Minggu, 06 Januari 2013

Abah, Jangan Malu-maluin Ihti dong -_-

Bismillah,

Cerita ini, adalah sebuah cerita mengenai perjalanan panjang seorang Ayah yang sangat penyabar dengan seorang anak yang sangat pemalu dan ceroboh.

Suatu saat, si anak, sebut saja inisialnya Ihti kecil dikirimkan oleh sekolah dasar tempatnya belajar, untuk ikut memeriahkan pesta ulang tahun SD N Jenang 02, sebuah SD yang besar dan ternama di Majenang (pikir Ihti kecil begitu). Ya, kalau disuruh makan-makan sih gag papa, tapi ini disuruh mewakili lomba -_- (hoaaa apa-apaan). Selama berhari-hari, Ihti kecil disekap di sebuah ruangan kecil, gelap, pengap, dengan beberapa orang guru yang bergantian duduk di depannya. Semua guru yang bergantian tersebut konon dulu disebut sebagai guru-guru killer.

Dan konon cerita, ruangan yang dipakai itu adalah bekas ruang tamu salah seorang guru killer itu, karena dulu salah satu guru killer itu, sebut saja bu Siti, pernah mendiami sebuah rumah di dekat sekolah, dan ya itulah rumahnya, yang digunakan untuk menyekap Ihti kecil selama berhari-hari (hahaha, seneng-seneng aja sih disekap kalau bisa bolos dari pelajaran--> pikiran nakal).

Penyekapan itu berlangsung sangat tidak 'siswawi', tiap hari Ihti kecil disuguhi soal-soal matematika dan ditunggu dalam mengerjakannya. Hingga suatu hari Ihti kecil mendengar kepala sekolahnya berbincang dengan Abahnya, mengenai pengirimannya ke Majenang. Sekolah tidak bisa mengantar Ihti kecil ke sana, dan Abah diminta untuk mengantar Ihti ke sana (Ya Allah, kepala sekolah tega bener sih--> Pikiran nakal no.2).

Berbekal sebuah kertas, yang bertuliskan alamat SD Jenang tempat akan diadakannya 'pesta' ulang tahun, Abah mempersiapkan semuanya. Dan pagi harinya, ketika kaki Ihti siap melangkah naik ke motor dengan anggunnya, (seeet, emmm?) tiba-tiba Abah bertanya, "Ihti mana kertas alamatnya?"
set set set, cari di saku, cari di dalam rumah, cari dimana-mana
"Hilang Bah :( "

Abah murka

(Oh tidaaaak apa aku tidak usah jadi  berangkat saja, dan Abah tak perlu marah lagi jadinya --> pikiran nakal no.3)
Berangkatlah kami dengan modal motor biru kesayangan Abah berplat no. R 2027 FT. Aku memegang erat jaket tebal Abah saat membonceng, udara menuju Majenang adalah udara dingin yang sangat menusuk. Kabut tebal dan berwarna keabu-abuan hasil dari embun pagi yang menggumpal sedikit menghalangi jalan kami. Ini adalah kota yang sangat jauh bagi seorang Ihti kecil yang mainannya hanya cetakan pasir di dekat rumah. Tapi Abah begitu tangguh, benar-benar hebat, (No Body perfect except may Dad :) --> pikiran hebat no.1). Kami sampai di lokasi setelah bertanya-tanya ke orang. Dan kami yang datang pertama. Suasana sepi (mana pestanya? aku lapeeer --> pikiran nakal no.4)


Tiba waktunya semua berkumpul dan singkatnya lomba dimulai masal. Semua orang mengerjakan 100 soal dan aku ada di antara mereka, menjadi bagian mereka, yang mengerjakan soal dengan sangat serius, dan entah bagaimana hasilnya. Sampailah waktu siang dan pengumuman. Aku duduk dengan tenang, dan mendengarkan, nama-nama yang disebut benar-benar nama-nama anak kota (wuuuuoo nama-nama yang indah seperti di tivi-tivi, tapi mana namaku?). Nama Ihti kecil tak juga disebut, mulai berputus asa. (Hingga akhirnya, sampai di no.17 aku bergumam, kenapa semua nama-nama juara yang disebutkan adalah nama 'ANANDA' curang sekali, banyak sekali yang namanya ananda menang--> pikiran katro).

No. 18, ANANDA IHTISYAMAH ZUHAIDAH
(wuooo aku terkejut! Lebih tepatnya aku terkejut karena namaku berubah menjadi sangat bagus, baru kali itu aku mendengarnya, emmm ANANDA, bagus juga--> pikiran katro selanjutnya). Keterkejutan selanjutnya adalah, tak ada nama lain lagi yang disebut setelah nama Ihti kecil, Subhanallah, juara terakhir di babak penyisihan. Ya, lanjutkan!

Babak semi final digelar. Di sebuah ruangan kelas, dan peserta diatur tempat duduknya, juri seluruhnya berjajar di depan, dan para wali dan orang tua memberikan support dalam diam (karena harus tenang) di ruangan di bagian belakang. Tiap soal mendapat jatah waktu 3 menit. Jurinya menggunakan stop watch yang diberikan guru olah raga, dan Abah ikut menghitung waktu di belakang dengan menggunakan stopwatch di HP butut nya (entah apa motifnya, Abah kog ikut-ikutan ngitung waktunya ngapain entahlah--> pikiran penuh selidik).

Soal demi soal, aku mengerjakannya dengaannn, enjoy mungkin, susah dan pelik mungkin, serius mungkin, Ah! Aku sudah lupa.

Tiba-tiba Abah memecah suasana, 'menuduh' juri tidak tepat dalam memberikan waktu untuk para peserta menjawab soal-soalnya, katanya 3 menit, tapi di stop watch Abah baru  satu setengah menit (Aduh Abah mau bikin ulah apa sih--> pikiran nakal no.5).

Sang juri keukeuh   dengan perhitungannya, stop watch milik guru olah raga yang digunakannya itu valid, sudah 3 putaran tiap soal, itu artinya sudah 3 menit sesuai kesepakatan. Diundanglah si guru olahraga yang kontroversial ke dalam ruangan. Ternyata oh ternyata, ia lupa memberikan 'wejangan' kepada juri pembawa stop watch, bahwa stop watch itu cara penggunaannya adalah satu putaran sama dengan setengah menit, jadi kalau 3 menit ya harusnya 6 putaran.

"OOOOOOOO", sontak semua yang ada dalam ruangan ribut dan waktu-waktu yang sudah berlalu dibiarkan dan diikhlaskan berdasarkan kesepakatan. (Hahahaha, Abah jadi super hero :3 ).

Penyisihan babak semi final selesai. Waktu untuk menunggu seingatku saat dulu itu sangat lama, hingga akhirnya keluarlah pengumuman siapa saja yang berhak ke final. Dan setelah melihat pengumuman itu aku rasa aku tidak masuk final. Dan karena sudah  masuk waktu makan siang, Abah mengajakku untuk makan siang PRASMANAN yang disediakan oleh panitia, tapi setahuku, makanan itu diperuntukkan bagi para peserta yang sudah berhasil masuk final.

"Abaaah, jangan malu-maluin Ihti dong!" (Batinku)
"Ayo pulang (sambil menarik lengan Abah), ayo pulang, Ihti ke sini emang pengen ikut pesta, tapi bukan berarti harus makan di tempat yang bukan seharusnya buat kita, itu kan buat yang lolos aja Abaaaaaaaaah" "Jangan malu-maluin ah!" (masih dalam batin).

Dasar Abah keras kepala, aku akhirnya ikut makan, dengan wajah malu di hadapan semua orang (tetap saja Abah makannya lahap saat itu, hadeh).

Lalu solat, dan setelah solat aku keheranan, aku di suruh ikut tes lagi. Lho? Ihti kan gag lolos final, kenapa harus ikut lagi? Ada keajaibankah? mata berbinar-binar dan senang.

Ternyata, bukan keajaiban, hanya kebodohan dan kecerobohan Ihti, ternyata Ihti lolos final dan Ihti kecil tidak teliti dalam membaca nama-nama juaranya, jadiiiiiiiiiii?! Yang malu-maluin dengan gag mau diajak makan itu aku? Yang malu-maluin sampe narik-narik walinya buat pulang: aku? Jadi kesimpulannya yang malu-maluin itu: AKU. Aaarrgh! Ok Abah, maafkan anakmu yang durhaka ini.

Ngerjain soal lagi.

Teng ..... teng..... teng.... hening.

Sudah.

Selesai.

OK.

Aku yang malu-maluin ini dipanggil namanya terakhir, naik ke podium paling tinggi dengan dua orang laki-laki berada di podium yang lebih rendah dariku. Dan aku membawa 1 piala paling besar, dan membawa piala satu lagi yang luebih besar, bertumpuk 3. (hwaaa senangnya).

Sepanjang jalan, aku tak bisa menyembunyikan kedua piala yang menyembul dari tasku. Dan ingin aku katakan pada tiap orang yang melihat ke arahku, "Ini! Ini adalah hasil didikan orang yang mengendarai motor di depan ini! Orang hebat!" (gkgkgkgk menebus perasaan bersalah, menyalah-nyalahkan Abah :D )

Sesampainya di rumah, Ummi sedang nyuci, dan aku memperlihatkan pialaku ke Ummi, dan Ummi hanya menoleh, dan berkata, "Emmm" (Ihti kecil: Glodak!)

Pengalaman yang asyik bersama Abah :)

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons