Senin, 05 Agustus 2013

Lelaki Kecil Penjual Ikan Segar

Aku ingin bercerita tentang seorang anak. Bukan anak yang  terlihat luar biasa, bukan anak yang terlihat super, bahkan hanya seorang anak lelaki biasa. Sangat biasa. Pakaiannya pakaian kaos bola. Hemmm, entahlah... dari dulu aku adalah orang yang sangat sensitif dengan gestur tubuh. Entah penilaianku benar atau salah, tapi aku suka memperhatikan seseorang berdasarkan gestur tubuh.

Ia, anak lelaki yang sedang membantu ibu nya berjualan, bukan berjualan barang yang bersih, bukan berjualan barang yang mudah, ia berjualan ikan segar, kalau menurutku itu amis, menurutku itu kotor. Aku datang untuk beli beberapa kilo ikan, belut menjadi favorit keluargaku. Aku berhenti pada satu pedagang, pada awalnya aku tak melihat ada si anak lelaki itu, anak lelaki seusia anak SMP.

Aku memesan 2 (dua) kilo belut, sang ibu penjual mengatakan harganya seratus ribu. Ya Allah, harganya sangat mahal, hemm sudahlah. Aku jadi ambil dua kilo. Aku mengirim pesan singkat ke Ummi, “Belut 2kg kan? 2kg 100rb” dan Ummi membalas sms untuk menawar menjadi empatpuluh ribu per kilogram.

Aku melihat si anak berbaju bola itu, ia memenuhi perintah ibunya untuk mengambilkan dua kilogram belut di ember. Ah aku suka raut wajahnya, aku suka gesturnya. Anak seusia dia tidak seharusnya berada dalam suasana riuhnya pasar seperti itu. Saatnya ia belajar dan bermain, pikirku. Tapi ternyata ia memilih untuk berada di sana, berurusan dengan ikan-ikan amis itu.

Ah adhek, kau itu. Rut wajahnya raut wajah kerja keras, dari dulu aku suka dengan raut wajah semacamnya. Raut yang jauh dari hura-hura, raut wajah bersungguh-sungguh. Ia dituntut untuk dewasa sebelum waktunya. Ia mengerti arti tanggung jawab. Ia mengerti arti memanfaatkan waktu untuk hal yang LEBIH baik.

Kedua bibirnya mengatup, kedua matanya fokus. Bibir yang mengatup dan mata yang fokus memberikan arti bahwa raganya sedang berada di sana, fikirannya pun sedang berada di sana, ia fokus. Ada kerut di antara dua matanya, tepatnya di dahi, ia masih terlalu muda boy, kerut itu tak begitu terlihat, tapi alisnya yang lebih dekat satu sama lain membenarkan hal itu. Kerut di dahi itu memberikan arti ia sedang bekerja keras. Dan biasanya, orang yang bekerja keras ia mengatupkan kedua giginya, gigi atas dan gigi bawah. Ia mengatupkannya tanpa ia sadari.

Gerak tangannya, terlihat tidak luwes, terlihat bahwa ia belum lama membantu ibunya. Mungkin karena ini adalah waktu liburan, ia manfaatkan untuk membantu ibunya. Dari gerak tangannya yang tidak luwes, namun aku menangkap gerak badan dan raut wajah yang berbeda, bersungguh-sungguh. Sikapnya yang bersungguh-sungguh bisa menutupi ketidakluwesannya. Aku hanya bisa tersenyum.

Baru teringat untuk membalas sms Ummi, aku balas, “Sudah terlanjur mi, heee.” Aku jawab singkat, aku tak ingin menawar-nawar lagi. Biarlah, kalaupun bisa lebih murah, aku tak ingin menawar. Biarkan keuntungan sang ibu lebih besar, ia pasti ingin membelikan baju lebaran untuk anaknya, si lelaki kecil itu :)
Jadi orang besar ya nak... jadi orang yang bisa dibanggakan orang tuamu... terutama ibumu. Jadi orang Solih ya ^_^


0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons