilah manusia mengalihkan hidupnya, mencari makna dari setiap peristiwa, dan setiap benda, mungkin malaikatpun tidak pernah merasakan betapa nikmat perenunganseperti ini, karena mereka terlalu sempurna).

Memiliki empat kaki tak lantas ia bisa berdiri tegak menopang mangkuk di atasnya. Terkadang ada yang tidak seimbang antara kanan dan kiri, antara depan dan belakang. Ketimpangan itu tak lantas dihujat oleh pemakainya, namun segera dicarikan pengganjal sebagai solusinya.

Meja oh meja. Ingin rasanya aku bisa sepertimu, memberikan kemanfaatan tiada henti, ketika kau ada kekurangan, segera ada yang menimpali dan membantu mencarikan solusi.

Meja, bermacam rupa, meragam warna dan jenisnya, tapi fungsinya tetap sama: menopang. Bahkan hanya itu yang kau tau, menopang dan menopang, terus memberi kemanfaatan.

Meja, tak harus kau memiliki empat kaki, terkadang bentukmu tak seperti rupa biasanya, aneh, artistik, daaaan yaaa emmm, nyentrik, tapi keanehan itu tak lantas membuat fungsimu berubah, terkadang kau hanya berkaki satu, itu aneh, tapi kau tetap meja, yang terus memberi kemanfaatan.

Kursi adalah pasanganmu, orang jadi lebih nyaman bersamamu ketika kau bersama si kursi. Orang senang menghampiri kalian. Betapa senangnya menjadi kalian, selalu ada saja yang datang membutuhkan bantuan kalian, kalianpun selalu menawarkan pelayanan terbaik hingga orang merasa nyaman.

hmmm, kalian beruntung ya.

Sebentar, kalian begitu banyak memberi kemanfaatan, dan aku iri pada kalian? Siapa aku ini? Manusia! Hei! Apa aku lupa, bahwa yang membuat kalian menjadi sedemikian bermanfaat adalah manusia?! Aku sebagai manusia telah iri pada kalian?! Betapa tidak bersyukur.

Sungguh hidup ini sangat sempit dan penuh dengan keluh, ketika dunia menjauh, tapi sepertinya kita lupa, dunia boleh menjauh, serasa hilang dan sia-sia semua peluh, seolah tak ada yang peduli dengan kita, kita lupa bahwa dunia masih punya banyak sisa. Kita mungkin kehilangan sesuatu, teman, kepercayaan, semangat, namun apapun itu, sisanya masih terlalu banyak, keluarga kita sehat, itu sebuah kabar gembira! pakaian kita masih bersih dan bagus, itu nikmat luar biasa! Di depan kita masih makanan masih tersedia, tak ada ruang untuk kita tak bersyukur.

Aku tak ingin lagi menjadi meja, ataupun kursi, aku kehilangan temanku.... tapi mungkin aku masih bisa membujuknya untuk menjadi temanku lagi, menjadi meja mungkin tak bisa memilih kursi sebagai temannya, terkadang ia diletakkan sendiri, ia tak bisa mencari, dan aku? masih bisa mencari banyak teman baru, ah! aku akan memubujuk temanku untuk bersahabat kembali denganku.

Aku tak ingin lagi menjadi meja, ataupun kursi, aku kehilangan semangatku... tapi mungkin ada yang salah dengan pola hidupku, kalau aku jadi meja, aku harus menunggu lama untuk bisa tegak berdiri hingga ada yang benar-benar peduli memberiku solusi, tapi aku manusia, aku harus bisa mendatangkan solusi untuk diriku sendiri, semangatku hilang, mungkin karena aku jauh dari Tuhan! Padahal hidupku adalah permainan semata, karna kehidupan yang sebenarnya
bukan di dunia, lalu pantaskah dunia menjadi sebab hilangnya semangatku? Ah! Tuhan, izinkan aku mendekat lagi pada Mu.

Aku tak ingin lagi menjadi meja dan kursi, aku kehilangan kepercayaan...tapi mungkin aku masih bisa memperbaikinya! Allah Maha membolak-balikkan hati manusia, lalu siapa yang bisa menjamin usahaku memperbaiki kepercayaan orang padaku akan sia-sia? Ah! pesimisme, buang saja. Aku bukan meja, aku bisa menegakkan sendiri punggungku dan melecut kembali ikhlasku, dan akan aku dapatkan kembali kepercayaan semua orang kepadaku.

Karna aku ditakdirkan sebagai manusia!
pilihanku kini adalah hidup mulia! bukan hidup bagai meja! Terimakasih banyak meja :)

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons