Selasa, 08 Januari 2013

Dosa-dosa Itu Ringan sekali, Seperti Daun Kering

Bismillah...

Kali ini, saya ingin menulis sedikit hal mengenai ketertarikan saya pada daun-daun.

Bukan :D bukan soal meneliti jenis daun, mengamati bentuknya dan segala macamnya, tapi tentang pelajaran-pelajaran analogi yang bisa saya dapat melalui daun.

Salah satu pekerjaan yang menjadi kebiasaan dan kesenangan tersendiri di pagi dan sore hari bagi saya adalah menyapu halaman rumah.

Baiklah, bukan halaman rumah yang ingin saya ceritakan, tapi mengenai daun-daunnya yang berguguran.

Ketika saya menyapu daun-daun yang jatuh, ranting-ranting yang rapuh, ada banyak pelajaran yang saya dapatkan dari alam. Saya suka berimajinasi, saya suka membayangkan sesuatu yang berhubungan dengan apa yang saya kerjakan. Ketika sore, saat itu halaman begitu kotor, dan saya tidak nyaman melihat semua itu. Saat menyapu, saya mulai berpikir, sebenarnya apa yang saya lakukan dengan daun-daun yang terus berjatuhan ini, ia tak berhenti berjatuhan. Ia disapu, ia dibersihkan dari halaman, tapi daun-daun itu keesokan harinya akan berjatuhan lagi dari pohonnya.

Capek? tidak. Kesal? tidak. Tidak sama sekali, daun-daun itu selalu menyajikan hiburan dan pelajaran.

Salah satu pelajaran yang benar-benar saya ambil dari daun-daun yang berjatuhan itu adalah penggambaran datangnya dosa-dosa kecil yang tiap hari mengotori hati. Dosa-dosa kecil yang selama ini mungkin saya anggap bukan dosa, ternyata saya sadari semakin mengotori hati saja, terasa, sangat terasa, bagaimana hati menjadi gelisah, bagaimana hati menjadi tidak tenang, bagaimana hati menjadi galau. Karena dosa-dosa kecil itu mungkin tidak terasa, tapi nyata adanya. Mungkin tak terasa pada waktu itu juga, terkadang dosa itu terasa setelah terakumulasi. Ya, dosa-dosa itu terasa sangat ringan hingga tak mudah disadari, seperti tak mudahnya kita menyadari ada daun kering yang jatuh terkulai dari rantingnya kemudian diterpa angin dan mengotori laman.

Mulai dari perasaan marah, perasaan suka yang tidak semestinya, perasaan benci, sebel, kesal, perasaan ujub yang tiba-tiba saja muncul, perasaan-perasaan abstrak itu, membuat hati terkotori, tanpa sadar, maupun disadari setelahnya, dirasakan kepedihan akumulasinya, dirasakan betapa ia mengusik.

Sungguh mulia para Nabi dan sahabat, yang segera bertaubat dengan beristighfar ketika terbersit sedikit saja pemikiran dan perasaan yang tidak semestinya. Terus mencoba.

Hingga akhirnya, bisa menemukan kenikmatan dengan beristighfar tiap satu kayuhan sapu,
sedikit, demi sedikit, tapi sangat menentramkan hati.

Rindu sekali, dengan semua rutinitas itu, yang kini jarang bahkan tak pernah aku lakukan di kota budaya, ingin rasanya segera kembali ke rumah dan membersihkan laman.





rindu istana
_Diana Azhar Al Rasyid_

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons