Sabtu, 11 Juli 2015

Aku Bola Ping Pong, Bukan Bola Kasti...



Bismillah,

Dulu, tulisan ini hanyalah sebuah status singkat, dan kini berkembang untuk menebar senyum dalam sedih yang mengikat. Ammiin. :)

Seringkali dalam keadaan yang sulit, para kuman berevolusi (ini bukan iklan), menjadi lebih kebal dan hebat, mereka belajar dari kegagalan yang lalu, mereka jadikan kegagalan itu seolah ‘mata kuliah’ penting dalam kampus ‘realita kehidupan’ . Lalu akankah manusia (kita) akan kalah dengan kuman-kuman itu? Dalam keadaan drop atau futur, atau apapun bahasanya, kita harus memikirkan bagaimana cara berevolusi, bangkit, tidak tenggelam dalam lumpur menyedihkan bernama kegagalan. Tidak kalah dengan kuman. :)

Lalu hubungannya kuman dengan bola? Hehe. Ya, bola itu bermacam-macam, ada bola pingpong, ada bola kasti, ada bola sepak, ada bola takrow, ada bola voly, kesemuanya adalah bola, tapi masing-masing mereka berbeda. Inilah poinnya, mereka berbeda, padahal sama-sama bola. Balikkan cermin itu pada kita, kita, dengan teman kita, dengan musuh (lawan) kita sama-sama manusia, tapi kita sama sekali berbeda, karena memang begitulah fitrahnya. Bola ping pong tidak bisa disamakan dengan bola kasti, daya lontar masing-masing mereka berbeda. Begitupun kita, kita dengan teman kita memiliki ‘daya lontar’ yang berbeda pula, memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Nah, yang sering menjadi kesalahan kita adalah ketika kita gagal, seringkali kita mengukur kegagalan kita dengan melihat kesuksesan orang lain, mengukur kemampuan kita dengan kemampuan orang lain, padahal kita berbeda!

Bola pingpong dan bola kasti, mereka sama-sama dapat memantul, tapi pantulannya berbeda. Ketika kita menjatuhkan kedua bola itu ke lantai yang sama, maka yang terjadi adalah pantulan keduanya tidak sama tinggi, bola ping pong akan memiliki pantulan yang lebih rendah. Itu nyata! Tapi apa bisa dikatakan bola ping pong itu gagal? TIDAK! Karena memang begitulah sifat bola ping pong tidak bisa disamakan dengan bola kasti yang bisa membumbung tinggi. Sekali lagi mereka berbeda. Kitapun begitu. Teman kita, bisa mendapatkan ini dan itu dari usahanya, sedangkan kita tidak, apakah itu sepenuhnya bisa dikatakan sebuah kegagalan? Kita mengukur dengan parameter yang salah. Seolah kita menimbang gunung dengan timbangan emas, mengukur kemampuan kita dengan timbangan kemampuan orang lain. Padahal kita istimewa, kita adalah emas, meski ringan kita adalah benda berharga.

Baiklah, sampai di sana, pemikiran kita sudah berubah. Kita adalah kita bukan orang lain. Bola ping pong adalah bola pingpong, bukan bola kasti. Ukuran keberhasilan kita diukur dengan parameter diri kita, bukan dengan parameter orang lain.

Lanjut bercerita tentang bola ping pong.
Bola, pada hakikatnya dapat memantul tinggi, ia dapat memantul jauh ke atas, tapi sadarkah? Bola sebelum memantul ke atas PASTI jatuh atau dijatuhkan ke bawah lebih dulu. Ya memang begitu kehidupan manusia, maka la Tahzan! Jangan bersedih! Manusia ada kalanya mendapati kegagalan dalam hidupnya, tapi itulah strategi Allah untuk melontarkan kita jauh lebih tinggi dari sebelumnya, itulah siasat Allah untuk menghibur manusia, bahwa setelah kegagalan pasti ada kesuksesan, inna ma'al 'usri yusro, setelah kesulitan pasti ada kemudahan, hayo itu Qur'an surat apa? hihi.

Allah ingin menguji kita, karena tidak dikatakan beriman seseorang yang belum diuji. Ketika kita mendapati kegagalan, berbaik sangkalah pada Allah. Ibaratkan bola ping pong ada di tangan orang yang sedang berdiri, dan bola itu dijatuhkan, maka akan ada 3 kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah bola itu akan melesat ke atas secara tegak vertikal, kemungkinan kedua bola pingpong itu akan memantul ke kanan atau ke kiri, kemungkinan ke-tiga bola itu akan memantul tidak lebih tinggi dari posisi awalnya.

Analogi yang pas untuk kita, ketika Allah sedang menguji kita dengan kegagalan, Allah menjatuhkan kita, Allah membuat kita merasakan sakit, dan Allah membiarkan hamba Nya memilih pantulannya sendiri, dengan 3 pilihan, setelah dijatuhkan (diuji dengan kegagalan) pilihan pertama bagi manusia adalah melesat tinggi dengan grafik naik ke atas, atau sama-sama ke atas tapi dengan grafik yang miring ke kanan atau ke kiri, atau pilihan ketiga menjadi futur jauh lebih futur dari keadaan sebelum diuji. Kita  manusia? Mau pilih yang mana? Bola tidak memiliki pilihan, tapi kita manusia... kita punya pilihan, kita yang menentukan usaha kita, akan memantul seperti apa dan kemana? :)

Memantullah ke atas, melesat tinggi, jadikan kegagalan sebagai trampolin, membuat kita melesat jauh lebih tinggi lagi, dan tersenyumlah, katakan selamat tinggal pada kesedihan, syukuri nikmat yang banyak ini, karena masih ada 99 macam nikmat lagi di syurga kelak, nikmat di dunia hanya 1/100 saja, masihkah kau diam?
Namun bukan berarti ini menjadi alasan bagi kita untuk nyaman berada di zona kegagalan, saatnya bangkit dan melesat. :) Cari arena lapangan tenis meja, agar potensi pingpong kita maksimal. Serahkan lapangan tenis indor pada bola kasti. Cari tempat yang tepat untuk kita, sampai kita menemukannya. Sertakan ridho Allah di sana. Memantul dan melesat!

Memantul dan melesat, ya, terkadang tidak semudah itu kita memantul, tergantung juga pada media pantul kita, bola ping pong akan memantul dengan baik pada lantai yang keras, lalu bagaimana jika ia jatuh ke lumpur? Ia tidak bisa memantul. Ya, kematian, kematian adalah lumpur yang akan menghentikan pantulan kita. Kematian itu hal yang niscaya, pasti! Tapi kehidupan kita yang sebenarnya akan kita dapatkan setelah melewati fase lumpur itu, setelah fase kematian, selagi masih di atas, jadilah orang cerdas, seperti apa orang cerdas itu, dikatakan bahwa orang cerdas adalah orang yang paling baik dalam mempersiapkan amalannya untuk bekal di akhirat sana.

Selamat memantul ke atas, dan berbagilah dengan saudara kita meski hanya sekadar senyuman, jangan tampakkan kesedihan, kunyahlah ndengan baik teori motivasi dari banyak buku, telan sari-sarinya, edarkan ke seluruh tubuh, dan berkaryalah bangun peradaban, peradaban orang-orang salih, mulai dari satu orang di kanan kita, kemudian satu orang di kiri kita, dan banyak orang di kanan kiri depan belakang kita. Tersenyumlah dan berbahagialah, Allah bersama orang-orang yang sabar.
_Diana Azhar Al Rasyid_

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons