Rabu, 20 November 2013

Rekomendasi Tempat Refresh Pikiran: Masjid Kampung

Malam ini, sepertinya masih terkena efek balapan di sepanjang ringroad sama mas-mas yang tak kukenal :D Masuk angin >o<"

Tapi sepertinya menulis dapat mengalahkan sakitnya :)

Maghrib, setelah selesai nge-les privat (adeknya beragama kristen, jadi gag mungkin numpang solat di rumahnya :3) tengok kanan kiri cari masjid, eh lihat dua orang bapak naik motor pake peci di kepalanya, fikirku, "Pasti tak jauh dari sini ada masjid." Benar saja, di kanan jalan tertulis, "Masjid Al-Aziz".

Ok. Mampir.

Ah, lama sekali ya rasanya tak mampir di masjid kampung :) damai, syahdu, tenteram, khusyuk, recomended bagi yang lagi listing tempat cari jodoh #eh.

Tipe masjid kampung yang jauh dari keramaian, jauh dari bising, kebersihannya terjaga, jarang mukena dan Mushafnya (karena kebanyakan warga bawa sendiri-sendiri), sangat cocok sebagai sarana refresh pikiran. Recomended banget pokoknya. Buat yang lagi ribut sama sahabatnya, sama pacarnya (udah putusin aja), sama dosennya, atau lagi galau banyak tugas, galau gag punya uang, galau amanah datang bertubi-tubi,  (#eh keterusan curhat) bingung mencari solusi kehidupan (#lah kog puitis banget), atau sekedar rindu pada Tuhannya, dateng aja ke: Masjid kampung!

Masjid kampung. Menyediakan berbagai macam perlengkapan ibadah seperti sarung, peci, mukena, dan sajadah (itu toko kali ihti! malah promosi....). Ya, dateng aja, tenteram hatinya :) InsyaAllah (kali ini serius).

Selesai solat, aku benar-benar bisa mengendorkan urat saraf, melengkungkan punggung, dan menghirup udara segar keheningan. Melihat sekeliling dan (oh?) ada mas-mas/ bapak-bapak/ kakek-kakek (kalau yang ini gag mungkin), pokoknya itu laki-laki yang: masih muda banget enggak, tua banget juga enggak (bener kan, recomended buat cari jodoh #hush).

Si bapak (yang masih muda) ini duduk di shaf laki-laki pake peci dan sarung, dengan wajah menunduk setunduk-tunduknya, sikunya menahan berat badannya di kaki yang duduk bersila, tangannya terkulai pasrah.

Aku bertanya dalam hati, dimana lagi aku bisa melihat pemandangan ini, kalau bukan di masjid. Pemandangan seorang manusia yang menunduk pasrah pada sesuatu yang tak ada di depannya. Bagaimana jika laki-laki ini melakukan hal yang sama di pasar, atau di dekat pom bensin, atau di jalanan yang ramai, dilihat oleh banyak orang, sepertinya tidak akan mungkin ada yang seperti itu, yang ada ia akan dianggap gila, atau minimal dianggap frustasi berat.

Tapi ini ruangan yang istimewa, masjid, tempat bertemunya para hamba dengan Tuhannya.

Dan karena selama ini yang jadi referensiku tentang cerita raja-raja hanya di film Angling Darma, aku membayangkan bahwa laki-laki ini sedang bersimpuh di hadapan raja nya Angling Darma. Ya, sikap duduk yang ia lakukan hanya bisa dipraktikkan oleh orang yang sangat menghormati 'Raja' yang ada di depannya.

Tapi di depannya tak ada apa-apa, ini di masjid Ihti, yang ada di hadapan shaf laki-laki ya hanya tembok. Ini lah yang selama ini kau lupakan, kapan terakhir kau meminta pada Tuhanmu sekhusyuk itu? Sekhusyuk yang dilakukan lelaki itu...

Pasti 'sesuatu' yang 'ada' di hadapannya adalah sesuatu yang sangat hebat, sesuatu yang ia yakini dapat menentukan nasibnya, sesuatu yang Maha Besar, ya, itu Allah ihti. Dia sedang bercerita dan berpasrah diri pada Allah, seolah Allah ada di hadapannya.

ilustrasi gambar

Lama, lama sekali. Tapi siapa yang tak betah berlama-lama di suasana seperti itu, damai, tenang, lebih baik di sana berlama-lama kalau tidak ada urusan.

Pada akhirnya ia beranjak, beranjak dari duduk lamanya, beranjak dari simpuhnya, ia keluar masjid, dan aku hanya bisa bergumam, "Kabulkan do'anya Ya Allah, kabulkan, aku menjadi saksi bahwa ia sangat berharap padamu, dan ia melakukannya dengan sangat khusyuk." (Aku berpikir, jangan-jangan ia sedang berdo'a untuk dipertemukan dengan jodohnya #wushhh).

Setelah itu aku berfikir keras, sepertinya aku terlalu banyak bercanda, sedangkan ada orang sepertinya yang sangat serius, aku terlalu banyak tertawa, sedangkan ada orang sepertinya yang sangat tenang, aku terlalu sering tergesa-gesa, sedangkan ia begitu menikmati pertemuannya dengan Tuhannya lewat do'a.

Aku #berfikir #keras dan berkaca. Kelak di pintu surga aku harus mengantri di urutan ke berapa? Kalau ada banyak orang sepertinya. Lalu kembali #berfikir #keras.

Ihtisyamah Zuhaidah
#masih #berpikir #keras
| 2013

Sumber gambar: 

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons