Minggu, 06 April 2014

Jika Hati Secetek Facebook dan Twitter

Fenomena.

Tidak dipungkiri lagi bahwa perkembangan pesat dunia modern sekarang ini pendukung terbesarnya adalah: CEPATNYA persebaran informasi.

Jika dahulu para sahabat Rasulullah, ketika ingin mempelajari 1 hadits harus datang ke sumbernya yang berjarak puluhan kilometer, maka mereka akan rela melakukannya. Padahal jarak puluhan kilo itu akan memakan waktu yang sangat lama.

Sedangkan sekarang, persebaran informasi sangat cepat, dalam hitungan detik, perbaharuan data di database google akan bergulir cepat. Salah satu sarana persebaran informasi yang sangat cepat tersebut adalah media, dan salah dua media yang marak diperbincangkan sekarang ini adalah Facebook dan Twitter.

Jika hati secetek Facebook dan Twitter apa jadinya?

Facebook dan Twitter berisi banyak sekali informasi personal pemilik akun. Bahkan bisa hingga sangat mendetail kepada: perasaan hati.

Dunia mulai gila sepertinya. Ketika kita bisa membaca status dan twit orang tentang keadaannya sekarang ini. Ia yang galau (yang paling sering tertulis dalam status dan twit), ia yang bahagia, ia yang sedih, ia yang, ia yang, dan ia yang lain. Kita bisa membaca suasana hati orang hanya dengan membaca statusnya. Sayang sekali. Sangat disayangkan. Sayang jika ada orang-orang yang mempergunakan Facebook dan Twitter untuk hal-hal semacam itu: untuk mencurahkan isi hati. Hingga dalamnya hati dapat diukur dengan parameter baru: Facebook dan Twitter.

Mengumbar isi hati di media sosial, dimana umbaran tersebut dapat dilihat orang lain hanya akan memperparah satu penyakit: ujub (membanggakan diri sendiri). Sehingga apa yang diumbar mendapat perhatian dari banyak orang.

Sedangkan selama ini kita diajarkan untuk berbuat ikhlas, dimana ikhlas sebagai salah satu rukun ba'iat yang ke dua, artinya ikhlas memiliki kedudukan: segala sesuatu yang kita lakukan terhindar dari mencari-cari perhatian manusia.

Kurangi.. kurangi.. kurangi.. kurangi mengumbar isi hati. Masih beruntung jika hati yang terkotori adalah hati kita sendiri, bagaimana jika kita urun andil mengotori hati orang lain yang membaca status dan twit kita karena timbul prasangka.

Saya senang melihat status-status dari teman-teman saya di  beranda yang berisi hikmah, pengetahuan, dan hal-hal yang jauh dari perasaan-perasaan semata.

Banyak ilmu dan pengetahuan yang saya dapat dari membaca status-status nasihat.

Banyak pengalaman juga ketika membaca status-status yang berisi pengalaman berhikmah.

Ternyata ada banyak pilihan untuk kita berbuat lebih baik dengan status dan twit kita. Semakin minim dari keluhan, atau sumpah serapah, atau sindiran, atau ungkapan-ungkapan kebencian dan hal-hal buruk lainnya, maka malaikat akan lebih mudah mencatat rekap amal kita (walau tujuannya bukan karena itu :D) Tujuannya tetap agar kita dihindarkan dari hal-hal yang tidak Allah ridhai.

Kita tidak tahu status dan twit mana yang akan mendatangkan ridho Allah... atau bahkan mendatangkan murka Allah, jadi diminimalisir saja, untuk hal-hal yang kurang baik, seperti mengeluh dan mengumbar perasaan. Mari alihkan ke yang lebih bermanfaat :)

Wallahualam bissowab.

Nasihati diri ini selalu dengan petunjuk Mu Ya Rabb...

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons