Kamis, 15 Januari 2015

Rumah yang Rusak

Bismllahirrahmanirrahim,

Hari ini, asrama kami kedatangan seorang ustad dari rumah tahfidz, saya pulang telat, -'afwan ammah-. Saya masuk dan membungkuk-bungkuk, supaya tak begitu mencolok ketika masuk ke ruangan. Belum sempat saya melihat ustadnya, saya mendapat teguran dari pemandu, dengan pertanyaan, "Ngapain ngendap-ngendap?"

Aih, tertangkap basah sudah....
Tapi aneh, pemandu menegur dengan tertawa-tawa.

Ternyata, setelah saya duduk dan melihat ustad di depan, ustad itu mengenakan kacamata, tak biasanya. Rupanya ustad ini ustad spesial, yang didatangkan khusus untuk malam ini. Lalu tanya saya dalam hati, "Iya ya, kenapa tadi ngendap-ngendap... ustad gag liat." Pantas saja pemandu menertawakan saya. Tapi tetap saja, pulang telat adalah hal yang memalukan. Tapi insyaAllah, bukan karena hal yang sengaja dilakukan.

Dari apa yang disampaikan beliau,
ada sebuah tamparan keras tapi halus menusuk. Ustad bilang, "Orang yang di dalam dirinya tidak ada hafalan qur'an nya, seperti rumah yang rusak. Rumah yang rusak itu mudah dimasuki tikus, ular, serangga, dll."

"Itu mengapa tidak heran, jika orang yang jarang berinteraksi dengan alqur'an mudah sedih, mudah galau, dan dimasuki penyakit-penyakit hati."

Analogi rumah rusak itu sangat tepat sasaran, menyasar hati. Rumah rusak mudah dimasuki tikus... Saya membayangkan, betapa menakutkan rumah yang mudah dimasuki tikus, tikus berseliweran dimana-mana. Mencuri makanan-makanan yang ada di dalam rumah, karena rumah rusak dan memiliki banyak lubang.

Tikus-tikus.
Itu berarti tak hanya satu, tapi banyak tikus. Rumah yang mudah dimasuki tikus, mudah pula kotor, karena tikus membawa kuman dan kotoran.

Jika rumah banyak tikus, maka menjadi daya tarik tersendiri bagi ular untuk datang. Kali ini, rumah menjadi lebih ramai, oleh tikus dan ular. Tak terbayang, rumah yang bagaimana rusaknya sampai datang banyak tikus dan banyak ular.

Belum lagi serangga-serangga, laba-laba, kemudian dari kotoran-kotoran hewan yang singgah lalu pergi menjadikan rumah menjadi lembab dan mudah bagi serbuk-serbuk yang terbawa oleh serangga bertumbuh menjadi tanaman-tanaman kecil yang kemudian membesar.

Kini rumah menjadi benar-benar rusak.

Semakin membayangkan semakin mencekat, seperti itu kah hati saya? Penuh tikus dan serangga?
Allah... begitukah gambaran hati yang tak tersentuh Al Qur'an? Kenapa begitu mengerikan.

Saya semakin tertarik mendengarkan penjelasan ustad. Hati yang mudah goyah, gelisah, galau, perasaan-perasaan negatif sering bermunculan, sikap sering tak karuan. Rumah yang penuh kotoran dan gangguan. Jika kita sering merasakan seperti itu, apakah benar kata ustad, bahwa hati kita jauh dari Al Qur'an? Saya takut jawabannya iya... Saya jadi ingin menilik ke dalam hati saya, seberapa porak poranda kah? Berharap dan berdo'a tak separah di cerita ustad. Tapi saya menyerah untuk tidak mengakui. Ustad sempat membuat ngeri.

Setelah menggambarkan betapa buruknya kondisi hati, ustad memberi motivasi, "Ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda, 'Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Alquran ), ia akan mendapatkan satu kebaikan yang nilainya sama dengan 10 kali ganjaran (pahala). Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.' (HR Tirmidzi)."

Satu huruf berarti 10 ganjaran? Bukankah itu berarti membaca alfatihah sudah beratus-ratus pahala? Benar-benar tawaran yang menggiurkan. Kenapa selama ini malas? padahal hadits itu bukan pertama kali diperdengarkan. Syaitan memang pintar menggoda. -kali ini mengkambinghitamkan syaitan- hemmm... 

Lalu bagaimana dengan yang membaca terbata-bata?

Kata ustad, "Pembacanya akan mendapatkan dua ganjaran (pahala)."
"Orang yang membaca Al-Qur'an dan ia mahir dalam membacanya maka ia akan dikumpulkan bersama para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al Qur'an dan ia masih terbata-bata dan merasa berat (belum fasih) dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua ganjaran." (H.R.Bukhari Muslim)

Ustad dari Rumah Tahfidz itu tak dapat melihat (buta), ia memegang microphone dan menjelaskan dengan kalimat-kalimat yang pelan lagi teratur. ia bilang, "Saya dapat menghafal alqur'an bukan di saat saya masih dapat melihat, tapi saat saya sudah tidak dapat melihat." 

Ustad mengatakan, "Anak-anak kami di rumah tahfidz dari 60an anak, 25 anak rutin melaksanakan puasa daud, sisanya puasa senin kamis, kami tidak memaksa mereka, kami hanya memberi tahukan keutamaan-keutamaannya, lalu MEREKA BERGEGAS...."

Iya kah? Seperti itu kah laku para penghafal alqur'an? langsung bergegas menyambut keutamaan??? mereka luar biasa...

Saat ini, saatnya memperbaiki rumah, 
semangat! 
semangat perbaikan!
islah! 
islah!

Penjelasan dari ustad selesai, hebatnya ustad bisa tahu kalau waktunya sudah habis, beliau tahu saat itu pukul berapa, entah bagaimana, mungkin ada alat penanda atau semacamnya.

Setelah selesai, pertemuan ditutup dengan do'a, dan membaca surat Al Mulk bersama, sebelum beranjak tidur.

Tapi ada yang berbeda kali ini, ada riuh suara ayat-ayat alqur'an yang dibacakan dengan nada-nada berbeda, dengan suara-suara yang berbeda, rupanya semangat membaca alqur'an disambut dengan sigap oleh teman-teman. Ah, siap berlomba? kenapa tidak.

2 comments:

Meganingtyas mengatakan...

makasih mbak ihti udah berbagi :')

Ihtisyamah mengatakan...

sam-sama mbak Meg :')

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons