Sabtu, 17 Januari 2015

Ia Ustad (guru), ia suami, ia ayah, dan ia tukang bengkel yang baik

Ada yang menarik pagi ini.

Kami berkunjung ke kediaman seorang ustad. Ya, ia lebih dikenal sebagai seorang ustad dibandingkan gelar-gelar yang lain. Ia berjenggot tebal, dahinya hitam, dan ia bertempat tinggal di IC Seturan.

Kita tahu bersama, beliau adalah ustad Solihun, begitu kami mengenalnya. Pengasuh pondok pesantren mahasiswa IC Seturan, Yogyakarta ini luang di waktu Duha, sekitar pukul 8, karena sebelum itu ia harus mengisi kelas, dan mengantarkan anak ke sekolah.

Benar bukan bahwa ia tidak hanya seorang guru, tapi ia seorang ayah yang luar biasa.

Hal yang menarik adalah ketika saya masuk ke ruangan tempat kami berkunjung. Ada seorang laki-laki berpakaian kaos, biru tua, dan di depannya ada seorang bayi kecil laki-laki yang belum bisa apa-apa, tapi tak terlihat rewel ataupun menangis, bayi itu sangat tenang. Laki-laki berkaos biru itu adalah ustad Solihun, duduk di sudut sedang menyampaikan sesuatu.

Beliau menyampaikan tentang pentingnya ilmu.

Lagi-lagi saya datang telat. -Jangan ditiru-

Dari awal saya masuk ruangan, tangan beliau tampak sibuk dengan bayi di depannya, sedangkan lisan dan pandangan beliau sibuk menyampaikan materi.

Ini pemandangan luar biasa. Seorang ustad menyampaikan materi dengan menyambi mengasuh anak bayinya(?!) Berapa banyak laki-laki yang bisa melakukan itu?

Awalnya beliau duduk, kemudian berdiri menggendong bayinya, tapi mulut beliau terus saja sibuk menyampaikan materi. Hebatnya, nada penyampaian beliau tak berubah sama sekali, tak terganggu dengan bayi yang digendongnya. Beliau berjalan dari sisi ruangan yang satu ke sisi yang lainnya, menenangkan bayi yang digendongnya, sekali lagi, nada penyampaian beliau tak berubah sama sekali, seperti saat beliau mengisi materi di kondisi biasa.

:::

Apa saya tak salah lihat?

Ustad yang biasanya terkenal dengan penyampaiannya yang tegas, yang salah dikatakan salah, yang benar dikatakan benar, hingga seringkali kami takut bertanya karena takut apa yang kami tanyakan adalah salah, sekarang ustad itu sedang menggendong bayinya dengan gaya khas seorang ayah yang mendekap lembut anaknya di dadanya.

Kemudian beliau pamit dan memohon maaf. "Maaf, saya cukupkan sekian ya, karena saya harus mengantar istri saya ke sekolah, ada acara di sekolah."

Mengantar istri???

Ustad mengantar istrinya.

Habis pikir saya. Ustad yang hanya memiliki sedikit waktu luang ini masih sempat mengantarkan istri ke sekolah. Allahuakbar. Jika ada seorang laki-laki hebat seperti beliau ini, pasti istrinya adalah orang yang luar biasa. Ustad menjadi suami yang masih menyempatkan diri peduli dengan aktivitas istrinya, bahkan masih mau membantu mengasuh bayi kecilnya, mengantarkan anak-anaknya ke sekolah, dan mengantarkan istri ke tempat kerja.

Maaf, ustad, sepertinya kami mengganggu aktivitas ustad. Tapi sepertinya ustad tak keberatan sama sekali kami mengambil waktu istirahatnya di waktu duha ini.

Tak hanya menjadi seorang guru, seorang suami, dan seorang ayah, ia pun tak sungkan memperbaiki mobilnya sendiri, mengecek kondisi mobilnya, memperbaiki bagian yang dirasa perlu perbaikan.

Ternyata ada laki-laki semacam ini di dunia ini. Kami semua tertegun, dan menatap heran satu sama lain.

Barakallah ustad.
Ustad keren!

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons