Sabtu, 11 Juli 2015

Menarik, Ini tentang Teko dan Isinya

Bismillah...

Sudah sering dengar cerita tentang teko dan isinya? Bahwa sebuah teko tidak akan bisa mengeluarkan sesuatu yang tidak ada di dalam nya. Bahwa seseorang tidak dapat memberi dengan apa yang tidak ia punya.

Ya, awalnya saya agak bosan dengan cerita tersebut, namun ternyata cerita kali ini berbeda.

Saya mendapat cerita ini dari sebuah kajian sore, di masjid Al Mujahidin UNY. Saya lupa saat itu kajian bersama ustad siapa, barangkali teman-teman ada yang ingat bisa sampaikan ke saya.

Bagi saya, ini cerita yang tidak terduga.

:::

Suatu saat ada seorang ulama yang dihujat oleh orang yang suka menghujat. Ulama ini diteriaki keras di hadapan banyak orang. Ia diteriaki atas hujatan yang tidak sepantasnya, bahkan cenderung kepada fitnah. Namun ulama ini diam saja. Alhasil, para muridnya lah yang geram. Para muridnya ini menahan rasa marah mereka, sebelum akhirnya terluap.

Para muridnya balik berteriak pada si penghujat. Mereka benar-benar marah, tidak terima ketika guru mereka dihina di hadapan banyak orang atas apa yang tidak dilakukannya. Mereka menentang hujatan si penghujat dengan teriakan yang sama kerasnya.

Namun si ulama ini tetap diam, dan justru menahan para muridnya untuk berteriak, ia menyuruh mereka juga diam.

Para murid justru bertambah marah, "Bagaimana bisa kami diam sedangkan Anda dihujat habis-habisan atas apa yang tidak Anda perbuat, terlebih di hadapan banyak orang ustad...???"

"Kenapa Anda diam saja ustad???"

Dengan tenang ustad itu menjawab, "Bukankah sebuah teko hanya mampu mengeluarkan apa yang ada di dalam nya? Dan tidak mampu mengeluarkan apa yang tidak dia punya?

Orang yang mampu menghujat adalah orang yang hati nya berisi kebencian, dipenuhi kedengkian, hingga akhirnya ia keluarkan dari mulut dalam bentuk hujatan, begitu pun orang yang marah, orang yang mampu marah adalah orang yang di dalam hatinya terdapat kemarahan, bukankah teko hanya dapat mengeluarkan isi yang ia punya di dalamnya? Biarkan saja orang-orang di sekeliling kita menunjukkan apa isi teko nya, jika yang ia punya adalah kebencian ya begitulah jadinya, kita diam saja."

Sontak seluruh muridnya terdiam, dan diam-diam mereka sangat malu. Ustad mereka tidak marah karena memang di dalam hatinya tidak terdapat kemarahan, dan mereka menyadari bahwa kemarahan yang secara refleks mereka buat saat menghadapi si penghujat menunjukkan di dalam diri mereka ada kemarahan, sedangkan Nabi Muhammad dengan sangat disiplin mengatakan, "Jangan marah, jangan marah, jangan marah, Maka bagimu surga." Nabi Muhammad mengatakan "Jangan marah " sebanyak tiga kali, itu berarti betapa pentingnya meredam kemarahan.
:::

Benar bukan, bahwa sebuah teko hanya dapat mengeluarkan isi yang ada di dalam dirinya. Baik isi yang sifatnya baik maupun isi yang sifatnya buruk.

Kalau biasanya saya mendengar cerita tentang teko dan isinya adalah tentang seseorang yang harus belajar terus menerus karena sebuah teko harus memiliki isi, agar ia bisa mentransfer isi tersebut ke gelas, ternyata "isi teko" yang dibahas kali ini di luar dugaan saya.

Benar juga ya, bahwa sebenarnya apa saja yang keluar dari dalam diri kita itu menunjukkan isi yang ada di dalam diri kita. Ini menjadi bahan evaluasi saya, sangat berharga untuk dijadikan pelajaran bagi saya.

Terimakasih banyak ustad, atas cerita luar biasa ini. :)

Mari menjadi teko yang berisi kebaikan.

Sidareja, 11 Juli 2015

Sumber gambar:
http://coachraditya.com/wp-content/uploads/2014/07/teko-dan-isinya.jpg

3 comments:

Anonim mengatakan...

Menarik, analogi dan ulasannya :)

Ihtisyamah mengatakan...

Terimakasih mas Parmantos...
:)

Ihtisyamah mengatakan...

Terimakasih mas Parmantos...
:)

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons