Kamis, 17 Januari 2019

Aku dan Asrama

Bismillahirrahmanirrahim.

Tidak hentinya puji dan syukur mengalir dari dalam diri atas segala sesuatu yang telah berperan dalam hidup ini, orang-orangnya, cinta yang dibawa mereka, ukhuwah yang sulit terlupa. Hari ini, terimakasih banyak Ya Allah, Engkau mengaruniakan banyak sekali hal. Halaqah baru, suasana baru, semester baru, cinta nya masih cinta yang lama, namun bodohku saja baru bisa merasakannya. Solawat dan salam semoga tersampaikan kepada Nabi Muhammad SAW guru tersabar dalam mengajarkan ukhuwah.

Ini tentang aku dan asrama.

Jika aku ditanya, dimana titik balik hidupmu terjadi? Ketika semua fikiranmu, ragamu, semuanya jungkir balik dari keadaan mulanya. Ketika semuanya berputar hampir 180 derajad. Maka aku akan menjawab, ketika aku masuk asrama atau lebih sakral disebut sebagai pomdok pesantren.

Dulu, awal mula aku mengenal pondok pesantren adalah bermodal dengar-dengar samar dan baca-baca majalah, koran, dan buku-buku cerita, dan tidak kalah seru aku suka curi-curi dengar dari tetangga. Seluruh pesantren dalam imej ku adalah buruk. Seluruh pesantren adalah biasa saja, tiada yang istimewa. Kalaupun ada yang istimewa seperti yang diceritakan ahmad fuadi dalam novelnya, itu hanya pelengkap-lengkap cerita, bukan cerita utamanya. Cerita utama tentang pesantren adalah tempat yang menyeramkan dan banyak aturan, sudah begitu santri-santri yang keluar dari pondok pesantren biasa-biasa saja, bahkan dengar-dengar masih pacaran juga, lalu apa bagusnya pesantren? Ilmu agamanya banyak, penerapannya nol besar. Begitu pandangku tentang asrama pondok pesantren, sebelum akhirnya aku sangat tertarik dengan pondok pesantren setelah membaca sebuah buku cerpen kecil. Buku kecil tersebut menceritakan tentang rasa suka seorang laki-laki terhadap seorang perempuan, namun perempuan ini sangat sulit dijangkau, ia tinggal di pondok pesantren, wajahnya cantik, teduh, sopan, dan jika berjalan selalu menunduk, maka untuk melihat matanya sangat susah baginya. Aku suka dengan karakter tokoh perempuan dalam cerita tersebut. Jadi begitu pesantren perempuan? Lumayan keren juga. Sepertinya aku harus berterimakasih pada penulis buku tersebut nantinya.

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons