Rabu, 17 Februari 2016

Asma Amanina Jalan Putar Balikku

Bismillahirrahmanirrahim,

tentang hari lamaran, sepertinya semakin mendekat ya Dii? Ya, tinggal siapa dulu yang akan melamar, jodoh, atau kematian. Alhamdulillah, Allah Maha kuasa atas segala sesuatu, yang mengatur semua itu.

Aku sedang berpikir tentang menu masakan yang akan aku sajikan esok, ketika aku harus memakan makanan sehat. Sayur pikirku. Tapi aku belum menguasai menu-menu sayuran sehat, bagaimana aku bisa memasaknya.Ya, aku harus aktif mencari resepnya. Lalu pikirku kembali mengingat tentang hal serupa. Ini baru masakan untuk diriku sendiri. Bagaimana masakan untuk anakku besok? Mau masak apa kalau gag tau resepnya dan gag menguasai caranya? Aku ini perempuan. Aku ini perempuan. Harus bisa. Koleksi yang banyak dan belajar yang banyak juga.

Ya, Asma Amanina adalah jalan putar balik dalam hidupku, setelah sekian jauh aku tersesat dalam ketidaksadaran. Dalam kekosongan. Sama seperti saat aku berpikir tentang menu sayur sehat, aku pun berpikir tentang ibu calon ulama. Bagaimana mau menjadikan anaknya calon ulama? Kalau ibunya tidak mengerti ilmunya? Asma Amanina lah lingkungan tempatku kembali kepada fitrah perempuan.

Aku terkaget ketika ada seorang adik yang berceletuk, "Mbak Ihti ini tipe murobbi siyasi ya..." Padahal ia belum aku ajari tentang konsep siyasi, dan kawan-kawannnya, namun ia bisa menilai. Aku heran tentang cara berpikirnya. Setelah aku telusuri, sepertinya ia melihat dan mengamati dari caraku bersikap dan caraku bergerak. Aku sekarang mengerti. Ada yang salah, aku tak sama dengan teman-teman perempuanku yang lain. Aku bergerak lebih mirip dengan laki-laki. Cara berpikirku, tingkah lakuku, tak selayaknya ibunda calon ulama. Aku tak berada pada fitrah.

Kajian Masjid Mujahidin kemarin membuatku sadar, bahwa aku kosong.
Ustad membahas tentang hati, faidha fasadat fasadal jasadu kulluhu, waidha solahat, solahal jasadu kulluhu. fa hiya qolbun. Ada hati yang sedang tidak beres, yang membuat semuanya tidak beres pula. Ada hati yang jauh dari tuhannya. Ia yang menyebabkan semua kesalahan dalam diri ini terjadi. Lalu aku menemukan Asma Amanina sebagai jalan putar balikku. Menyadarkanku tentang peran seorang ibu yang penuh kelembutan, dan terutama peran seorang ibu yang punya banyak ilmu, ilmu kalam dan ilmu alam.

Allah, tanpa sadar selama ini aku menuhankan usahaku, bergerak dan terus bergerak, lincah, meledak-ledak, dan mudah kecewa mengutuki kegagalan, aku melupakan ada yang jauh lebih berperan terhadap keberhasilan, yaitu Tuhan. Siapa lagi jika bukan Allah SWT. Rasanya tenang setelah mengakui bahwa semua kesombongan ini adalah kebodohan, dan mengakui semua kegagalan berasal dari lemahnya diri sebagai makhluq (sesuatu yang tercipta) dan mengakui segala sesuatu telah diatur dan dikuasai oleh Khaliq (sesuatu yang mencipta).

Asma Amanina mengubah cara pandang hidupku. Memutar balik langkahku, setelah sekian lama. Aku belajar untuk menjadi seorang penghafal alqur'an yang tidak meributkan jabatan. Mengikat dan terus mengikat hafalan, modal mahkota untuk ketiga orang tua, aku belajar untuk menjadi seorang pencari ilmu yang jauh dari debat dan adu, atau tepuk tangan yang saling berpaut.

Kembali meluruskan niat, agar tak kembali masuk ke jalan yang salah, agar tak kembali kepada kesombongan semu, lillah, karena Allah akan memasukkan 3 orang pencari ilmu ke dalam neraka, yaitu yang meniatkan mencari ilmu karena ingin membodohi orang-orang bodoh, yang meniatkan mencari ilmu untuk dianggap pintar dan membanggakan diri di hadapan ulama, dan satu lagi, yang meniatkan mencari ilmu agar orang-orang menoleh kepadanya (ingin menarik perhatian orang banyak) karena pengetahuan yang dimiilkinya. Na'udhubillah min dzalik. La hawla wa laa quwwata illa billahil'aliyyil 'adzim.......

Persiapkan generasi dengan sebaik-baik persiapan. 

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons