Minggu, 10 November 2013

Orang Bilang

Untuk menjadi orang yang sempurna (perfect), itu gampang, turuti saja semua yang orang bilang.

Saya berdarah melankolis, konon katanya, dalam diri orang-orang melankolis ada satu kekurangan yang sangat kuat melekat, yaitu sifat perfectionist. Ya, sifat perfecsionist itu adalah kekurangan, bukan kelebihan, apa alasannya, kita sudah bahas di tulisan yang lalu.

Sifat ini selalu menuntut saya melakukan segala sesuatu secara detail dan sempurna, jika tidak, perasaan penuh tekanan (stess) itu niscaya terjadi setelahnya. Atau jika memang saya sudah merasa tidak bisa mengerjakannya dengan sempurna, maka saya memilih tidak akan melakukannya sama sekali!

Entah, sifat itu benar-benar melekat pada diri saya atau tidak, tapi begitulah kebanyakan orang melankolis merasakan. Tenang, saya bukan melankol sempurna, saya juga punya kecondongan ke sanguin, si pembelajar cepat, bagaimanapun saya bisa belajar cara memperbaiki sifat perfectionist tersebut.

Ok, fokus bahasan kita bukan pada sifat itu. Tapi pada apa kata orang.

Saya sadar sepenuhnya, bahwa diri saya adalah bentukan lingkungan. Tepatnya, saya percaya saja apa yang orang bilang. Jika ada yang bilang ini baik, saya akan beromba menjadi yang paling baik di antara yang baik. Jika orang bilang itu buruk, saya akan menjauhi sejauh-jauhnya sesuai saran 'orang bilang'.

Usia saya sekarang 20 tahun dan selama lebih dari 15 tahun saya hidup mengikuti prinsip itu, mengikuti 'apa orang bilang'. Menyenangkan sekali jika saya bisa mencapai suatu hal yang orang bilang baik. Dan sangat terpukul bahkan sampai stress tidak dapat mencapainya, atau malah melakukan hal (yang orang bilang) buruk.

Begitulah lingkungan sangat mempengaruhi saya. Beruntungnya (saya harus mengucap syukur) karena saya dilahirkan dan hidup di antara orang-orang baik. Jadi apa yang mereka katakan memang baik adanya, yang baik dibilang baik, yang buruk dibilang buruk.

Namun sifat saya yang selalu mengikuti apa kata orang itu, saya rasakan sebagai masalah besar akhir-akhir ini. Karena semakin dewasa umur saya, saya merasakan banyak sekali hal-hal ideal (yang dikatakan orang) sebagai hal yang baik, ternyata sulit sekali dicapai. Dan realita nya, saya merasakan lelah! mengikuti apa yang orang bilang.

Adakah yang mengalami masalah sama dengan saya?

Dulu, saya rasa ini dulu, dan saya ceritakan sekarang. Saya adalah anak yang paling 'disayang' oleh guru dimanapun, di SD, di SMP, di SMA (ini lebay). Begitu pula dengan saudara-saudara saya, tetangga-tetangga saya, dan orang-orang di sekitar saya. Itu karena saya berhasil melewati standar sifat-sifat (yang orang bilang) sebagai anak yang baik.

Saya penurut, tidak banyak protes, saya pintar, saya manis, saya sopan, saya alim, cuma akhir-akhir ini saya baru tahu bahwa dulu penampilan saya sangat cupu. Tapi biarlah, saat itu orang-orang di sekeliling saya tidak bilang bahwa cupu itu jelek, jadi saya enjoy saja. Saya bisa berbangga dengan saya yang dulu.

Ternyata dunia itu luas, tidak hanya dunianya orang-orang baik saja, terlebih ketika saya memasuki bangku kuliah. Ada berbagai macam cara berfikir. Sempat saya masih mengikuti apa orang bilang.

Saya masih menerapkan prinsip yang baik itu sesuai apa yang orang bilang, yang buruk juga sesuai apa yang orang bilang saat itu.

Sekarang ini, saya SANGAT BERMASALAH dengan prinsip tersebut. Hal itu karena saya merasakan, apa yang saya turuti --> APA YANG ORANG BILANG sama sekali bukan standar yang baku. Orang yang saya temui di sini mengatakan ini baik, orang yang di sana mengatakan ini tidak baik. Banyak yang berbeda, dari apa yang orang bilang. Terlebih di dunia yang saya hadapi sekarang. Lagi-lagi karena beragamnya cara berfikir orang-orang yang saya temui.

Dan saya lebih banyak tertekan mengikuti apa yang orang bilang.

Pada akhirnya, saya memutuskan, bahwa saya adalah saya, orang mau bilang apa, patokan saya bukan lagi apa yang orang bilang, tapi patokan saya adalah hati saya. Saya bisa memiliki dan merasakan hati saya sepenuhnya. Namun saya sadar, bahwa pemilik hati yang sesungguhnya adalah Tuhan YME siapa lagi kalau bukan Allah SWT.

Saya memang benar-benar akan mengikuti hati saya, namun hati ini seringkali kotor, satu-satunya cara saya yang saya gunakan untuk memaksimalkan hati saya untuk merasa adalah mendekatkan diri pada-Nya, yaitu dengan selalu mengingat-Nya.

Karena hati yang dekat dengan Allah dengan selalu mengingat-Nya adalah sumber ketenangan yang utama. Memangnya apa lagi yang dicari manusia di dunia ini kalau bukan: ketenangan.

"orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." Q.S. Ar Ra'd : 28.

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons