Rabu, 14 Januari 2015

Akhwat (wanita) Tak Kasat Mata

Kasat mata itu artinya terlihat.
Tak kasat mata itu artinya tak terlihat.

Beberapa hari lalu sempat ada diskusi kecil dengan Atika Widadty, tentang akhwat kasat mata dan akhwat tak kasat mata. Sebenarnya titik perbincangannya bukan itu. Tapi tentang generasi muslim.

Perbincangan itu sedikit membawa kesadaran, akan sebuah hal yang mulai hilang tergantikan dengan hal lain. Hal yang hilang adalah keberadaan akhwat tak kasat mata, dan mulai tergantikan dengan akhwat kasat mata.

Aneh memang bahasanya, tapi ini yang pada akhirnya menjadi menarik.

Dulu, di zaman Tarbiyah masih sangat sulit masuk ke Indonesia, akhwat mengenakan jilbab lebar dengan sembunyi-sembunyi, dakwah masih tak bisa ditonjolkan di hadapan umum.

Sekarang?

Banyak terpampang akhwat dimana-mana. Di jalan-jalan, di pertokoan, di pusat perbelanjaan, di sekolah, di kampus, di rumah sakit, dan di media sosial.

hemmm, akhwat kasat mata dan akhwat tak kasat mata.

Sekarang dakwah sudah sangat mudah diterima. Dimana-mana. Akhwat semakin kasat mata.

Tapi kemanakah akhwat tak kasat mata? Haruskan menghilang? Atau masih ada?

:::

Diskusi semakin menarik. Dari artikel yang kami baca, ada sebuah masalah pemantik. "Merindukan ikhwan yang menjaga pandangan?"

Kenapa beralih ke sana? Ternyata artikel itu menggiring opini kami.

"Barangkali akan lahir putera laki-laki yang kelak menjadi ahli ilmu dan menjaga pandangannya, menjaga sikapnya, menjaga agamanya, dari rahim akhwat (para wanita) tak kasat mata. Ya, dari wanita tak kasat mata, yang memperdalam ilmunya, menyembunyikan amalannya, menjauh dari tempat-tempat ramai yang membawa kesiaan, menjaga diri dari riya', tak banyak menampilkan diri di hadapan publik. Yang tak melakukan canda dan haha hihi, kecuali dengan sesamanya," Saya lupa redaksi aslinya, inti yang saya tangkap seperti itu.

Tentunya bahasan itu menjadi pertimbangan penting.

Benar sekali. Semakin banyak akhwat kasat mata. Itu hal yang mainstream. Tak dipungkiri ada banyak kemanfaatan datang dari fenomena itu seperti halnya syiar jilbab yang semakin dimudahkan, dakwah di kalangan perempuan semakin kencang. Lalu ada kah mudhorotnya?

Mungkin saja ada. Bisa ditakar sendiri :)

Maka,
hebat, akhwat tak kasat mata, yang berjuang dalam diamnya, yang memperdalam ilmu tanpa ada suara seperti membalik kertas demi kertas dengan hati-hati supaya tak terdengar yang lainnya karena takut riya, ah iya, cerita soal itu, cerita yang sangat lama saya dapat, dulu. Yang bersujud tanpa ada yang mengetahuinya, yang matanya teduh karena tangis di tiap malamnya. Berteman sepi.

Menarik...

Ya, barangkali akan lahir generasi muslim yang menundukkan pandangan, dari rahim-rahim akhwat tak kasat mata... 'langka' nya ikhwan yang menjaga pandangan, jangan salahkan ikhwan, bisa jadi itu karena sudah 'langka' pula 'akhwat tak kasat mata' yang mampu melahirkan generasi-generasi menundukkan pandangan... Allahuakbar,

1 comments:

Rizki Ageng Mardikawati mengatakan...

waaaa :')

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons