Kamis, 17 April 2014

Romantisme Pemilu 2014 :)

Alhamdulillahirabbil'alamin...  saya awali tulisan ini dengan penuh rasa syukur. Ada sesuatu yang menjadi spirit saya menulis hari ini. Lagi-lagi tentang romansa.

Banyak cerita-cerita roman yang tertulis dengan bahasa tulisan yang hangat untuk dibaca. Karena saya yakin tak ada satu pun orang yang tidak tersentuh dengan roman. Dari dulu hingga sekarang, sudah tak dapat dihitung berapa roman yang tertulis. Tapi herannya, ia juga tak kunjung habis. Selalu saja ada romansa yang terbalut dalam kata.

Pemilu 2014. Siapa menyangka singkatan dari Pemilihan Umum ini mengandung kehangatan yang luar biasa dibalik seram perhelatan dibaliknya.

Saya ingin bercerita tentang pengalaman pribadi selama 'menjaga' TPS tempat dilaksanakannya pemilu. Ah ada terlalu banyak cerita yang ingin saya ceritakan walau saya hanya mengalaminya satu hari saja. Ternyata 12 jam dalam 1 hari itu membawa banyak cerita.

Saya menjadi saksi dari parpol, duduk berjajar dengan saksi-saksi dari partai  lain. Dengan suasana yang tak hangat melainkan panas :D dan kami pun terbawa suasana politik yang (sepertinya) panas itu. Saya sibuk dengan data yang saya bawa, mengoreksinya dan bekerja sesuai apa yang jadi tugas saya. Penat. Ingin rasanya dapat udara segar.

dan kemudian...

Saat yang mengharukan itu tiba.

Badannya kekar, perawakannya agak pendek, warna rambutnya pirang, ber-anting, dan merokok. Celana Jeans yang ia kenakan adalah celana jeans sobek. Ia berada di antara banyaknya pemilih yang sedang mengantri. Ia menyalami petugas KPPS. Jujur (dan astaghfirullah saya menyesal) saya bahkan tak memandang beliau, tak acuh dengan kedatangan beliau, jujur saya illfeel dengan penampilan semacam itu, apalagi saya alergi asap rokok.

Saya tidak menyangka cerita saya akan dimulai dari ceritanya, dengan orang itu sebagai lakon. Ah nuansa itu, saya seperti sedang menonton film romansa kelas atas yang tak hanya menceritakan tentang cinta, namun dengan pintarnya cerita itu bercerita tentang arti besar pengabdian.

Lelaki pendek lagi kekar itu segera beranjak dari tempatnya berdiri begitu sebuah nama disebut oleh petugas KPPS dengan keras. Sepertinya itu nama perempuan,  kenapa ia yang beranjak tergesa? begitu pikir saya. Ternyata, masyaAllah saya segera mengutuki diri saya sendiri...

Ia menggendong seorang perempuan bertubuh agak gendut berbaju merah yang sedang duduk bersama pengantri lain. Setelah namanya dipanggil terlihat wajah perempuan itu berbinar. Disambut dengan gagahnya sang bapak itu menggendongnya di belakang punggung.

Lelaki itu membungkuk karena beratnya beban dipunggungnya, tapi wajahnya tak ada sedih atau kerut sedikitpun, bahkan gembira. Ia menggendongnya sampai ke belakang bilik suara, kemudian mengambilkan kursi untuk si ibuk duduk. Usia meraka tak jauh berbeda, sepertinya mereka sepasang suami istri :) yang saling berkasih sayang satu sama lain. Kau akan melihat sebuah pemandangan berbeda dari mata keduanya. Ketulusan.

Istri yang cacat, dan suami yang seperti preman, tak kusangka ceritaku tertambat kuat pada lakon seperti keduanya. Lakon yang tak pernah terpikirkan untuk menjadi pewarna dalam cerita-ceritaku, dan sekarang merekalah lakon utamanya.

Aku hanya menghela nafas dan tersenyum berbinar melihat kejadian mengharukan itu... Ah apa ini namanya. Seolah di seisi ruangan TPS itu gugur bunga-bunga bermahkota ringan, dan mahkotanya berjatuhan dari atas dengan pelan kemudian memenuhi lantai. Kemudian muncul para pianis dan violinist (pemain biola) dari bawah lantai yang bergerak ke atas, memainkan musik melow. TPS itu berubah menjadi panggung pertunjukan yang mempesona.

Ketika kami banyak mendengar cerita tentang bakti seorang istri kepada suami, kali ini aku menyaksikan, dengan tanpa gengsi dan tak peduli omongan sana-sini, kali ini aku menyaksikan bakti seorang suami kepada istrinya, tulus dan benar-benar tulus, tak peduli seperti apa penampilan mereka, saya pun terpesona :) Kunamai ia roman tanpa sandiwara.

Lalu saya harus bicara apa? Di saat-saat pemilu seperti ini, kini tak perlu lagi saya mencari udara segar... sepertinya ini sudah jauh lebih segar, segar udara, dan segar fikiran... ini baru satu dari sekian romansa Pemilu 2014. ^_^

Tak Kalah Mengharukannya.

Seorang perempuan tua berkerudung, sederhana. menuntun perempuan lain yang lebih tua, sepertinya adalah ibunya. Mereka berdua berjalan beriringan dari kursi tunggu hingga ke belakang bilik suara. Sabar ia menuntun, dan sangat berhati-hati. Setelah selesai mencoblos, keduanya menuju ke petugas KPPS yang bertugas menjaga tinta. Baiklah... Pemandangan indah itu menyentuh hati sampai ke relung yang dalam...

Ketika sebelumnya, kisah bakti suami dan istri. Kini kisah bakti dari seorang anak kepada ibunya, romansa seorang anak yang tak lagi patut dipanggil anak karena usianya sudah tua, yang merawat ibunya yang lebih tua. Mengantarkannya ke TPS, dimana ketika orang lain memilih untuk golput, ia dan ibunya berusaha keras datang ke TPS untuk memberikan dua suaranya.

Barangkali suara keduanya yang memberikan kontribusi besar untuk negeri ini dengan memilih calon legeslatif yang layak mewakili rakyat...

Pemilu 2014 dipenuhi dengan hajat politik dari berbagai pihak, ada banyak sekali yang dapat diperbincangkan mengenai politik yang 'kotor'. Tapi memang tidak bisa dipungkiri, ketika membersihkan selokan kita tidak bisa hanya melihat dari atas selokan tanpa ada usaha menyentuh selokan sedikitpun. Bagi saya, ketika ingin membenahi politik yang katanya kotor itu, perlu adanya orang-orang yang peduli seperti kita yang berkontribusi untuk perpolitikan di Indonesia, agar Indonesia tak dijejali oleh orang-orang yang tak semestinya. Maka kita lah yang punya kesadaran untuk 'membersihkan selokan' itu yang seharusnya memantaskan diri menjadi orang yang semestinya itu. Salah satunya dengan mencoblos caleg yang kita percayai.

Pemilu 2014, menjadi hajat semua orang yang berumur di atas 17 tahun di Indonesia. Dan ternyata ada banyak cinta di TPS 8. Ini cerita TPS 8 bagaimana cerita TPS mu? :)

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons