Kamis, 16 Oktober 2014

Islam adalah Mushaf dan Pedang, Islam adalah Masjid dan Medan Perang

Apa yang ingin saya bahas di sini bukan islam secara definitif normatif, namun lebih kepada pemaknaan dari islam dalam pengamalan keseharian,

Secara difinitif formatif dapat kita temukan pengertian Islam dari hadits 'Arbain no.2 tentang Islam, Iman, dan Ihsan, seperti dijelaskan dalam penjelasan berikut:

"Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan...." 
...Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.

(Riwayat Muslim)
Kemudian apabila kita menjabarkan islam dalam kehidupan keseharian, ada banyak sekali penafsiran. Secara naluri, sekarang ini adalah keadaan dimana saya ingin sekali dekat dengan Nya, dan ini pula yang mungkin dirasakan oleh orang-orang yang ada di masjid sana.

Dan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin dekat? Terus mendekat hingga tak ingin ada jarak. Pada akhirnya banyak orang (termasuk saya) mengartikan dekat dengan Allah itu dengan melakukan ibadah-ibadah seperti solat sunnah berlama-lama, tilawah berjuz-juz, dan tak ingin diganggu dengan kegiatan duniawi apapun. Rasanya tentram jika bisa melakukan itu.

Siapa yang tidak tentram berlama-lama berkhalwat dengan Tuhannya...

Di lain sisi, amanah kampus tiba-tiba bertumpuk tak beraturan, ada banyak macamnya. Seperti kedekatan itu tak ingin terganggu oleh apapun, malas rasanya beranjak. Bahkan bukan tidak mungkin marah jika diganggu dengan sms-sms aktivasi ini dan aktivasi itu.

Ekstrimnya, sebagian orang menganggap bahwa peribadatan itu hanya di masjid. Di luar masjid itu urusan duniawi, seperti persepsi saya di awal tadi.

Sampai pada akhirnya saya mampir di sekretariat LPIM Al Mujahidin UNY, iseng saya cari-cari buku, dan tertarik dengan sebuah buku tebal berwarna hijau, berjudul FIQH DAKWAH, tulisan Jum'ah Amin Abdul Aziz, dan saya tersentak dengan beberapa kata yang saya baca di halaman awal buku.

Kurang lebih kata-kata tersebut menjelaskan seperti ini,
Islam itu menyeluruh, seluruh bidang dapat diselesaikan dengan solusi islam. (Saya berpikir keras untuk poin ini, masih merasa jenuh dengan amanah-amanah di kampus yang terasa begitu berat, saya berpikir bagaimana islam mengatasi masalah amanah-amanah saya ini? Bagaimana solusinya?)

Beralih ke paragraf selanjutnya, yang kurang lebih tertulis seperti ini,
Islam adalah aqidah dan ibadah, ISLAM ADALAH MUSHAF DAN PEDANG, ISLAM ADALAH MASJID DAN MEDAN PERANG...

Saya langsung menutup bukunya dan merenunginya dalam-dalam, dan terdapat penyesalan yang sangat dalam di hati saya. Ampuni saya Ya Allah, yang mengartikan islam hanya parsial saja, tak meng-iman-inya dengan sungguh-sungguh bahwa islam itu syamil (menyeluruh).

Awalnya saya sangat tertekan dengan semua aktivitas saya, jika saya mengatakannya dengan kasar, untuk apa saya aktif di organisasi mengurus ini dan itu? Tidak ada gunanya, yang ada gunanya adalah aktivitas di masjid.

Dan setelah membaca tulisan di buku tersebut, saya seperti ditampar kuat-kuat, bahwa islam itu tidak sekedar mengaji dan solat, islam adalah mushaf dan pedang, islam adalah masjid dan medan perang, artinya ada keseimbangan di sana. Kegiatan-kegiatan di luar masjid juga termasuk perjuangan, tak bisa dihilangkan dan dikesampingkan begitu saja.

Sebisa mungkin, seperti kata Umi, "Dzikir itu dimana saja kapan saja, kalau ibadah yang lain boleh ada uzur (halangan) maka tidak untuk dzikir,"

Kesimpulan yang saya dapat hari ini adalah bahwa kita berislam tak bisa setengah-setengah, jika memang ada aktivitas yang harus dilakukan di luar, kita sendiri yang harus memastikan bahwa aktivitas tersebut juga bernilai ibadah, dengan cara terus mengingat Allah atau sering kita sebut sebagai dzikrullah.

Semoga bisa menjadi manfaat bagi kita semua.

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons