Rabu, 01 Juli 2015

Kajian Menarik Bersama Ustad Anis Matta, Cara Mengatasi Masalah Kemiskinan dengan Islam

Siapa tidak tau tokoh satu ini, penulis buku 'Serial Cinta' yang sangat menginspirasi banyak pembaca, ustad muda yang penuh karya, sekaligus tokoh masyarakat yang dipercaya. Wajar saja jama'ah yang datang ke Masjid Mujahidin, atau MasMuja (panggilan akrab untuknya) :D malam itu bertambah banyak.
Ustad Anis Matta menjelaskan, pendidikan atau pelajaran bagi orang-orang yang kalah dalam pertempuran yaitu dengan menganbil sisi scientific: bahwa dalam suatu peristiwa ada penyebab-penyebab yang melatarbelakanginya. Beginilah seharusnya Indoneisa memandang sebuah masalah, termasuk masalah kemiskinan. Inilah pembuka di kajian bersama ustad Anis Matta kali ini. Kajian kali ini akan membahas bagaimana Islam memberikan solusi permasalahan negara, terutama dari sisi permasalahan ekonomi.
Umat muslim sedang dalam suatu fase yang sedang menaik. Lalu apa yang diperlukan apabila kita ingin selalu stabil naik:
yaitu tingkat keyakinan hati (emosi, kemantapan) kita mantapkan hati dan menyadari dengan seksama, apakah risalah islam bekerja dengan baik dalam menyelesaikan segala masalah, jawabannya iya.Kemantapan hati ini sudah dicontohkan oleh Rasulullah.
Rasulullah diutus menjadi Nabi hanya seorang diri. Modal berdirinya Madinah hanya 275 orang, 5 tahun kemudian pada perang handaq jumlah kaum muslimin ada 3000, 5 tahun kemudian ada 100.000 dan penduduk bumu ada 100.000.000, maka saat itu, perbandingan orang muslim dengan seluruh penduduk bumi adalah 1:1000. Betapa perkembangan itu merefleksikan kemantapan dan keteguhan hati Rasulullah dalam memegang risalah islam. Hasil perbandingan itu adalah proses panjang, namun kemantapan hati Rasulullah sangat kuat.

Agama islam itu akan sampai pada seluruh manusia selagi siang dan malam masih turun pada mereka.
Lalu apa hubungannya dengan masalah ekonomi? Masalah ekonomi harus dihadapi dengan kemantapan hati bahwa kita bisa menyelesaikannya dengan baik, melalui konsep islam.

Masalah ekonomi yang menjalar sekarang ini, bukan karena ekonomi itu sendiri namun karena demografi (tingkat kelahiran). Dimana dunia ini menuju penghentian populasi, dengan konsep yang sedang marak, dua anak sudah cukup, dampaknya jumlah orang tua mendominasi jumlah penduduk, maka kekuatan produktivitas (yang sejatinya dimiliki pemuda) dan kreativitas menjadi terhambat, karena jumlah pemuda sangat sedikit, sedangkan orang tua begitu banyak.
Maka solusinya adalah memompa pertumbuhan populasi, meski dengan usaha yang tidak hanya memerlukan waktu 10-20 tahun saja. Pertumbuhan, membutuhkan Engine: ISLAM.
Bagaimana Islam menyelesaikan masalah kemiskinan, yang samasekali berbeda dengan cara-cara manusia? Solusi ini tidak datang dari timur dan dari barat.Berikut pembahasannya
Jauh sebelum persoalan kemiskinan menjadi persoalan ekonomi, itu sudah menjadi masalah BUDAYA.
Yang harus ditransformasi adalah BUDAYA. Salah satunya adalah dalam budaya ekonomi: Islam menjelaskan status harta dengan: Janganlah kalian memberikan harta-harta kepada orang-orang bodoh yang tidak tahu bagaimana cara mengatur uang tsb.
Islam mengajarkan agar pengelolaan harta dilakukan oleh orang yang sudah mampu melakukannya.Bagaimana di Indonesia? Kapan kita pernah belajar tentang pendidikan finansial di sekolah? Apa yang disebut sebagai tulang punggung kehidupan malah tidak dipelajari. Maka karya pertama yang akan dihasilkan oleh para sarjana adalah: SURAT LAMARAN KERJA, bukan menciptakan lapangan kerja. (Sontak seluruh jama'ah tertawa dengan sindiran yang menggelitik itu)Inilah budaya yang perlu dikoreksi.


Rasulullah membayar mahar siti Khadijah dengan 100 unta yang senilai dengan harga 1 milyar.
Sesungguhnya seluruh orang Quraisy tahu, bahwa Muhammad adalah pemudanya yang paling terhormat. Nabi memiliki pengelolaan harta yang luar biasa bukan? Beliau belajar mengelola harta sejak umurnya masih belia.

Selesaikan akar budayanya dulu, begitu akar budayanya benar, maka tinggal pemberdayaan individu. Jika kita ingin menjelaskan kemiskinan di Indonesia, kemiskinan itu terjadi karena pemahaman yang salah tentang harta pada orang-orangnya. Dari sejarahnya di Indonesia, pemahaman-pemahaman yang masuk adalah pemahaman sufisme, bercampur dengan budha dan hindu, terbentuklah BUDAYA. Di sana terbentuklah persepsi seolah-olah ada split (batas) antara orang pasar dan orang masjid, ada anggapan orang pasar ya ngusrusin duit, gag tau menau soal alif ba ta, dan orang masjid bisanya berdo'a gag ngurusin masalah harta, atau orang pasar kerjanya ngasilin duit, orang masjid kerjanya ngabisin duit :D (jamaah gaduh dengan gelak tawa). Persepsi budaya seperti ini yang salah.
Konsep pemberdayaan individu dalam islam: Ketika ada seorang pemuda meminta-minta, maka yang diberikan oleh Rasulullah adalah kampak, beberapa tahun kemudian pemuda itu kembali dalam keadaan kaya raya.
Inilah alur solusi MENGATASI KEMISKINAN:
Pembudayaan --> baru Pemberdayaan indivisu --> kemudian pemberdayaan sosial --> Struktural (tugas negara).
Budaya dulu diperbaiki, kemudian pemberdayaan individu dikembangkan, setelah individu mencapai kualitas prima langkah selanjutnya adalah pemberdayaan sosial, dan sampailah pada Struktural Negara. Jadi tidak serta merta permasalahan ekonomi langsung diselesaikan di tingkat negara, namun dari akar budaya.

Pemberdayaan sosial dengan konsep Infaq. Konsep takafful (gotong royong, saling topang)dalam keluarga. Masyarakat urban seringkali berpindah dari extended family menjadi rumah kecil, dimana rumah-rumah minimalis seringkali menjadi pilihan favorit.

Konsekuensi dari konsep takafful dalam keluarga adalah rumah yang luas. Setidaknya, sebuah rumah memiliki 1 kamar suami istri 2 kamar anak (dipisah yang laki-laki dan perempuan), 1 kamar tidur untuk tamu sepasang suami istri, 1 kamar tidur tamu perempuan, 1 kamar tidur tamu laki laki (usaha memuliakan tamu), dan 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu, 1 ruang solat, 1 perpustakaan, 1 dapur. (Terdengar gemuruh tawa di jamaah ikhwan yang sedang mendengarkan ceramah ini, batin mereka: "Gimana caranya besok gue bangun tu rumah? gede bener :D") Jamaah akhwat pun ikut tertawa, batin kita, "Alhamdulillah :D"
Membutuhkan satu tradisi: kedermawanan yang kompatibel dengan konsep takafful jama’i. Contohnya adalah ketika kita ingin membangun rumah, yang pertama harus diperhatikan adalah tetangga.

Langkah keempat adalah struktural, namun menyelesaikan masalah kemiskinan tidak langsung ditanggung negara, melainkan menggunakan konsep dasar ISLAM. InsyaAllah di era kebangkitan ini, ISLAM dapat menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan dan kenegaraan.

"Salah satu yang membuat bahagia adalah rumah yang luas, yang di dalamnya ada banyak kamar."
@Masjid Al Mujahidin uny
_Diana Azhar Al-Rasyid_

nb: gambar diambil dari sumber: http://ayip7miftah.wordpress.com/tag/mujahidin/

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons