Selasa, 22 Juli 2014

Mas Jody, (ustad) pengusaha Waroeng Steak and Shake

Bismillahirrahmanirrahim...

Sore kemarin, seorang teman saya mengajak saya ke Masjid Nurul Asri untuk mengikuti kajian menjelang buka puasa.

Setelah tahu temanya, yaitu tentang pengusaha sukses berjiwa qur'ani, saya bilang ke teman saya, "Di masjid ********* tema kajiannya apa sekarang? Aku gag nyambung sama tema ini." Teman saya langsung menodongkan pertanyaan, "Mau pindah tempat?"

Pertanyaan itu membuat saya tidak enak, dan saya juga pernah mendengar dari guru ngaji saya waktu kecil, "Kalau mau cari ilmu, tempati tempat dudukmu dari awal majelis sampai akhir majelis, biar malaikat tidak salah alamat ngasih pahalanya." Pesan itu masih saja saya bawa sampai sekarang, walau saya tau itu bukan alasan logis sama sekali. Mungkin maksud dari guru saya itu adalah memberikan semangat kepada murid-muridnya untuk tetap bersabar dalam 'mengunyah' ilmu, salah satunya dengan mempertahankan posisi duduk.

:::

Ada seorang ustad muda berada di depan, sepertinya dia pembicaranya. Moderator memperkenalkan sang ustad, tapi sang ustad bilang, "Jangan panggil ustad ya, panggil saja mas Jodhi, biar kelihatan awet muda."

Rupa-rupanya, yang di depanku sekarang adalah pemilik Waroung Group yang terkenal di Jogja itu. *Semakin tertarik untuk bertahan di tempat. Waroung Group sudah banyak dikenal di Jogja, banyak sekali macamnya, Waroeng Penyet, Waroeng Kopi, dan yang paling pertama adalah Waroeng Steak and Shake.

Waroeng selalu ramai dikunjungi, setiap saya lewat Waroeng Steak di jalan Colombo, selalu saja ramai. Jarang sepi pengunjung. Dan sekarang saya sedang mendengarkan penuturan langsung pemiliknya, yang kita tahu bersama, beliau bekerjasama dengan ustad Yusuf Mansur dalam membangun usaha. Beliau juga merintis konsep Spiritual Company dalam pembangunan usahanya.

Beliau memaparkan banyak sekali pengalaman usahanya, dan pengalaman spiritual yang dijalaninya selama menjalani usaha. Ternyata, Bebek Goreng Haji Slamet pun beliau ikut mengelola sampai ke cabang-cabangnya. Bayangan yang ada di pikiran saya adalah, "Hebat banget ini orang, pengusaha, sukses, pasti uangnya banyak, tapi dari penuturannya beliau tak pernah melupakan Allah dalam setiap usahanya, beliau selalu menyertakan Allah dalam do'a-do'anya, meskipun dunia ada di tangannya, tapi akhirat sepertinya sudah melekat kuat di hatinya.

Berikut beberapa penuturan beliau...

Beliau menjalani usaha pertama dengan perempuan yang sama dengan istrinya yang sekarang. (Ya, you know what i mean -pacarnya-). Beliau bilang, "Usaha saya yang pertama tidak berhasil -susu segar dan roti bakar- mungkin itu karena saya masih pacaran, haha *beliau pun tertawa*." Lalu beliau melanjutkan, "Makanya gag usah pacaran, nikah saja," ealah Pak Jodhi ini malah ngeledek kita-kita... 

Beliau juga bilang, "Kenapa saya memilih menjadi pengusaha? Karena pengusaha itu bisa pensiun di usia 45 tahun." Iya, usia beliau baru 40an, dan beliau mengatakan sudah 'pensiun' dari mengurusi Waroung Group, maksudnya, beliau sudah berhasil membangun sistem di Waroung Group, sekarang usahanya itu bisa ditinggal, dikelola oleh orang lain, beliau tinggal terima hasilnya. Enaknya...

Satu cerita menarik yang saya tangkap dari cerita kesuksesan beliau mengelola Waroung Group adalah kedekatan beliau dengan ibunya.

Beliau memegang teguh dan erat bahwa dalam kondisi seperti apapun, harus ingat ibu, ibu, ibu. Beliau menyebutkannya 3 kali seperti Nabi Muhammad menyebutkannya dalam hadits. Kata beliau, beliau merasakan betul, ketika dulu baru pertama kali mengelola Waroung Steak and Shake, beliau merayu Ibu nya untuk dapat berpindah ke Jogja, yang pada awalnya tidak diperbolehkan. Lalu, beliau menjanjikan akan pulang ke Solo setiap 2 kali dalam sepekan.

Awal usaha, usahanya laris, dan beliau bisa pulang 2 kali dalam sepekan, lama kelamaan 1 kali sepekan, lama kelamaan lagi, 1 kali per dua pekan, lalu satu kali dalam satu bulan, berkurang dan terus berkurang. Saat itu beliau merasakan bersama istri, Waroeng nya dalam kerumitan yang semakin menjadi setelah beberapa lama, lalu beliau teringat Ibu nya. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengontrak 1 rumah lagi untuk ditempati sang Ibu di Jogja, beliau mengajak Ibuknya ke Jogja. Alhamdulillah, usahanya kembali lancar.

Bukan, bukan berarti Ibu nya yang membawa kelancaran dalam usahanya, beliau menjelaskan bahwa kita sebagai makhluk ciptaan Allah yang dilahirkan oleh Ibu kita, hendaknya kita terus menghormati dan memuliakan Ibu kita. Jika Allah memerintahkan seperti itu, turuti saja. InsyaAllah, Allah akan membukakan jalan kesulitan. Allah lah yang membukakan jalan rezeki kepada hamba Nya, jika hambanya memenuhi perintah Nya.

Cerita yang saya ceritakan di sini tidak terasa apa-apa, bukan apa-apa, tidak ada apa-apanya dibandingkan cerita live yang disampaikan beliau.

Mungkin di lain kesempatan, kita bisa menjadi pengambil hikmah dari beliau lagi, dan dari orang-orang lain yang diberikan nikmat keimanan oleh Allah.

Pesan beliau, "Minta sama Allah. Karena hanya Allah yang bisa dimintai pertolongan." Beliau juga bilang, saya sehabis maghrib selalu baca Yasin, bukan, tidak ada pengkhususan untuk surat Yasin, itu karena surat yang saya hafal dan bisa baca dengan lancar baru surat itu, beliau mengatakannya sambil tertawa kecil. Setelah hafal dan lancar membaca beliau rutin membaca Al Qur'an tiap habis Maghrib, dan sekarang beliau mengelola langsung Rumah Tahfidz yang ada di Deresan, belakang Nurul Asri. Subhanallah, semoga berkah Pak.

Siap Pak.

:::

Alhamdulillah, Allah menetapkan hati ini untuk tetap duduk di majelis itu. Meskipun tema nya tentang Pengusaha, tapi pelajaran yang dapat diambil dapat diaplikasikan ke semua lini kehidupan.

Semoga senantiasa bermanfaat untuk kita semua.

_Diana AR_

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons